Hari sabtu yg lalu bertepatan dgn hari TNI, yaitu 5 Oktober 2013.. aku mengajak anakku jalan2 dengan menggunakan kereta api . Perjalanan ini sebenarnya sebuah janjiku thd anakku seminggu sebelumnya saat aku pergi ke Yogya. Disaat kereta anakku senang sekali. "Bi, goyang-goyang,"kata anakku dgn bahasanya yg belum sempurna. Namun sungguh kenikmatan bisa mengajaknya jalan-jalan meskipun hanya berdua. Mengapa berdua? Karena istriku sedang hamil 7 bulan. Jadi tak memungkinkan untuk diajak pergi. Perjalanan itu sungguh menggembirakan kembali baginya, kuajak melihat monas. “Mana monas bi?”katanya kemudian saat aku tunjuk sebuah tugu monas. Kereta api berhenti di Stasiun Djuanda. Disini aku langsung menuju ke istiqlal uuntuk shalat zuhur terlebih dahulu. Disini pun sempat berfoto tepat di depan gerbang istiqlal. Memasuki masjid istiqlal ini anakku gembira bukan main. Menaiki lantai 2 istiqlal hingga shalat dzuhur berjamaah. Anakku pun ikut berjamaah disampingku. Setelah itu sejenak mengisi perut dgn makan biscuit yg dibawa dari rumah. Setelah itu perjalanan pun dilanjutkan ke monas. Ternyata di MONAS sdg ada pameran alutsita TNI. Pamrean ini benar-benar membuat anakku gembira. Gembira saat duduk diatas tank, masuk ke dalam mobil tentara dan memegang kemudinya. Namun, kenyataan pahit menimpa. Yaitu anakku melihat ondel-ondel. Disini ketakutan menghampirinya. Saat itu aku mengatakan kepada anakku tidak usah melihatnya. Karena rasa takut sudah mendera di dalam pikirannya, akhirnya ketakutan menimpa. Ditambah lagi sebuah patung TNI yg terletak pada pameran semakin membuat anakku takut. Ketakutan ini semakin memperparah pikiran anakku yaitu saaat melihat tentara dgn wajahnya yang sangar. LEngkap sudah ketakutan menerpanya. Walhasil, “Bi, pulang Bi..” kata anakku. Melihat kondisinya yg semakin ketakutan. Akhirnya kulangsung berputar arah pulang. Kembali menuju stasiun. Anakku pun minta digendong. Pegal terasa karena dari awal sampai di Djuanda hingga harus embali menuju Djuanda anakku harus digendong. Pegal dan penat mendera. Penderitaan selanjutnya ditambah lagi saat di kereta yang tak satupun dari penumpang melihat kondisiku yang menggendong anak untuk memberikan tempat duduk. Indonesia oh Indonesia.. kemanakah hati nurani mu.. Akhirnya saat di kereta aku duduk berselonjor di lantai. Saat seperti ini baru beberapa orang mulai peduli. Memberikan tempat duduknya kepadaku. Siapakah yang rela memberikan tempat duduknya? Tentu saja orang tua yang telah berkeluarga. Namun, bagi jiwa yg muda? Tak ada sedikitpun terbetik pikirannya bagaimana jika ini terjadi pada dirinya. Sampai di rumah akhirnya anakku langsung bercerita kepada istriku. Ceritanya ini disampaikan saat menjelang tidur malam dengan kondisi tubuhnya yang letih. “Mi, zaza melihat ondel-ondel, takut mi..” begitu katanya kepada istriku. Lalu tertidurlah zaza. Demikianlah perjalanan yang kulakukan sabtu kemarin. Dgn segala suka dan duka yang kumiliki. Semoga bisa diambil ibrohnya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H