Lihat ke Halaman Asli

SAFFANAH PUTY ZAHRA

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan

"Kemerdekaan, Seni, dan Kebangsaan" Memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia bersama dengan UNPAR

Diperbarui: 22 Agustus 2023   02:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber : Gambar diambil langsung oleh Saffanah)

(Sumber : Gambar diambil langsung oleh Saffanah)

Dalam rangka memperingati ulang tahun Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2023, terdapat berbagai cara untuk menunjukkan cinta dan kebanggaan terhadap pahlawan dan negara ini. Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) juga turut serta dalam perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke-78 ini. Berbagai kegiatan dengan tema "Kemerdekaan, Seni, Kebangsaan" telah diadakan oleh UNPAR pada tanggal-tanggal yang berbeda.

Kegiatan tersebut dimulai dengan diadakannya seminar pada tanggal 7 Agustus 2023, yang dihadiri oleh beberapa pembicara ternama, termasuk Nyoman Nuarta, serta tanggapan dari Prof. Dr. Purnama Salura, Prof. Dr. I. Bambang Sugiharto, dan Ibu Nurul Arifin. Seminar ini dilaksanakan di Lecture Theatre Gedung Selatan PPAG lt.9. Acara ini dipermoderatori oleh Bapak Andreas Doweng Bolo, dan membahas topik "Seminar Kebangsaan: IKN". Bapak Nyoman Nuarta mengemukakan pemahaman tentang kebangsaan di Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Negara (IKN) baru Indonesia. Beliau adalah seorang seniman yang berpengalaman selama setengah abad dan memiliki peran besar dalam pameran seni di Indonesia. Nyoman Nuarta juga adalah arsitek di balik patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali dan berperan dalam pembangunan IKN. 

Dalam perencanaan IKN, dia menciptakan patung Burung Garuda sebagai lambang ikonik negara, dipilih karena menggambarkan keragaman budaya Indonesia. Menurut Prof. Dr. Purnama Salura, ide Burung Garuda telah diajukan oleh Soeharto pada tahun 1955 sebagai pengingat nasionalisme, meskipun tidak terealisasi. Menurutnya, monumen memiliki peran merekam sejarah dan sebagai simbol di suatu tempat tertentu. Kehadiran monumen Burung Garuda di IKN sangat relevan sebagai representasi Indonesia. Dalam konteks ini, seni memiliki peran penting. Ibu Nurul Arifin, politikus Jawa Barat, melihat karya Nyoman Nuarta sebagai wajah atau representasi Indonesia. Pembangunan IKN didukung oleh berbagai aspek pemerintahan, mencakup legislatif, yudikatif, dan pemerintah, serta disahkan melalui UUD. Dalam keputusan ini, unsur politik terlibat, terutama dalam mengatur anggaran untuk pembangunan IKN. 

(Sumber : Gambar diambil langsung oleh Saffanah)

Setelah menghadiri kegiatan tersebut, saya berkesempatan untuk melakukan wawancara singkat kepada beberapa mahasiswa UNPAR yang menjadi peserta seminar. Siti Salma, seorang mahasiswa dari jurusan Teknik Industri di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), dengan penuh apresiasi menerima pandangan yang dikemukakan oleh Nyoman Nuarta tentang IKN. Bagi Siti Salma, pandangan tersebut membuka jendela baru dalam melihat hubungan yang lebih dalam antara seni dan semangat kebangsaan. Salah satu hal yang sangat menarik bagi Siti Salma adalah proses merancang dan merencanakan patung Burung Garuda yang akan berada di kompleks IKN. Ia merasakan adanya makna yang kuat yang tersirat dalam simbolisme patung tersebut. Dalam pandangan Siti Salma, patung ini bukan sekadar potret fisik belaka, melainkan juga sebuah wujud yang memuat nilai-nilai semangat kebersamaan dan identitas nasional yang mendalam.

Acara selanjutnya adalah Bincang, di mana seniman-seniman berkumpul dan membicarakan tentang seni. Setiap seniman mempunyai pandangan berbeda terhadap seni, meskipun ada prinsip-prinsip umum yang mereka sepakati. Acara ini berlangsung di gedung museum PPAG lantai 1, tepat sehari sebelum peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tanggal 16 Agustus 2023. Melalui acara ini, kita diberi wawasan tentang proses dibalik karya seni, bagaimana seni diciptakan dari awal hingga jadi oleh beberapa pembicara yaitu Bapak Diyanto, Bapak Setiyono Wibowo, dan Ibu Lena Guslina. Sebagai peserta acara, saya merasa bahwa diskusi ini merupakan refleksi bersama tentang arti seni dalam kehidupan kita. Acara ini sangat membantu untuk memahami lebih lanjut tentang seni. Diskusi ini memberi kesempatan bagi para seniman untuk menceritakan bagaimana mereka menghadapi tantangan dan menemukan inspirasi dalam menciptakan karya seni yang menarik. DI museum PPAG lantai 1, acara ini membuka peluang untuk memahami bagaimana seniman mengkomunikasikan ide dan pesan mereka melalui berbagai jenis karya seni. Dari lukisan hingga tarian, setiap seniman menunjukkan keterampilan dan kreativitas mereka dengan mengesankan. Lewat Bincang, kita dapat memahami lebih dalam tentang langkah-langkah rumit yang diambil oleh seniman untuk menghasilkan karya yang indah. Para seniman mengajarkan kita bahwa seni bukan hanya tentang gambar, tapi juga tentang emosi dan ide yang ingin mereka sampaikan kepada penonton. Dengan pandangan beragam dari para seniman, Bincang Seni ini membantu kita melihat seni dari berbagai sudut pandang dan membuat kita lebih menghargai keberagaman dan kekayaan dunia seni. 

(Sumber : Gambar diambil langsung oleh Saffanah)

Seperti halnya dengan kegiatan seminar, saya berkesempatan untuk berbincang dengan salah satu mahasiswa Teknik Industri UNPAR yang hadir pada bincang seni ini, yaitu Pinky Meilisa. Melalui diskusi ini, Pinky berbagi pandangannya bahwa Bincang Seni, yang melibatkan berbagai seniman, sungguh memberikan inspirasi dan pengetahuan berharga bagi para hadirin. Setiap narasumber menghadirkan berbagai pengetahuan dan cerita yang memperkaya pemahaman kita tentang seni. Pembicaraan ini membantu kita memahami dan menghargai nilai seni dengan lebih mendalam. Bagi kita yang menikmati seni, kita juga semakin menyadari bahwa di balik karya-karya yang menakjubkan terdapat perjalanan yang penuh tantangan untuk mencapai keindahan tersebut. Kesempatan ini membuat kami semakin menghargai nilai kerja keras dan perjuangan dalam mencapai hasil yang mengagumkan dalam dunia seni.

Momentum penutupan dari serangkaian kegiatan tersebut adalah pelaksanaan upacara perayaan HUT RI yang ke-78 pada tanggal 17 Agustus 2023, yang diadakan di depan gedung rektorat Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR). Peringatan Detik-Detik Proklamasi yang digelar di UNPAR pada tanggal 17 Agustus 2023 membawa makna yang sangat penting dalam merayakan kemerdekaan. Upacara bendera ini memiliki peran, yakni sebagai penghormatan kepada para pahlawan dan sekaligus sebagai ajang untuk membangkitkan semangat nasionalisme, persatuan, serta kesatuan di tengah masyarakat Indonesia. Dengan penuh semangat, mahasiswa, pihak universitas, dan para dosen dengan antusias ikut serta dalam upacara ini. Mengambil bagian dalam nyanyian lagu Hari Merdeka, mereka melambangkan semangat kebangsaan dan dedikasi terhadap negara. Rangkaian upacara ini dipimpin oleh Bapak Prof. Tri Basuki Joewono. Mahasiswa aktif yaitu Rima Erika yang turut serta melaksanakan upacara peringatan kemerdekaan Indonesia mengungkapkan pandangannya bahwa upacara tersebut memiliki efek yang kuat dalam memperkuat semangat nasionalisme di antara mahasiswa dan seluruh komunitas kampus. Baginya, acara ini lebih dari sekadar seremoni, melainkan merupakan sebuah bentuk ungkapan tulus terima kasih kepada para pejuang kemerdekaan yang telah berjuang keras demi kemerdekaan bangsa ini. Rima Erika juga menekankan betapa pentingnya mengenang dan merayakan kemerdekaan sebagai pengingat akan nilai dan perjuangan yang dipersembahkan oleh generasi sebelumnya. Upacara ini menjadi satu bentuk penghormatan yang menyatukan kita dalam semangat dan penghargaan terhadap jasa-jasa para pahlawan yang telah mengorbankan begitu banyak untuk tanah air kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline