Asin, seketika indra perasa lidahku menafsirkannya
Katanya sih air itu jatuh tak tertahan lewat mata berembun itu.
Mata yang meratapi kegersangan dan kehampaan dalam gemuru suara takbir itu.
Ini buka perihal gema Allahu Akbar tapi kebiasaan yang hidup dalam momentum ini.
Siapa yang tidak tau apa yang terjadi saat itu, yahh kita semua tau jawabannya.
Sedari awal waktu magrib tiba seluruh umat muslim gegap gempita dalam menyambutnya, waktu itupun menjadi penanda akhir untuk berpuasa setelah sebulan penuh kita berlomba menjadi umat yang mencari Rahmat-Nya yang katanya di bulan romadha segala kegiatan ibadah di lipat gandakan pahalanya. Lalu kita mengakui Kebesaranya dan Ke-Esaan-Nya lewat gema takbir.
Entah bagimana aku membohongi rasa bahagia yang dipancarkan semesta.
Cantiknya galaxy bintang, bulan yang merangkak dalam waktu serta hawa dingin membungkus tubuh yang merasa kosong.
Kali ini aku ucapkan maaf pada mu semesta sebab cantik rona malam mu ini tak bisa menahan bendungan rindu ini.
Rindu yang kian di tertawakan waktu serta diolok-olok pagi dan malam.
..............................