Lihat ke Halaman Asli

Mr Sae

Peneliti

Jangan Remehkan Petani

Diperbarui: 13 Juli 2016   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Harapan negara terhadap petani sangatlah besar. Betapa tidak, karena ditangan-tangan petani ratusan juta penduduk Indonesia sepanjang waktu hingga berakhirnya dunia kebutuhan akan pangan  tidak boleh berhenti. Oleh sebab itulah pemerintah tidak boleh memandang enteng dan sepihak keberadaan petani. Masa depan dan kesejahteraan mereka harus mendapatkan kepastian dari pemerintah melalui kebijakan dan regulasi, karena tanpa jaminan dari pemerintah sangat dimungkinkan masa depan pertanian khususnya ketersediaan pangan akan mampu terpenuhi secara maksimal.

Melihat secara umum perkembangan sektor pertanian Indonesia khususnya sektor pangan masih belum sesuai harapan, hal ini cukup menjadi alasan karena beberapa komoditas tertentu yang bersifat kebutuhan pokok masyarakat masih mengharapkan dari negara lain melalui mekanisme impor misalnya kedelai, jagung, gula dan daging. Tentu hal ini sangat ironis dan tidak wajar, karena Indonesia merupakan negara agraris dan luas wilayahnya pada saat yang bersamaan masih tergantung dengan negara lain.

Lalu yang menjadi pertanyaan adalah? Mengapa hal ini bisa terjadi? Apa permasalahan apa sebenarnya pada sektor pertanian Indonesia?Berbagai pendapat dan analisis menyatakan, bahwa pengelolaan pertanian di Indonesia di hadapkan pada permasalahan utama yaitu:

(1) kepemilikkan lahan pertanian petani yang relatif kecil rata rata 1/4 hektar per kk, 

(2) kelembagaan dan pemberdayaan petani belum eksis atau solid baik secara administrasi dan pelaksanaan program, 

(3) akses petani terhadap pasar relatif kecil, artinya petani tidak mampu mendapatkan keuntungan maksimal dari usahataninya karena panjangnya rantai penjualan/pemasaran, 

(4) akses petani terhadap modal relatif sulit dan rendah terutama dalam upaya pemenuhan biaya biaya input produksi dan perbaikan infrastuktur pertanian seperti irigasi dan perbaikan jalan, 

(5) penyuluhan/diseminasi terhadap teknologi teknologi terbaru pertanian belum maksimal. Hal tersebut disebabkan kapasitas penyuluh yang belum memadai dan relatif sedikitnya jumlah penyuluh, 

(6) pengelolaan pertanian khususnya pengunaan alat alat pertanian/mekanisasi masih belum optimal, sebagain besar petani masih mengelola pertanian menggunakan cara cara manual, 

(7) nilai tambah yang didapatkan petani belum signifikan di bandingkan dengan biaya yang sudah dikeluarkan untuk menghasilan produksi, sehingga petani tidak bisa keluar dari tekanan biaya hidup. Tidak sedikit petani yang melakukan usaha lain di luar pertanian, bahkan ada kecenderungan meninggalkan usaha pertanian dan menjual tanah/sawahnya untuk modal usaha lainnya, 

(8) belum adanya koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan sektor pertanian, dan 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline