Lihat ke Halaman Asli

Jeritan Janda Tua dan Dua orang Cucunya di Balik Gubug Reyok

Diperbarui: 7 Oktober 2016   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gubug Reyok milik janda tua

Hampir setiap hari kita mengeluh, mengeluh karena apa yang diberikan seolah olah belum cukup, Terkadang hal sepele membuat kita berang, padahal itu lebih cukup dibandingkan saudara disekitar kita yang belum pernah merasakanya.

Menjelang hari Raya idul Fitri kita pusing bukan kepalang karena belum beli ini beli itu, walaupun yang sudah ada tetapi merasa kurang, namun kita lupa memperhatikan saudara saudara disekitar kita, Jangankan untuk membeli baju baru berkumpul dengan keluarga pun sulit.

"Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya waktu lebaran, bagaimana bisa berbahagia dihari kemenangan, dia kumpul dengan anak anaknya saja tidak,"ungkap Salah seorang sahabat saat mendatangi sebuah gubung milik seorang janda tua yang tinggal dengan dua Cucunya yang baru lulus Sekolah dasar digubung Reyok.

Mereka tetap kuat menjalani kehidupan dan cobaan yang diberikan oleh yang maha kuasa. Kita bisa belajar dari mereka yang menjerit dan menangis dibalik dinding gumuruhnya tantangan zaman. Seolah olah mereka hidup sendiri didunia ini, padahal disekeliling rumahnya berdiri kokoh gedung pelayanan masyarakat.

Untuk makan sehari hari saja nenek dan kedua cucunya hanya mengharapkan belaskasihan dari saudara dan tetangganya dan itu berlangsung lama. Ini lah kehidupan yang dijalani setiap hambanya. Dari kejadian itu secara pribadi bahwa saya bisa belajar dari mereka. Mereka mengajarkan bagaimana bisa bertahan dan kondisi apapun.

 

 

 

   




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline