Lihat ke Halaman Asli

Mr Sae

Peneliti

Saat Adzan Mengusik Pendengaran

Diperbarui: 3 Agustus 2016   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nafsu besar telah dilampiaskan oleh pihak pihak tertentu dan oknum terhadap ketenangan dan kerukunan masyarakat Indonesia. Berbagai kejadian, insiden dan konflik di berbagai wilayah serta menjadi totonan gratis di media masa dan cetak, ujung ujungnya adalah konflik agama dan berbabau SARA. Anehnya kejadian ini tidak pernah kunjung reda dan bahkan semakin meluas tanpa ada upaya yang serius untuk mencegah dan menumpasnya.

Terakhir kejadian yang saya saksiskan adalah peristiwa pembakaran wihara di Tanjung Balai di Sumut. Pemicu kejadian tersebut mungkin di pandang sederhana oleh sebagain banyak oarang terutama yang non muslim yaitu pelarangan adzan oleh warga non muslim dengan mengenakan pengeras suara di masjid atau mushola, padahal jumlah warga muslim disana dominan dibandingkan non muslim. Alasan mereka sangat menganggu pendengaran dan mengusik ketenangan. Sementera pihak muslim merasa terganggu dan merasa di remehkan serta serta tidak menghargai kebebasan memeluk agama.Kejadian tersebut berujung pada kerusuhan lebih lanjut yaitu kemarahan warga muslim hingga meluapkan kemarahanya dengan membakar tempat ibadah non muslim.

Pertanyaanya adalah?mengapa kejadian demikian baru terjadi pada saat ini?padahal sudah hampir 71 tahun Indonesia merdeka tidak pernah saya mendengar mungkin juga masyarakat Indonesia sejak dulu ada pelarangan dan bahkan penetangan terhadap adzan melalui pengeras suara. Hampir 71 tahun lebih juga masayakat Indonesia dengan berbagai etnis, suku dan agama sama sama berdampingan menjalani hidup dengan penuh keakraban, saling bahu mebahu dan pengertian untuk membangun Indonesia. Namun seketika kemarahan dan kebencian ummat non muslim terhadap muslim dilampiaskan secara terbuka melalui pelarangan adzan menggunakan pengeras suara. Ini sangat ironis dan ganjil karena berada di tengah tengah ummat Islam yang mayoritas di Indonesia.

Apa sebenarnya motif mereka melakukan atraksi ini ditengah tengah demokrasi semakin membaik, informasi semakin terbuka dan penegak hukum semakain kuat?jika kejadian demi kejadian tersebut secara alami saya menduga tidak mungkin karena hal ini diluar kebiasaan. Dimungkinkan ada agenda dan tujuan lain dari rangkain peristiwa ini, bahkan Wakil Presiden Jusuf Kalla pernah mengeluarkan statemen untuk pengurangan dan pelarangan adzan dengan menggunakan pengeras suara padahal notabenae JK adalah seorang muslim. Tentu berawal dari sini, maka warga non muslim seolah mendapat spirit dari penguasa sehingga mereka berani melakukan secara terbuka dengan ummat Islam dan dimungkinkan akan sangat meluas bila kasus yang serupa dibiarkan tanpa ada penyelesaian kongkrit dari pemerintah dan aparat.

Saya kawatir kejadian di Tanjung Balai tersebut menjadi ajang pembentukan opini oleh media yang mengarah pada konflik yang semakin meluas dan mengarah pada perpecahan dan keuntuhan berbangsa dan bernegara. Karakter masyakarat Indonesia bukan masyarakat yang memiliki semangat/karekter permusuhan dan saling mebenci sepanjang sejarah. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang kooperatif dan saling bahu mebahu dalam segala hal bahkan saling memiliki pengertian dalam menyakini kepercayaan dan agamanya masing masing. Untuk itu menurut saya sangat sulit dan terlalu berat untuk mengacaukan Indonesia dengan cara cara demikian yaitu berbau SARA. Cukuplah kasus Ambon dan Poso menjadi pejaran sejarah bagi bangsa Indonesia, bahwa upaya intelijen atau oknum untuk memecah belah kerukunan antar beragama kandas realita keinginan hidup rukun masyrakat Indoensia.

Masyarakat Indoensia memiliki aset sejarah dan perjalanan idiologi yang sangat matang dan kuat terutama ummat Islam. Umat Islam menyakini dan percaya sepenuhnya, bahwa tidak ada satu ayat atau perintahpun dalam Al Quram dan Hadits untuk menciptakan dan menimbulkan kerusuhan dan permusushan dalam kehidupan, demikian halnya dengan agama agama lainnya. Hal ini terbukti, bagaimana langkah dan perjuangan para pahlawan pada masa dulu tidak pernah terpengaruh oleh perbedaan kenyakinan dan agama dalam menumpas dan mengusir penjajah. Nilai nilai itu sudah tertanam dan mengakar dalam sejarah panjang Indonesia.

Jadi, jika ada oknum atau pihak yang ingin berupaya mebangkitkan semangat kebencian dan permusuhan tersebut, maka sama halnya ia akan menciptakan tatanan kehancuran bahkan akan mengarah pada peperangan masal dikemudian hari. Untuk itu, menurut saya menyikapi segala bentuk krjadian yang demikian, pemerintah dan aparat harus benar benar obyektif dalam memandang masalah yang sesungguhnya. Tidak merugikan salah satu pihak yang kemudian menimbulkan ke tidak adilan. hal tersebut yang terjadi, saya kwatir akan menumbuhkan semangat kebencian dan permusuhan sistemik antara umat beragama. Penyelesaian kasusnya harus benar benar murni pada jalur hukum bukan sebaliknya yaitu benturan idiologi.

Kejadian Tanjung balai menjadi pelajaran besar untuk rakyat Indonesia dan pemerintah, agar peristiwa yang serupa tidak berulang kembali. Bagi pihak pihak yang tidak senang melihat kerukunan dan kedamaian di Indoensia sebaiknya berhitung sejak sekarang, sebelum dilenyapkan oleh masyarakat Indoensia, demikian halnya pemerintah melalui perangkatnya tidak usah bermain api dengan masyarakat, kerana hal tersebut tidak menguntungkan bagi siapapun.jangan nodai kebhinekaan ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline