Macet, macet dan macet. Itulah ungkapan setiap kali melintasi mudik lebaran. Seolah macet menjadi momok dan hantu yang menakutkan setiap pemudik khususnya jalur darat sepanjang masa. Tidak hanya menodai keindahan mudik namun kerugian akibat macet tak terbayarkan oleh apapun. Tidak ada lagi istilah menikmati perjalanan, namun yg ada adalah mencekamnya perhalanan.
Lalu? Mengapa kemacetan tidak pernah terselesaikan dengan baik?apakah peran aparat dan negara sudah tidak lagi totalitas? Atau tidak dianggap penting lagi masalah macet? Lalu?apa tanggungjawab dan kompensasi negara terhadap kerugian akibat macet?
Ada beberapa penyebab kemacetan parah selama mudik tahun ini khususnya di jawa.
PERTAMA, libur bersama berlalku secara serentak demikian halnya jumlah harinya.
KEDUA, hampir 85% pemudik menempuh perjalanan dengan transportasi darat yaitu mobil pribadi dan umum.
KETIGA, jalur utama yang dilalui pemudik secara umum belum maksimal baik kondisi jalan dan sarana dan prasarananya.
KEEMPAT, pilihan jalur tol hanya 1 yaitu tol Cipali, tidak ada pilihan lain tol selalin Cipali. Sistem pembayaran tol perlu pendekatan baru. Misalnya dengan 1 kali bayar.
KELIMA, belum tertata dan terbangunya manajemen integrasi lintas seluruh jalur, sehingga antisipasi kemacetan tidak di perhitungkan jauh jauh sebelumnya.
Atas 5 penyebab kemacetan tersebut, ada beberapa solusi atau alternatif menghindarinya.
Liburan lebaran berlalu serentak. Untuk mengantisipasinya adalah dengan menerapkan manajemen bergantian masa liburan mudik artinya pada waktu yang beesamaan pemudik tdk bisa melakukanya yaitu dengan cara bergilir khususnya bagi karyawan dan pegawai. Jika pada tahun 2016 pemudik sudah mudik, maka ditahun 2017 tidak mendapatkan hak lagi mudik. Jika hal ini di terapkan sangat dimungkinkan macet berkurang namun pemudik terkurangi haknya untuk bertemu keluarga.
Sepanjang bulan dan tahun jumlah kendaraan pribadi meningkat sementara panjang dan ruas jalan tidak meningkat, hal ini mengakibatkan kemacetan hebat. Untuk menghindari kemacetan perlunya manajemen maksimalisasi pengadaan jumlah angkutan umum yang layak, memadai, nyaman dan terjangkau oleh setiap kelas ekonomi. Transportasi darat seperti bus dan kereta api harus menjadi alternatif. Mobil pribadi minimal H - 6 sudah ada di tempat tujuan jika sangat diperlukan untuk mobilisasi di tujuan atau sebaiknya menggunakan jasa rental.