Lihat ke Halaman Asli

saffanaizzaaa

mahasiswa

Literasi Digital Kunci Mengetahui dan Melawan Cyberbullying Flaming

Diperbarui: 6 Desember 2024   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Cyberbullying semakin marak di kalangan remaja dengan laporan mencapai 25 kasus per hari di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan perundungan melalui media sosial bukan hanya masalah individu tetapi juga fenomena sosial yang luas. United Nations Internasional Children Educational Fund (UNICEF) menyatakan sebanyak 45% remaja di Indonesia usia 14 sampai 24 tahun pernah mengalami cyberbullying. Dampaknya bisa sangat serius, termasuk risiko depresi dan keinginan untuk bunuh diri. Meskipun kesadaran tentang cyberbullying meningkat, masih banyak remaja yang tidak tahu cara melindungi diri atau melaporkan tindakan tersebut. Kurangnya literasi digital dan pemahaman etika media sosial menjadi tantangan besar dalam mengatasi masalah ini.

Dari fenomena dan fakta yang sudah disampaikan sebelumnya, ada 3 hal penting terkait cyberbullying flaming di sosial media, antara lain:
1. Definisi, contoh dan faktor penyebab cyber bullying flaming.
2. Dampak yang ditimbulkan dari cyber bullying flaming.
3. Strategi pencegahan cyberbullying flaming.

Cyberbullying atau perundungan dunia maya yaitu perundungan melalui teknologi digital dimana adanya perilaku agresif dari sang pelaku untuk menakuti, mempermalukan atau mengancam korban. Hal ini dapat terjadi contohnya pada platform media sosial. Salah satunya adalah flaming. flame merujuk pada kata-kata pesan yang berapi-api. Flaming adalah ketika seseorang menggunakan opini yang ekstrem dan bahasa yang kasar untuk terlibat dalam pertengkaran daring dengan sengaja. Mereka senang melihat reaksi orang lain terhadap komentar mereka dan mereka senang ketika hal itu menyebabkan penderitaan bagi orang lain.

Contoh dari cyberbullying flaming, yaitu pelaku mengirimkan teks berisi pesan penuh amarah, kasar, vulgar, dan frontal pada sasaran perundungan. Pelaku juga mengirimkan pesan berisi umpatan, menyinggung, dan merendahkan melalui pesan dalam media sosial. Terdapat pula pesan yang berisi ancaman dengan kata-kata yang menyakitkan dan ofensif pada korban melalui platform digital.

Faktor penyebab cyberbullying flaming:
1. Masalah pribadi atau emosi negatif (Pelaku cyberbullying mungkin memiliki masalah pribadi atau emosi negatif yang dilampiaskan kepada orang lain).
2. Pengaruh lingkungan (Pelaku cyberbullying mungkin merasa tertekan oleh teman sebaya atau kelompok tertentu).
3. Ketidaktahuan tentang dampaknya (Pelaku cyberbullying mungkin tidak menyadari bahwa tindakannya merugikan korban).
4. Ingin terlihat lebih kuat (Pelaku cyberbullying mungkin ingin terlihat lebih kuat atau tangguh).
5. Rasa iri (Pelaku cyberbullying mungkin iri kepada orang lain yang akan dijadikan target).
6. Mencari kesan populer (Pelaku cyberbullying mungkin ingin menjadi populer di dunia maya).

Dampak yang ditimbulkan dari cyberbullying flaming:

Dampak bagi korban :
1. Dampak psikologis (mudah depresi, marah, cemas, menyakiti diri sendiri, dan percobaan bunuh diri).
2. Dampak sosial (menarik diri, kehilangan percaya diri, lebih agresif kepada teman dan keluarga).
3. Dampak pada kehidupan sekolah (penurunan prestasi akademik, rendahnya tingkat kehadiran, perilaku bermasalah di sekolah).

Dampak bagi pelaku :
Cenderung bersifat agresif, berwatak keras, mudah marah, impulsif, lebih ingin mendominasi orang lain dan kurang berempati.

Dampak bagi yang menyaksikan (bystander) :
Jika cyberbullying dibiarkan tanpa tidak lanjut, orang yang menyaksikan dapat berasumsi bahwa tindakan tersebut adalah perilaku yang diterima secara sosial dan beberapa orang dapat bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran berikutnya dan yang paling parah mereka hanya diam tanpa melakukan apapun dan merasa tidak perlu menghentikan cyberbullying tersebut.

Strategi pencegahan cyberbullying flaming:
1.Edukasi dan literasi digital (meningkatkan pemahaman tentang cyberbullying dan cara menghadapinya melalui program literasi digital).
2. Blokir dan laporkan (korban disarankan untuk memblokir akun pelaku dan melaporkan tindakan tersebut kepada platform media sosial atau pihak berwenang).
3. Dukungan sosial (mencari dukungan dari orang dewasa terpercaya, seperti orang tua atau guru, untuk mendapatkan bantuan emosional dan saran).
4. Simpan bukti (mengumpulkan bukti-bukti cyberbullying untuk keperluan laporan resmi jika diperlukan).

Literasi digital sangat penting karena membantu remaja memahami bahaya atau risiko yang dapat ditimbulkan dan cara melindungi diri. Selain itu, dapat meningkatkan kesadaran moral dan etika dalam menggunakan media sosial sehingga dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih aman bagi semua orang. Literasi digital efektif dalam mengurangi kasus cyber bullying di kalangan remaja. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang terlatih dalam literasi digital lebih mampu mengenali dan melaporkan tindakan perundungan online. Dengan pemahaman yang baik tentang etika penggunaan media sosial, mereka dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih aman. Secara keseluruhan, literasi digital berperan penting dalam melindungi kesehatan mental remaja dan mendorong perilaku positif di dunia maya. Maka dari itu, mari bersama tingkatkan literasi digital dan berkomitmen untuk menghentikan perundungan di dunia maya. Dengan bersama, kita bisa membuat dunia maya menjadi tempat yang lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline