Lihat ke Halaman Asli

Mendorong Pembangunan Keluar Jabodetabek

Diperbarui: 17 Oktober 2016   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stasiun Maja. Sumber : Kompas.com/Ridwan Aji Pitoko

Jabodetabek memang masih menjadi kota dalam bisnis dan memacu roda ekonomi, terutama di Pulau Jawa. Kantong-kantong niaga higga pusat-pusat industri utama di Indonesia ada di kawasan megapolitan ini.  Namun seiring digebernya program Nawacita, desentralisasi bisnis sukses melahirkan kota-kota metropolitan baru di luar Jabodetabek.

Sejumlah wilayah baru di Jawa Barat maupun Banten muncul sebagai primadona. Salah satunya adalah Kota Maja di Kabupaten Lebak, Banten. Pembangunan Kota Maja didorong oleh pemerintah sebagai wujud implementasi amanat Nawacita untuk membangun Indonesia dari pinggiran dengan prioritas daerah dan desa. Selain itu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 juga mengamanatkan pembangunan 10 Kota Baru Publik.

Keberadaan kota baru yang tak jauh dari Jabodetabek menjadi kebutuhan. Jabodetabek dengan tingkat kepadatan dan kompleksitas yang tinggi, tidak efektif lagi dalam mengakselerasi bisnis. Kadang, malah menimbulkan kerugian misalnya ketika terjadi kemacetan, demonstrasi maupun banjir.

Pemerintah sendiri manergetkan pembangunan Kota Maja sebagai kota mandiri betul-betul rampung pada tahu 2035. Namun ada target-target jangka pendek yang ingin dicapai seperti pembangunan infrastruktur jalan.

Bulan Juni lalu, pemerintah telah meneken MoU dengan sejumlah pengembang. Antara lain Perum Perumnas, PT Agung Podomoro Land Tbk, PT Nusa Graha Perkasa, dan PT Hanson International Tbk. Inti dari MoU tersebut adalah komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan Kota Maja.

PT Agung Podomoro Land Tbk yang memiliki lahan 300 hektar di kawasan Maja, menguatkan komitmennya. Imperium bisnis properti ini siap berkontribusi menyerahkan trase jalan sebesar 40 meter yang akan menyambung semua jalan sebagai infrastruktur pertama untuk mewujudkan pembangunan Kota Maja.

Lazimnya pembangunan di berbagai daerah, sejumlah problem kerap kali muncul di tengah jalan. Misalnya soal pembebasan lahan untuk infrastruktur dan penerimaan masyarakat setempat. Sebelum jauh melangkah, potensi masalah tersebut tentu sebaiknya segera diselesaikan pemerintah bersama stakeholder lainnya.

Kehadiran kota baru penyangga Jabodetabek, sangat dihajatkan mengingat beban megapolitan ini sudah terlampau berat. Mulai dari beban sosial seperti pengangguran, beban lahan yang kian sempit serta beban lingkungan berupa ketersediaan ruang terbuka hijau dan sumber air tanah yang bisa dikatakan langka. Beban sosial bahkan kerap kali menimbulkan ledakan konflik vertikal dan horizontal.

Kehadiran kota-kota alternatif untuk berbisnis maupun bagi mencari kerja tentu secara tidak langsung memberikan efek positif bagi Jabodetabek. Teurtama mengurangi laju pertumbuhan penduduk yang rada-rada tidak terkontrol karena urbanisasi setiap waktu. Lebih dari itu, roda ekonomi juga berputar kian kencang ikut menyebar.

Tapi di saat bersamaan, hal ini juga bisa menjadi ancaman terutama bagi Jakarta. Yaitu apabila para lelaku bisnis memboyong aktivitas mereka ke kota-kota baru tersebut.  Bisa dibayangkan bagaimana masa depan ekonomi Jakarta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline