Ngomongin film sejarah itu sangat enak jika didukung dengan keunikan yang ditmpilkan dalam film. Berikut saya mencoba menganalisa hal-hal unik dari adanya film sejarah berjudul Moonrise Over Egypt, kiranya ada 8 hal unik yang ditampilkan dalam film ini yaitu:
1. Mengangkat tentang tokoh pergerakan nasional.
Film ini mengangkat tentang kisah KH. Agus Salim yang berjuang dengan cara berdiplomatik ke Mesir. Perjuangan Agus Salim tersebut penuh rintangan dan tantangan bukan saja dari negeri Mesir namun ada campur tangan Belanda untuk menggagalkan usaha Agus Salim.
Bukan saja Agus Salim yang saat itu sebagai menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, namun juga ditampilkan Abdurrahman Baswedan (menjabat sebagai Wakil Menteri Penerangan), Mohammad Rasjidi (menjabat sebagai Sekjen Departemen Agama), serta Datuk Sutan Pamuntjak (menjabat sebagai Pejabat Departemen Luar Negeri). Kisah empat tokoh tersebut yaitu pada tahun 1947 hingga akhirnya Mesir menjadi Negara pertama mengakui secara de jure kemerdekaan Indonesia.
2. Perjuangan heroik meraih kemerdekaan Indonesia.
Kisah dalam buku-buku sejarah yang ada di sekolah tidaklah seunik dalam film yang ditampilkan secara audio visual. Keunikan inilah yang perlu dirasakan oleh pemuda untuk memahami kisah Agus Salim dkk dalam meraih pengakuan de jure dari negara lain yaitu mesir.
3. Mengenalkan tentang arti Nasionalisme dalam kepribadian bangsa
Saat ini bangsa Indonesia tergerus akan makna nasionalisme. Di film ini akan dikenalkan makna dan pentingnya nasionalisme. Film ini juga akan memberikan pesan inspiratif tentang nasionalisme.
4. Alur yang unik dan menarik
Kisah tentang film genre sejarah alurnya sangatlah unik. Kenapa unik? Karena dengan alur yang panjang maka perlu cermat dalam memahami rangkaian scene yang ada. Film ini bergenre suspense sejarah tentu akan lebih nikmat ditonton karena akan berdampak kepada keunikan film. Dengan mengangat kisah tentang diplomatiknya Agus Salim tentu alur yang panjang ini akan terasa nikmat dan unik dihadirkan.
5. Mengubah pola pikir generasi penerus