Lihat ke Halaman Asli

Arema vs Persib: Stigma Telat Panas dan Trauma Tragedi Kanjuruhan

Diperbarui: 7 Juli 2023   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CNN Indonesia

Arema vs Persib: Stigma Telat Panas dan Trauma Tragedi Kanjuruhan  - Pertandingan antara Arema FC dan Persib Bandung selalu menciptakan antusiasme dan ketegangan tinggi di kalangan penggemar sepak bola Indonesia. Namun, di balik rivalitas yang sengit antara kedua tim ini, ada dua aspek yang kerap menjadi sorotan, yaitu stigma telat panas dan trauma tragedi Kanjuruhan.

Stigma telat panas mengacu pada perilaku beberapa pendukung Persib Bandung yang sering terlambat masuk ke stadion saat pertandingan di Malang, terutama di Stadion Kanjuruhan, markas Arema FC. Kejadian ini tidak hanya sekadar keterlambatan, namun juga menyebabkan ketidaknyamanan bagi penonton lainnya. Stigma ini melekat pada sebagian pendukung Persib, yang dianggap kurang menghormati aturan dan waktu yang telah ditetapkan. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua pendukung Persib terlibat dalam perilaku ini. Masih ada pendukung setia Persib yang memasuki stadion tepat waktu dan menunjukkan sikap sportif.

Di sisi lain, tragedi Kanjuruhan pada tahun 2016 meninggalkan trauma yang mendalam bagi banyak orang. Saat itu, kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan selama pertandingan antara Arema FC dan Persib Bandung. Kerusuhan tersebut berakibat fatal dengan adanya korban jiwa dan luka-luka. Trauma ini tidak hanya dirasakan oleh para korban langsung, tetapi juga oleh para penggemar sepak bola secara umum. Setiap kali Arema dan Persib bertemu, tragedi Kanjuruhan selalu menjadi bayangan yang mengingatkan akan peristiwa tragis tersebut.
Dalam menghadapi stigma telat panas dan trauma tragedi Kanjuruhan, diperlukan langkah-langkah yang proaktif dan konstruktif. Pertama-tama, pihak pengelola stadion harus memperketat pengawasan dan menerapkan aturan ketat terkait waktu masuk ke dalam stadion. Hal ini bertujuan untuk mencegah keterlambatan dan menciptakan suasana yang lebih teratur dan nyaman bagi semua penonton.
Selain itu, edukasi juga menjadi faktor penting. Para pendukung Persib perlu mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menghormati waktu dan aturan saat hadir di stadion. Perlu ada kampanye yang kuat untuk meningkatkan kesadaran akan etika penonton dan mempromosikan perilaku yang positif dan bertanggung jawab selama pertandingan.

Namun, tidak hanya pendukung Persib yang perlu diberikan edukasi. Pendukung Arema juga harus diajak untuk meningkatkan toleransi dan memperlakukan lawan dengan rasa hormat. Dalam pertandingan sepak bola, rivalitas yang sehat dapat meningkatkan kegembiraan dan semangat pertandingan, asalkan tetap dalam batas-batas yang wajar dan tidak melanggar hukum.

Dalam merespons trauma tragedi Kanjuruhan, penting bagi semua pihak terkait untuk bekerja sama dalam menciptakan suasana yang aman dan damai di setiap pertandingan. Pihak keamanan harus memastikan kehadiran personel yang cukup, sistem keamanan yang efektif, dan komunikasi yang baik dengan para penggemar. Pendukung juga harus bersikap bijaksana, menjauhkan diri dari tindakan kekerasan, dan menghormati perasaan trauma yang dialami oleh para korban tragedi.

Pertandingan antara Arema FC dan Persib Bandung seharusnya menjadi ajang untuk menunjukkan semangat persaingan yang sehat dan sportivitas. Semua pihak, baik pengelola stadion, klub sepak bola, dan pendukung, perlu bersatu untuk menghilangkan stigma negatif dan membangun suasana yang positif dan harmonis. Dengan cara ini, pertandingan ini bisa menjadi sarana yang memperkuat persahabatan antarpendukung dan mempromosikan kecintaan terhadap sepak bola Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline