Lihat ke Halaman Asli

Resensi Novel "Tarian Bumi" Karya Oka Rusmini

Diperbarui: 5 Mei 2023   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Judul                  : Tarian Bumi

Penulis             : Oka Rusmini

Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit  : 2007

Tebal                  : 177 Halaman

ISBN                   : 978-602-03-3915-3

Novel yang berjudul "Tarian Bumi" karya Oka Rusmini ini berfokus tentang kebudayaan, adat istiadat dan masalah sosial yang terjadi di Bali. Novel ini mengangkat tema tentang perjuangan para perempuan Bali untuk mendapat kesetaraan dan hak antara kehidupan laki-laki dan perempuan tanpa memandang kasta. Dalam novel ini masalah sosial yang terjadi di Bali menceritakan tentang ketidakadilan terhadap tokoh perempuan, dan  terjadi kemiskinan karena adanya perbedaan pengelompokkan kasta. Novel ini menggunakan alur campuran yang maju mundur serta menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Konflik dalam novel ini berfokus kepada tiga tokoh perempuan dengan generasi yang berbeda sehingga menghasilkan beberapa masalah dalam waktu yang berbeda yaitu Sagra, Sekar, dan Telaga. Sejalan dengan judulnya novel ini menceritakan tentang seorang penari bali yang handal tetapi ia berasal dari kasta Sudra (kasta terendah dalam masyarakat Bali) bernama Luh Sekar yang tak pernah bosan berdoa kepada Dewa agar keinginannya menikah dengan laki-laki Brahmana terwujud. 

Karena menurut Luh Sekar jika ia berhasil menikah dengan laki-laki Brahmana ia bisa mengangkat derajat keluargnya, dan kehidupannya pun akan jadi lebih baik. Berkat doa dan kerja keras Sekar, pada akhirnya ia berhasil menikah dengan seorang bangsawan yaitu Ida Bagus Ngurah Pidada. 

Ida Bagus Ngurah Pidada merupakan anak keturunan bangsawan dari pasangan Ida Bagus Tugur dan Ida Ayu Sagra Pidada. Sebenarnya kedua orang tua khususnya ibu dari Ida Bagus Ngurah Pidada sangat tidak merestui pernikahan anaknya itu dengan Luh Sekar. Karena orang tua Ida Bagus Ngurah Pidada ingin anaknya menikah dengan perempuan yang sederajat kastanya. Setelah Luh Sekar menikah ternyata hidupnya berubah, ia harus meninggalkan kebiasan-kebiasannya, selain itu Luh Sekar juga Mengganti namanya menjadi Jero Kenanga dan dia harus meninggalkan semua yang pernah membesarkannya.

Ia harus membiasakan diri dengan nama baru, Jero Kenanga. Nama yang harus diperkenalkan pada napasnya bahwa itulah napas barunya. Ni Luh Sekar, perempuan Sudra itu, telah pergi. Sekarang ia telah memulai reinkarnasi menjadi bangsawan. Itulah yang harus dikorbankan Luh Sekar, ia tidak hanya kehilangan kebiasaan-kebiasaan lama. Tetapi, ia juga telah kehilangan dunia yang pernah membantu kesempurnaan wujud perempuannya. Perempuan itu harus mulai membentuk dunia baru, dan kini Luh Sekar lebih tinggi derajatnya dari semua orang Sudra bahkan ibunya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline