Penulis: Safira Meisa Dewi dan Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.
tak pernah kudengar
deritamu dalam mengasihiku
lelahmu dalam memenuhi harapku
keluhmu dalam menjaga diriku
Kehidupan tidak selamanya berjalan indah, terkadang kegagalan dan kepahitan hidup harus kita hadapi dengan sepenuh hati. Bangkit dan melewatinya adalah jalan yang harus ditempuh demi keberhasilan di masa yang akan datang. Salah satu hal yang dapat menumbuhkan semangat kita dalam menjalani hidup adalah kasih sayang orang tua. Sejauh apa pun kita melangkah, ke mana kita pergi, dan di mana kita tinggal, keluarga adalah rumah ternyaman yang dimiliki. Seseorang yang mencintai diri kita dengan tulus dan kasih sayangnya yang begitu besar adalah Ayah dan Ibu. Tidak ada yang mampu menggantikan peran mereka dalam hati setiap anak. Tidak hanya melahirkan di dunia dan merawatnya dari kecil, tetapi Ibu dan Ayah juga telah membimbing, mengarahkan, dan mengajariku beragam hal yang ada.
Salah satunya adalah mengenalkan, melatih, dan memberikan pendidikan pada diriku. Memperoleh pendidikan tidak hanya di bangku sekolah saja, tetapi melalui keluarga pendidikan juga dapat ditanamkan. Menanamkan literasi sudah dilakukan Ibu dan Ayahku sejak aku kecil. Mereka mengajariku membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan, saat masih di dalam kandungan, Ibu mencoba mengajak berbicara dan mendengarkan sesuatu, seperti ayat suci Al-Quran dan selawat Nabi. Kebahagiaan terlihat dalam raut wajah mereka ketika diriku berhasil dan mampu melakukan sesuatu. Pada dasarnya, segala yang mereka beri dan tunjukkan dilakukan dengan penuh keikhlasan dan rasa sabar yang tak terbatas.
Kini diriku telah beranjak dewasa. Berbagai rintangan dan persoalan hidup mulai menghampiri. Ketenangan hati dalam menyikapinya menjadi salah satu cara yang harus aku lakukan. Ayah dan Ibu selalu memberikan dukungan penuh pada diriku untuk mencapai apa yang aku harapkan. Semangat dan motivasi selalu diucapkan agar aku tak mudah menyerah dan mengeluh. Di saat aku mulai ragu dengan kemampuan yang ku miliki, Ayah selalu meyakinkanku bahwa aku akan berhasil jika aku terus berusaha dan berdoa, sementara Ibu selalu menjadi kehangatan dan penyejuk hatiku setiap waktu. Kerinduan akan kurasakan ketika mereka tidak ada di dekatku atau disisiku.
Selain itu, dari mereka aku juga belajar untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kita tidak boleh merasa bahwa diri kita adalah yang paling pandai, cerdas, atau baik. Sesungguhnya, seseorang yang cerdas dan tulus hatinya mengetahui kapan dirinya harus berbicara dan bagaimana dirinya harus bersikap dan bertindak. Banyak pelajaran hidup yang dapat kupelajari dari Ayah dan Ibu, seperti keikhlasan. Kita boleh merasa sedih saat sesuatu tak berjalan seperti yang kita harapkan, namun janganlah berlarut dalam kesedihan. Mereka selalu meyakinkanku bahwa segala sesuatunya telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.
Beribu kata tak cukup untuk menceritakan jasa, kebaikan, dan kasih sayang orang tua yang telah diberikan. Ayah dan Ibu adalah malaikatku sepanjang waktu. Sampai kapan pun tak ada yang mampu menggantikannya. Ketulusan kasihnya kan tertanam dalam benakku hingga akhir hayat. Merekalah panutanku dalam menjalani hidup dengan penuh rasa syukur. Terima kasih Ayah dan Ibu, aku sungguh menyayangimu.
kelak, kan ku buktikan kepada kalian