Lihat ke Halaman Asli

Saeful Ihsan

Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Pernyataan DPR Soal Kebakaran Kilang Pertamina Dilihat dari Kacamata Comte

Diperbarui: 6 April 2023   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gandung Pardiman. Sumber foto: partaigolkar.com

Ada suasana religi rupanya di dalam RDP (Rapat Dengar Pendapat) antara Direktur Utama PT. Pertamina dengan Komisi VII DPR RI (04/04/2023) soal terbakarnya kilang minyak di Dumai pada tanggal 1 april 2023 kemarin.

Yaitu pada momen ketika anggota Komisi VII DPR RI dari fraksi Partai Golkar, Gandung Pardiman, geram atas kelalaian berulangkali dari PT. Pertamina. Kelalaian itu menurutnya merupakan bentuk kesialan. Sedangkan sial itu disebabkan oleh 4 faktor: kurang doa, kurang syukur, kurang amal, dan kebanyakan korupsi.

Seolah mengamini pernyataan itu, Nasir yang juga merupakan anggota partai Golkar, menyarankan kepada pihak PT. Pertamina agar merenungkan faktor-faktor kesialan yang sudah disebutkan.

Mumpung bulan puasa, tempatnya melaksanakan amal ibadah, katanya. Hal ini dimaksudkan agar proses recovery terhadap warga terdampak di sekitar kilang Dumai segera dilakukan.

Menyambung dua anggota Komisi VII dari partai Golkar tersebut, Ramson Siagian dari fraksi Gerindra menyentil soal bantuan sarung dari PT. Pertamina yang kini tidak ada lagi, sebagai bentuk kurangnya amal tadi. Berbeda dari periode kemarin saat awal-awal menjabat, bantuan dari Dirut PT. Pertamina dengan mudah bisa dapatkan.

Benarkah kebakaran kilang minyak di Dumai  disebabkan oleh kurangnya amal? Tidakkah ini terlalu teologis dan bertentangan dengan logika berpikir manusia di zaman modern?

Seolah kata-kata para anggota DPR komisi VII tadi mencerminkan manusia-manusia yang hidup di zaman teologis, kalau kita baca dari teori sosiologi Auguste Marie Francois Xavier Comte, bapak sosiologi itu.

Comte membagi perkembangan masyarakat menjadi 3 tahap. Pertama, tahap teologis. Manusia pada zaman ini berpikir bahwa segala kejadian di alam ini sepenuhnya dikendalikan oleh yang gaib, atau Tuhan.

Kedua, tahap metafisik, yaitu cara berpikir manusia sudah mulai berkembang. Bahwa kehidupan ini bukan sepenuhnya dikendalikan oleh Tuhan, tetapi oleh faktor alam itu sendiri.

Ketiga, masyarakat modern, yaitu masyarakat yang cara berpikirnya saintifik, logis, rasional (masuk akal). Segala kejadian di alam ini memiliki sebab teknis yang dapat segera diketahui, karena adanya hukum kausalitas. Peristiwa selalu merupakan sebab akibat secara materi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline