Apa sih yang kamu tahu tentang kisah 212?
Yup, kisah 212 yang terlahir sebagai aksi bela islam itu difilmkan loh.. gaung dalam film 212 ini sudah santer kemana-mana. Diharapkan pula film ini yang akan rilis pada 9 Mei 2018 menjadi film yang tembus 1 juta penonton. Bukan saja hal tersebut, diharapkan pula film tersebut menjadi film yang bernuansa apik dengan bioskop yang bertebaran nuansa putih-putih dari penonton film tersebut.
Nah, sedikit bocoran nih ya.. tapi bukan spoiler kok.. film ini bisa disebut sebagai film docu-drama yaitu documentary drama. Film yang berlandaskan kepada kisah dokumenter dipadukan dengan nuansa fiksi di dalamnya. "Film ini dibuat untuk mengabadikan semangat persatuan umat islam dan bangsa Indonesia yang diteruskan ke generasi muda," pungkas Asma Nadia selaku pemain dalam film ini.
Asma Nadia juga berharap bahwa melalui film ini pula bioskop bisa menjadi lahan untuk berdakwah dan edukasi. "Semoga film-film lain yang bernuansa dakwah dan edukasi bisa diluncurkan melalui cita-cita bioskop yang mengedukasi," lanjut Asma Nadia saat peluncuran film 212 The Power of Love.
Film yang bernuansa dakwah ini memang seperti dokumenter yaitu hadirnya aksi bela islam 212 pada tahun 2016 yang lalu. Namun, bukan saja hal tersebut film ini juga dilandaskan dengan adanya kisah humanis seorang muslim dihadirkan. Diharapkan pesan dalam film ini yaitu umat muslim yang rahmatan lil alamin dapat terwujud. Yaitu, umat muslim itu rahmat bagi seluruh alam dengan tidak main hakim sendiri dapat terwujud.
Kisah humanis film ini yaitu adanya sebuah egoisme seorang jurnalis yang membenci islam yaitu Rahmat (diperankan oleh Fauzi Baadilla) menuliskan sebuah tulisan yang bertentangan dengan kenyataan yaitu membenci islam. Rahmat sangat dikucilkan oleh pembacanya.
Kondisi lain, Rahmat yang bersitegang dengan ayahnya selama 10 tahunan meninggalkan rumah akhirnya harus kembali ke Ciamis. Ayahnya yang merupakan tokoh agamis sangat kuat dan konservatif terhadap pendiriannya. Rahmat pun akhirnya harus pulang dengan kematian sang ibunda. Kondisi inilah yang mengakibatkan nilai humanis seorang ayah dan anak laki-laki bertautan.
Kondisi lain, Sang Ayahanda yang harus membela islam dengan berjalan kaki menuju Jakarta dengan peristiwa 212, dan rahmat yang berupaya menggagalkan aksi sang ayah. Namun, Rahmat tetap mengikuti sang ayahanda dalam aksi bela islam tersebut. Keterpaduan emosi dan nilai-nilai antara Ayah dan anak yang bertautan dalam kondisi membela agama memang sudah selayaknya terjadi. Bukan saja pada agama Islam namun dalam agama lain pun diharuskan demikian.
Kondisi inilah menjadi satu pesan dalam film yang ditulis dan disutradari langsung oleh Jastis Arimba. Kisah cinta pun turut dihadirkan dengan emosi rahmat dan wanita yang hendak dijadikan kekasihnya. Pemain lain yang turut membangun emosi dan laik ditonton yaitu hadirnya Adhin Abdul Hakim, Asma nadia, Ustadz Erik Yusuf, Hamas Syahid, Ronny Dozer, Meyda Sefira, dan masih banyak lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H