Lihat ke Halaman Asli

Saeran Samsidi

Selamat Datang di Profil Saya

Seorang Ibu Muda yang Gamang untuk Merayakan Hari Ibu

Diperbarui: 27 Desember 2020   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oooh ....ternyata sudah lingsir wengi. Malam itu jan mbulet nguwer-nguwer mubeng memusingkan. Lambat sekali jalannya. Di luar rumah sepi, lampu pojok rumah tampak temaram dilihat dari celah korden jendela kamarku. Kamar yang baru dua tahun kutempati bersama suamiku. Angin bulan Desember malam itu bertiup pelahan, bagiku terasa mencekam.

Belum juga bisa tidur. Dua tahun berumah tangga belum juga dikaruniai momongan. Hal ini menambah runyam keadaan. Keluarga suamiku sering menyindir, khususnya ibu mertua yang segera ingin punya cucu dari anak lelaki bontotnya seperti halnya kakak dan mbayu suamiku yang sudah menghadiahkan cucu-cucu  untuk orang tuanya.

Waaah ... belum juga bisa tidur. Klasad-klesed, mlumah mengkureb tidur sendirian. Sudah lima hari aku tidur sendiri tanpa suami yang sedang ikut adum untuk promosi jabatan. Hujan rintik gerimis di luar menambah belantara ingatan masa lalu ketika aku memutuskan untuk jadi mualaf nikah dengan lelaki yang kucintai.

"Sudah dipikir masak-masak?" ibuku  bertanya untuk kesekian kalinya padaku saat aku akan ambil putusan untuk membangun mahligai rumah tangga dengan Mas Mustollih. Aku diam saja tak menjawab hanya tertunduk diam di hadapan ibu dan bapak di ruang keluarga.

"Yaaah .. tentunya sudah masak untuk ambil keputusan, Bu." ayah yang menjelaskan akan keputusanku yang sudah berulang kali masalah itu dibicarakan keluarga. "Lagi pula, Gracia kan sudah dewasa. Sudah lulus kuliah dan kerja. Kalau berumah tangga sudah masanya" bapak melanjutkan bicaranya sambil  ambil cangkir kopi  di meja lalu diseruputnya.

"Yah itu si benar, Pak" ibu lalu memandangi diriku lalu melirik bapak, "Tapi ....." ibu tampak cemas, kuatir.

"Tapi apa, Bu?" tanya Bapak.

"Mereka kan beda ...."

"Ya. Lalu ...?"

"Gracia harus ...."

"Mengikuti suami sesuai dengan undang-undang perkawinan?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline