Berlangsung di XXI Plasa Senayan, Gala Premiere Untuk Angeline diadakan (21/7). Film dengan motif kekerasan pada anak masih bisa dihitung dengan jari. Bukan saja di Indonesia bahkan skala dunia juga masih belum ada. Sebagai contoh film luar negeri dengan tema kekerasan anak yaitu Beth Thomas (1989), mengisahkan tentang kisah dan dampak dari kekerasan seksual pada anak.
Berbeda dengan film Beth Thomas yang lebih menampilkan dampak kekerasan seksual, psikis dan fisik pada anak, namun pada film Untuk Angeline lebih menampilkan kisah untuk dukungan dan peran orang tua untuk tidak melakukan kasus kekerasan pada anak. Kasus kekerasan anak memang selalu bertambah di tiap tahunnya. Oleh sebab itu, hadirnya film Untuk Angelina diharapkan dapat menjadi barometer untuk menolak kekerasan pada anak serta dukungan pola asuh yang baik untuk anak.
“Film ini didedikasikan untuk para korban kekerasan sampai ada yang meninggal seperti Angeline, namun kami dedikasikan juga untuk Yuyun di Rejang Lebong Bengkulu, untuk Fina di Lampung serta daerah lainnya,” tutur Niken Septikasari selaku produser film Untuk Angeline.
Angeline adalah anak angkat dari Samidah (diperankan Kinaryosih) yang berasal dari banyuwangi. Samidah pindah ke Bali mengikuti Santo suaminya (diperankan Tengku Rifnu Wikana) saat usia kandungannya berumur 8 bulan. Kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk membayar biaya rumah sakit saat melahirkan Angeline, membuat Samidah merelakan Angeline diasuh oleh John dan Terry. Namun, perjanjian pengasuhan dibuat dengan menyebutkan bahwa Angeline tidak boleh ditengok setelah berusia 8 tahun.
Film dengan lokasi syuting di Banyuwangi dan Jakarta ini menghadirkan kisah pilu yang dialami oleh Angeline (diperankan Naomi Ivo) setelah ayah angkatnya (John – diperankan Hans de Krekker) meninggal. Angeline dianiaya selama diasuh oleh Tery - ibu angkatnya (diperankan oleh Roweina Umboh) , bahkan kakak angkatnya (Kevin) juga turut menyiksa Angeline. Angeline akhirnya dikabarkan hilang setelah seringnya dianiaya.
Batin seorang ibu akan anak kandung semakin terasa, dan membuat Samidah ingin kembali membawa Angeline untuk tinggal bersamanya. Namun, saat yang ditunggu Samidah mendapatkan berita bahwa Angeline telah meninggal. Perasaan pilu Samidah pun terurai karena lama tak bersua dengan Angeline dan menerima kabar bahwa Angeline telah meninggal.
Selama film berlangsung, kisah pilu mengharu biru akan tampak dari layar bioskop. Disinilah pesan dalam film ditampilkan bahwa anak adalah karunia Tuhan sehingga perlu untuk diasuh dengan pola yang baik, tanpa adanya kekerasan yang terjadi bahkan meninggal dunia.
Film Untuk Angeline yang didedikasikan dalam rangka memperingati hari anak yang jatuh pada tanggal 23 Juli menampilkan akting yang mumpuni dari para pemainnya. Akting yang natural begitu terasa dalam film ini, meskipun ada beberapa bagian yang tidak sinkron pada gambar seperti saat Paramitha Rusadi mengangkat i-phone yang tidak sesuai. Meskipun demikian, selaku penikmat film Indonesia saya menikmati bagian per bagian dalam Untuk Angeline diiringi dengan derai air mata yang keluar saat menonton film dengan alur maju mundur.
Untuk Angeline juga memberikan penobatan Untuk Angeline Award kepada tokoh yang peduli terhadap pola asuh pada anak. Penghargaan diberikan kepada Tri Risma harini (Walikota Surabaya) dan Ridwan Kamil (Walikota Bandung) mendapatkan penghargaan kategori Walikota Sahabat Anak, Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi) mendapatkan penghargaan kategori Bupati Sahabat Anak, serta Deddy Mizwar (Aktor dan Wakil Gubernur Jawa Barat) dan Kak Seto (ketua KOMNAS ANAK) mendapatkan penghargaan sebagai Tokoh Sahabat Anak. “Koalisi Anak Madani (KAMI) yang didukung oleh Komnas Anak mendedikasikan ‘Untuk Angeline Award’ setiap tahun untuk film-film bertemakan anak dan keluarga selain para tokoh yang menjadi sahabat anak,” ujar Niken Septikasari yang juga menjabat sebagai pengurus KAMI.
====