Lihat ke Halaman Asli

MPJ Versus Teman Ahok, Vox Populi Vox Dei

Diperbarui: 22 Juni 2016   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah-tengah popularitas Teman Ahok yang terus melonjak dan elektabilitas Ahok yang kian melambung, lahirlah Majelis Pelayan Jakarta (MPJ). Hening, sunyi, dan sepi. Media meliput sekadarnya. Publik menanggapi seadanya. Ada yang memandang dengan sebelah mata. Melirik sinis sambil curiga. Yang acuh tak acuh juga ada.

Tak ada yang salah dalam soal ini. Demam Ahok dan Teman Ahoknya lagi trend-trend nya di Jakarta. Menyebar luas dengan cepatnya mewabah ke seluruh Indonesia. Dan MPJ lahir tepat di pusat pusarannya. Lahir saat kebanyakan orang lagi enak-enaknya menyebut kata Ahok. Bahkan menguap dan mengigau pun berbunyi Ahok. Dan karena inilah sebetulnya MPJ dilahirkan.

MPJ ingin menyentuh kesadaran sebagian besar orang yang sedang mabuk kepayang-payang. Berusaha membuat terjaga dari lelapnya bahwa Ahok bukan manusia satu-satunya yang menghuni kota Jakarta. Bahwa Ahok bukan pula satu-satunya manusia yang konon baik, bersih, cerdas, tegas, berani, amanah di seantero Indonesia. Masih ada figur dan tokoh lain yang punya kemampuan tak kalah bagus untuk dipertarungkan dengan Ahok pada Pilkada 2017 mendatang. Lagian, apa kerennya sih bila gubernur incumbent tak punya rival saat pilkada? Menang karena tak punya lawan? Jangan-jangan kalau Valentino Rossi tahu ia akan tertawa-tawa. Terbayang olehnya bagaimana ia selalu menang di sirkuit karena balapan sendirian. Apa enak dan hebatnya coba? Itulah mengapa Valentino Rossi tetap membutuhkan Jorge Lorenzo, Marc Marquez, dan yang lain sebagai lawan di sirkuit untuk membuktikan kepiawaiannya di dalam mengendarai motor.

Pun demikian adanya dengan MPJ yang lahir untuk edukasi politik masyarakat. Sebagai pembelajaran berdemokrasi ke arah yang lebih matang. Inilah kemudian yang mendasari MPJ merekomendasikan Adhyaksa Dault, Nurdin Abdullah, Sandiaga Salahuddin Uno, Sjafrie Sjamsoeddin, Suyoto, Yusril Ihza Mahendra, dan Yusuf Mansyur sebagai alternatif pilihan warga Jakarta. MPJ mencoba menawarkan ketujuh nama itu ke publik. Namun niat bagus tersebut tak lebih sekedar wacana dan isapan jempol semata selama MPJ tak melakukan tindakan kongkret untuk mencapai tujuannya. Mengharapkan partai politik lekas-lekas mengusung salah satu, dua, tiga, atau tujuh-tujuhnya dari figur yang ditawarkan sama saja memimpikan pohon nangka berbuah semangka.

Partai politik tentu tak mau rugi. Hitung-hitungan dagang mereka melebihi hitungannya para saudagar. Ketimbang menggerakkan mesin partai untuk tokoh atau figur yang peluangnya 50:50 mendingan mengusung nama yang sudah nampak kejelasannya diterima oleh publik. Bahkan kalau tak bisa mengusung maka pilihan sebagai partai pendukung tetap jauh lebih baik daripada mengusung bakal calon yang dianggap masih di dalam karung. Terlalu besar biaya dan resikonya. Untung belum pasti rugi di depan sudah menanti.

Oleh karena itulah, MPJ tak perlu tergesa-gesa menawarkannya ke partai politik. Dijamin tak laku. Tawarkan ke pasar dahulu. Dan publik adalah pasar yang jujur. Kenalkan ketujuh nama tersebut ke publik. Siapa mereka, dari mana asalnya, punya prestasi apa saja, dan ini yang paling penting, mau tidak mereka dicalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta. Sebab percuma juga kan, sudah capek-capek menawarkan ke publik dan publik menerima tapi diujung malah si tokoh menolak untuk dicalonkan. Mission impossible namanya.

Lalu setelah dirasa sedikit banyak publik mengenal, kerucutkan ketujuh nama tersebut dalam sebuah survei misalnya. Jangan langsung hadapkan dengan Ahok, pasti keok. Cukup sesama nama yang sudah direkomendasikan MPJ saja. Biarkan ketujuh nama itu dulu yang dipertarungkan. Biarkan pula publik yang memutuskan. Selanjutnya begitu mengerucut kepada satu atau dua nama mulailah MPJ mengawali kerja besarnya. Buatlah segera dan segera rakitlah mesin kerja setangguh mesin Teman Ahok. Percayalah, jika elektabilitas meninggi tak perlu susah-susah teriak lagi, parpol-parpol pasti akan saling berebut menawarkan diri.

Sudah saatnya MPJ membuktikan keseriusannya berunjuk gigi untuk menjadi lawan sepadan bagi Teman Ahok. MPJ versus Teman Ahok. Vox Populi Vox Dei.

*********************************

Sumber : |1 |2 |3|




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline