Lihat ke Halaman Asli

Firman Saefatullah

Penulis adalah pegiat demokrasi dan pendidikan, bergabung dalam IED Institute for Election and Democracy

Mahkota Untuk Guruku (sebuah Puisi di Hari Guru Nasional)

Diperbarui: 26 November 2023   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri 

Terima Kasih guruku
Guru yang mengajari kami pribahasa
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Hingga aku...
Tak lagi takut menyelami dasar lautan
Tak lagi takut terbang mengelilingi angkasa
Tak lagi takut berlari di hutan belantara
Tak lagi takut menatap jelaga yang pekat
Karena aku tau
Darimu wahai guruku
Setiap perjuangan tidak akan ada yang sia-sia

Terima Kasih Guruku...
Guru yang mengajarkan kami peribahasa
Dimana bumi dipijak
Disitu langit dijunjung

Hingga aku mengerti
Aku harus berkata apa
Aku harus bersikap bagaimana
Aku harus bertindak kapan

Dan darinya aku mengerti...
dimana aku harus menundukkan kepala ini
Dan dimana aku harus teriak se kencang-kencangnya
Hingga menggoncang atap asa dan nyata

Terima Kasih Guruku...
Guru yang mengajari aku peribahasa
Nila setitik
rusak susu sebelanga

Hingga aku sadar....
Tak mudah berjalan di tepian sumirat
Tak mudah berkhutbah di tengah-tengah selat
Tak mudah berdamai dengan besi yang terus berkarat
Dan tak mudah menundukkan jiwa yang sedang sekarat

Darinya.....
aku dipaksa tak berdaya dalam kepapaan raga
Menginsafi jiwa yang terus bergolak melawan
Menertibakan satu per satu kealfaan dan kedigdayaan....

Terima kasih guruku
Tanpamu aku tak kan bisa berdiri sampai saat ini
Atas nama keluhuran Tuhanku

Untukmu...
Guruku...
Mahkota keluhuran....

Mirat, 25 November 2022

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline