Januari 2020 sekolah kami masih tatap muka biasa. Semua berjalan normal sebagaimana mestinya. Bahkan kami sudah melaksanakan jam tambahan untuk siswa kelas 6 sebagai persiapan menghadapi USBN, membuat rencana untuk acara perpisahan, serta menentukan hari H kunjungan ke Pondok Pesantren dan pelaksanaan rekreasi khusus Kelas 6. Saat itu Covid-19 baru terdengar gemanya saja, nun jauh di kota Wuhan sana. Segala rencana yang masuk agenda semester 2 di kelas 6 kami persiapkan secara matang. Hal ini tentunya untuk memantapkan siswa agar memperoleh hasil yang maksimal dalam ujian, lancar acara perpisahannya, lancar kunjungan ke Pondok Pesantrennya, dan lancar juga rekreasinya.
Pertengahan Maret 2020. Agenda mulai terlihat tidak berjalan sesuai rencana. Tepat tanggal delapan belasnya sekolah mengumumkan untuk memulai Pembelajaran Daring. Siswa dan guru pun tergagap menghadapi situasi mendadak ini. Untunglah dengan sigap sekolah segera mengadakan rapat untuk mencari formula terbaik dalam melaksanakan Pembelajaran Daring. Sejak hari itulah, semua kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran dilakukan secara daring hingga selesainya Tahun Pelajaran 2019/2020.
Juli 2020. Awal Tahun Pelajaran 2020/2021 tiba. Pemerintah mengumumkan bahwa Kegiatan Belajar Mengajar belum diizinkan untuk tatap muka secara langsung. Sirnalah harapan semula kami yang berpikir jika di bulan Juli Covid-19 sudah mereda. Kenyataannnya justru grafiknya malah meningkat. Maka demi keamanan dan keselamatan kita bersama, siap atau tidak siap, suka atau tidak suka, kami harus melaksanakan daring kembali.
13 Juli 2020. Seharusnya pada tanggal tersebut merupakan hari pertama masuk sekolah di tahun pelajaran baru. Namun, berhubung hal ini tidak memungkinkan untuk dilakukan sementara siswa harus tetap belajar, maka pada hari pertama Tahun Pelajaran 2020/2021 kami memulainya dengan membuat grup WA bagi kelas kami masing-masing.
Sebagaimana teman-teman guru yang lain, saya pun tak ketinggalan untuk membuat Grup WA bagi kelas saya, yakni Kelas 6. Untuk hari pertama belum saya isi dengan pembelajaran. Akan tetapi saya memanfaatkan hari pertama ini dengan mengecek keaktifan nomor Wa siswa-siswa saya. Saya melakukan VC dalam kelompok kecil yang terdiri atas 5 sampai 6 siswa dari total 21 siswa di kelas saya. Jika ada siswa yang nomor WA nya tidak aktif atau belum ada, maka menjadi tugas teman-teman lainnya untuk memasukkan nomor temannya tersebut ke grup. Oleh karena itulah, ketika awal-awalnya membuat grup, setiap anggota grup sekaligus juga merangkap admin agar lebih mudah di dalam memasukkan nomor-nomor Wa teman yang belum masuk.
Masalah baru muncul. Banyak siswa tidak memiliki HP sendiri sehingga terpaksa bergantian dengan orang tuanya. Sisi positifnya, orang tua secara tidak langsung ikut memantau Pembelajaran Daring anak-anaknya. Sisi negatifnya, jika HP ada yang dibawa kerja orang tua, maka siswa tidak bisa mengikuti pelajaran sesuai jadwal pembelajaran.
Melihat permasalahan ini, saya pun mencoba untuk mencari solusinya. Bagi beberapa siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran sesuai jadwal, saya bolehkan untuk melakukan pembelajaran menyusul saat HP nya sedang tidak dibawa orang tuanya.
Masalah yang lebih baru lagi muncul. Ketika melakukan pembelajaran melalui aplikasi zoom, tidak semua siswa bisa mengikutinya dengan alasan yang sudah dikemukakan di atas. Akhirnya saya putuskan, tidak wajib mengikuti zoom. Adapun pembelajaran melalui zoom sifatnya hanya merupakan penjelasan saja dari materi pelajaran yang saya share melalui grup. Dengan demikian, baik siswa yang mengikuti pembelajaran melalui zoom maupun yang tidak, tetap mendapatkan materi pelajaran yang sama pada waktu yang sama pula. Hanya tetap ada plusnya bagi yang mengikuti zoom, mereka bisa berinteraksi secara live sehingga bisa mendapatkan penjelasan pelajaran sekaligus menanyakan bagian-bagian yang belum jelas dalam pembelajaran tersebut.
Beberapa waktu berjalan lancar. Kendala lain datang lagi. Beberapa siswa yang tertinggal pembelajaran dengan alasan HP nya gantian, menanyakan kepada saya mengenai materi apa yang saya sampaikan pada hari yang siswa tersebut tidak mengikutinya. Ada yang tertinggal sehari, dua hari, bahkan sampai tertinggal 3 hari. Kalau hanya satu siswa tentulah tidak akan kesulitan untuk menjawabnya. Tetapi jika yang tertinggal ada lebih dari satu siswa dengan hari dan waktu yang berbeda, tentunya akan menjadi repot untuk memberitahukannya.