Lihat ke Halaman Asli

Onno W. Purbo: Ideologi, Idiealisme, dan Perjuangannya

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(perspektif obrolan santai 4 jam dengan dengan Beliau)

Saya mengenal Bapak Onno W. Purbo sekitar 10 tahunan yang lalu, tidak secara langsung melainkan dari sebuah buku kecil berukuran saku, yang berisikan tentang Internet Radio Paket, cikal bakal "Internet" di Indonesia. Kemudian berlanjut dengan mendownload buku-buku gratisnya yang disebar dengan sengaja di internet. Bagi saya beliau adalah seorang sosok yang jenius secara akademisi maupun sebagai teknokrat, terkadang secara iseng saya mencari tahu latar belakang beliau. Secara tidak sengaja, persepsi saya menggambarkan beliau tak ubahnya seperti professor-professor didikan luar negeri yang kaku.

Akan tetapi keadaan berubah ketika saya ditugasi pada untuk mengawasi mahasiswa dalam membuat suatu event seminar nasional bertajuk  OpenBTS, di salah satu PTN Solo. Dalam acara tersebut beliau lebih sering melucu, dan menggunakan bahasa g4ul khas pelajar Jakarta. Singkat cerita ketika acara sudah berakhir dan saya, gus poer, taufan dan wawan pun memberanikan diri untuk sekedar ngobrol-ngobrol dengan beliau tentang perkembangan Free & Open Source Software (FOSS) di Indonesia dan kegiatan-kegiatan keseharian beliau

Ada salah satu pertanyaan "nakal" dari saya yang masih tidak habis saya pikirkan ketika pada jaman dahulu saya tahu bahwa beliau telah memutuskan untuk pensiun dini dan meninggalkan dunia akademik, ternyata pilihan beliau adalah suka melakukan roadshow dikarenakan dengan melakukan roadshow beliau bisa langsung mengajari masyarakat  luas, ratusan peserta pada setiap kali datangnya, cara ini dinilai lebih efektif untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Di tengah hiruk pikuk para akademisi dan ilmuwan Indonesia banyak mencari sesuatu hal yang "baru" dan membangun "cutting edge technology", beliau malah memberikan teknologi tepat guna langsung kepada masyarakat. Apa yang beliau cari?

Kenapa teknologi tepat guna dan langsung kepada rakyat? Karena keyakinan beliau adalah apabila teknologi itu tepat dan cocok untuk Indonesia maka kedepannya akan menciptakan iklim riset yang sesuai dengan karakter bangsa, sesuai dengan kebutuhan bangsa ini.  Masuk akal, banyak mobil-mobil dan alat-alat teknologi dengan menggunakan standar-standar Eropa dan Amerika, benua yang memiliki 4 musim dan bagaimana dengan negara ini? Negara tropis hanya memiliki 2 musim dengan memiliki tingkat intensitas hujan yang tinggi apabila riset mengarah ke situ maka semakin banyak peluang.  Dan ternyata banyak negara yang mirip dengan Indonesia, negara yang terletak pada iklim tropis, dan menurut wikipedia pun ternyata di daerah yang beriklim tropis ternyata memiliki jumlah penduduk 40% di seluruh dunia, artinya kalo estimasi penduduk di tahun 2012 adalah 7 Miliar maka 2,8 Miliar ada di daerah iklim tropis. Apabila teknologi tersebut cocok di Indonesia maka kita sudah memiliki market tersendiri.

Arah pembicaraan pun sedikit berubah tentang FOSS yang biasa beliau gunakan untuk ICT4D (Information and Communication Technology for Developing Country), agaknya beliau menggunakan FOSS untuk meminimalisir biaya, selain itu kita juga tahu bahwa FOSS juga bisa diandalkan dan memiliki stabilitas tinggi.  Bagi saya FOSS merupakan suatu jawaban rasional di tengah-tengah "persetubuhan" antara pemerintah dan kapitalisme. Tidak ada yang salah dengan kapitalisme, akan tetapi kapitalisme bisa mendikte pemerintah dikarenakan mereka memiliki posisi tawar-menawar dengan pemerintah. Kalau itu pun terjadi, berarti Negara sedang disandera.

Cerita pun beralih tentang edukasi beliau pada dasawarsa ini, tentang  wajanbolic, rt/rw.net, tentang perjuangan beliau di menjadi Komandan Prajurit Frekwensi, nampaknya pemerintah "acuh" tentang pentingnya pembebasan frekwensi 2,4GHz, frekwensi yang pada akhir 90an sudah dijadikan standar untuk wireless LAN. Frekwensi yang saat ini bisa kita nikmati dengan leluasa untuk bertukar antar file, ataupun membroadcastkan internet. Frekwensi yang secara bebas digunakan oleh rakyat, sehingga kita bisa bisa menikmatinya untuk belajar di Google University, untuk mobile computing, untuk social computing, dan bejibun manfaat lainnya untuk rakyat.

Selebihnya,percakapan kami berisikan motivasi, ict, model bisnis FOSS, dan peta politik kapitalis yang mohon maaf tidak bisa dijadikan konsumsi publik. Terima kasih Bapak Onno W. Purbo yang telah menjadi guru kami, "Mahatma Gandhi"nya ICT Indonesia, penggiat pembebasan kecanduan dan ketergantungan kita terhadap software berbayar (propietary).Ini bukanlah hanya penjuangan beliau saja, akan tetapi perjuangan rakyat Indonesia dalam menentukan nasib melalui ICT.

Dan semoga ini menjadi titik awal kami untuk lebih serius memberikan edukasi ICT kepada rakyat Indonesia.

www.facebook.com/safiie99

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline