Pernah nggak sih kalian merasa bosan ketika membaca jurnal artikel penelitian berbahasa Inggris? Tentunya, bagi mahasiswa semester akhir atau mulai dari tahun ketiga kuliah sudah tak asing lagi dengan tugas mencari jurnal-jurnal internasional seperti itu. Susah? Nggak paham? Tenang aja, memang wajar, kok.
Aku sebagai mahasiswa Sastra Inggris pun kadang harus ngebaca satu paragraf yang sama beberapa kali biar konek sama maksudnya. Nggak kebayang deh gimana rasanya baca jurnal penelitian di bidang sains seperti Fisika, Kimia, atau mungkin Astronomi. Bukannya paham, yang ada malah klenger. Lebih enak TURU aja deh.
Tapi guys, memang betul lho kalau belajar bahasa itu sulit. Aku punya beberapa pendapat mengapa demikian. Perlu diingat bahwa beberapa poin di bawah tidak dikutip dari tokoh bahasa manapun, alias pendapat pribadi.
1. Menghafal Kata Itu Monoton Dan Ngebosenin
Ini sih jelas ya. Siapa to yang suka hafalan? Aku yakin seenggaknya cuma 2/10 dari kalian yang kuat bertahan. Meski metode ini tidak serta-merta menghafal tiap kosakata lalu pindah ke kosakata lain, melainkan dengan memahami definisi, tapi hal itu tidak memberi jaminan kalian untuk terus ingat. Sakit ya gais udah capek-capek memahami, eh malah dianya pergi :)
2. Tenses Tenses Present Past Continuous Perfect Apaan, Sih?
Ini nih hal yang paling dibenci para pembelajar Bahasa Inggris dari Indonesia. Bahasa Indonesia itu menurutku tergolong bahasa yang mudah karena kosakatanya statis dan tidak berubah sesuai konteks meski maknanya sama. Bahasa Inggris akan memanfaatkan kekayaan kosakatanya seperti bentuk past (Verb 2), present (Verb 1), dan past participle (Verb 3),
jadinya, masing-masing kata kerja kalian harus menghafal tiga bentuk sekaligus. Belum lagi adanya aturan penggunaan partikel seperti be dan have (auxiliary), lalu juga perancangan kalimat yang harus betul menkombinasikan bentuk verb, dengan part of speech lain.
Beruntunglah wahai kalian anak zaman modern. Jika hal seperti ini saja sudah kalian anggap terlalu ribet, bagaimana dengan masa Old English yang mana kosakata jauh lebih banyak dengan aturan merangkai kalimat yang tak kalah ribetnya.
3. Sifat Mudah Menyerah Dan Membuat Banyak Alasan
Faktor ini bukan secara objektif lagi guys, melainkan subjektif tergantung pribadi masing-masing. Kalian yang suka literatur Jepang, pasti pernah denger ucapan, "Kita orang Jepang, kenapa harus belajar Bahasa Inggris." Kurangnya kesadaran akan pentingnya memahami Bahasa Internasional itu menjadi peroboh fondasi kita dalam dapat bertahan hidup di zaman modern ini, guys.
Maksudku, memang kalian masih bisa hidup sampai tua hanya mengandalkan bahasa lokal kalian. Namun demikian, kalian juga memiliki banyak sekali kekurangan jika beranggapan seperti itu. Aku jabarin beberapa nih.
a. Ilmu Pengetahuan Tidak Hanya Berasal Dari Indonesia.
Pernah apa nggak sih kalian bertanya-tanya, "Kenapa jurnal penelitian mayoritas menggunakan Bahasa Inggris?" Itu kembali lagi karena Bahasa Internasional kita adalah Bahasa Inggris. Orang Afrika, Eropa, Asia, semua kalau ingin menyumbang ilmu pengetahuan, ya pasti menggunakan Bahasa Inggris tidak bukan untuk dapat diakses oleh semua orang.
Lalu, kenapa to Bahasa Inggris menjadi Bahasa Internasional? Akan aku tulis di lain kesempatan kalau ada mood, hehe.
b. Dapat Menikmati Berbagai Literatur Hebat
Hadirnya Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional memang membawa dampak positif, salah satunya adalah akses terhadap karya-karya literatur mahakarya dari seluruh dunia. Kesampingkan contoh mainstream seperti Romeo and Juliet ataupun Hamlet karya William Shakespeare,
karya-karya modern seperti Steins;Gate, Sakura no Mori Dreamers, Muv-Luv dan banyak lainnya tentu dapat kita nikmati berkat adanya Bahasa Inggris yang berperan sebagai Bahasa Internasional karena Bahasa Internasional adalah bahasa yang paling banyak dipergunakan di seluruh dunia.
Dengan kata lain, Bahasa Inggris selalu menjadi prioritas utama dalam translasi/terjemahan suatu karya. Lalu, game-game yang tidak berasal dari negara native English pun tetap menggunakan Bahasa Inggris.
Tapi kan, native speaker Bahasa China lebih banyak dari pembicara Bahasa Inggris, kenapa enggak berganti? Itu ada hubungannya dengan esensi dari Bahasa Internasional itu sendiri, lain kali juga bakal aku ceritain deh kalo minat, hehe.
Sebenernya masih banyak lagi lho mentemen, alasan kenapa belajar Bahasa Inggris itu sulit. Tapi kebanyakan cuma balik ke kapasitas dan bagaimana kita menanggapi tantangan yang sulit itu. Kapan-kapan mampir lah ke Sastra Inggris, tanya-tanya gimana perasaan mahasiswa-mahasiswanya, terutama yang udah tahun ketiga dan keempat.
Artikel juga akan aku akhiri sampai di sini karena aku pegel nulis mwehehe. Sebagai seorang pesimis besar, aku juga agak nggak yakin ada yang mau ngebaca artikel ini. Ya, lagi-lagi karena tulisanku ini berawal hanya karena keisengan doang sih, sekalian buat nambah motivasi ngerjain KKN, jadinya aku nggak terlalu banyak berharap. Apalagi penayangannya malam-malam begini.
Memang yang aku jabarkan tidak terlalu wah, tapi semoga dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca. Tetep semangat dan inggriskan dirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H