Pertama kenal, iseng awalnya. Klik keyword Saham di aplikasi YouTube begitu mendengar istilah Saham terucap beberapa kali dari lisan pewawancara TV swasta dengan si Narasumber. Ternyata ada begitu banyak Channel yang membahas saham. Semakin penasaran, klik salah satunya. Klik lagi satu lainnya. Bertambah-tambah penasaran, beberapa di-klik pula. Kurang puas. Tanya-tanya di kolom komentar. Alhasil ... ada yang respon. Malah ada yang menyemangati untuk buka akun. Sekarang mudah, katanya, bisa dilakukan 100% online.
Jadilah nekad. Kepalang tanggung, sukses akhirnya terdaftar sebagai salah satu Investor Saham di Indonesia. Kerennya lagi, Punya SID (Single Investor Identification), semacam NIK di KTP. Tepatnya, identitas resmi sekaligus bukti kalau sudah jadi penduduk di Pasar Modal dan berhak melakukan transaksi di situ.
Bermodal semangat dan takut tertinggal kereta, langsung terjun ke trading. Bak profesional, amati grafik naik turunnya beberapa saham yang jadi incaran. Tertarik dengan salah satunya yang punya tren terus naik, tanpa pikir panjang langsung Buy. Hajar kanan pula. Anehnya, selang beberapa menit terus turun. Panik. Hajar kiri. Sell. Lebih aneh lagi, begitu saham dilepas, tren naik kembali. Belakangan jadi tahu, ada yang sedang menggoreng saham. Semacam jebakan betmen lah. Si Bandar yang pasang, si Bandar sendiri yang beli. Dia yang menaikkan, dia pula yang menurunkan. Ketika ada yang masuk .. hap, lalu dilahap! Begitulah ternyata, sesuatu itu selalu pasti ada ilmunya. Demikian pula halnya dengan dunia persahaman. Tak sembarang beli, tak asal jual. Kecuali siap buntung terus!
Belajar dari pengalaman pahit tersebut, tak membuat saya kapok. Pelajaran penting bagi saya, jangan lagi masuk ke medan pertempuran jika kita belum memiliki senjata maupun amunisi yang memadai. Dan Pasar Modal adalah medan pertempuran kejam bagi yang punya niat gagah-gagahan saja. Tak perlu sampai menunggu seratus langkah. Seseorang bisa saja langsung gugur menginjak ranjau tepat di langkah pertamanya. Menyeramkan memang, tapi bagi para pecundang yang senang gagah-gagahan. Petantang-petenteng menenteng Kartu SID ke mana-mana sambil berkaos dengan tulisan IDX ukuran besar di dada kiri dan Indonesia Stock Exchange di bagian punggungnya.
Sedang bagi para pembelajar, Pasar Modal adalah wadah untuk merintis masa depan. Tempat meminimalisir ketidakpastian menjadi lebih dekat dengan kepastian. Bukan dengan ramalan melainkan dengan pengetahuan. Bukan dengan sikap apatis tapi melalui suatu analisis. Beruntungnya, dunia saham menyediakan lebih dari cukup semua itu. Tinggal kembali ke diri masing-masing, menjatuhkan pilihan sebagai Investor ataukah memilih sebagai Trader. Main saham secara Long Term atau Short Term. Tak ada yang lebih bagus dari keduanya, pun tak ada yang lebih buruk salah satunya. Konsisten dengan pilihan adalah sebaik-baiknya keyakinan di Pasar Modal.
Jangan menjadi plin-plan. Menyebut diri Investor Long Term tapi jari sudah gatal klik Sell begitu saham yang dimiliki memiliki potensi Gain 3%. Sebaliknya, dari Trader Short Term tiba-tiba berbalik menjadi Long Term begitu tahu saham turun hingga 20-an persen. Padahal, analisis yang dipakai untuk keduanya berbeda. Investor lebih kepada Analisis Fundamental sedangkan Trader cenderung menggunakan Analisis Teknikal. Ujung-ujungnya, mengharap Cuan sampai di tangan malah Boncos yang didapatkan.
Kuncinya, konsistenlah dengan pilihan. Jadilah Investor bukan spekulator. Atau pilihlah Trader bukan menjadi gambler. Karenanya, teruslah belajar dan rajin membaca. Tak ada yang tak bisa jika kita sudah memahaminya
Bagaimana? Sudahkah siap untuk serok cuan sebanyak-banyaknya?
Jangan lupa, SFAST siap memfasilitasinya lho ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H