Lihat ke Halaman Asli

Mr Sae

Peneliti

6 Penyebab Utama Jatuhnya SBY Effect

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1397705388429770410

[caption id="attachment_332102" align="aligncenter" width="259" caption="SBY dan Merosotnya Suara Demokrat"][/caption]

Melihat dan mengamati sosok SBY memang sangat fenomenal. Tidak hanya sebagai presiden RI dua periode tumbuh dan berkembang bersama Partai Demokrat namun SBY sejatinya adalah sosok militer yang akademisi. Beberapa bulan menjelang pelantikan sebagai  presiden, SBY menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa IPB program doktoral ilmu ekonomi pertanian. Pada awal 2004 saya pernah bersama SBY dalam satu ruangan saat mengikuti seminar proposal mahasiswa S3 Dr. Rusman yang sekarang sebagai makil Menteri Pertanian sekaligus teman satu angkatan SBY. Diskusi diskusi yang dibangun saat itu melalui pemikiran akademis SBY menunjukkan pemahamannya yang baik terkait makro mikro perekonomian Indonesia. Tidak salah jika salah satu dosen SBY mengatakan bahwa ia adalah seorang militer yang memiliki kemampuan akademisi yang baik, hal ini dibenarkan saat kuliah rajin dan disiplin mencatat seluruh mata kuliah yang disampaikan dosen.

Saat ujian doktor digelar menjelang pelantikkan presiden, tidak seperti biasa ujian digelar diruangan auditorium yang berkapasitas peserta besar dan dilengkapi TV tambahan diluar gedung akibat membludaknya peserta yang hadir pada saat itu banyak saya saksiskan tamu tamu undangan yang hadir sebagai pejabat menteri di kabinet SBY baik periode pertama dan kedua.

SBY tidak hanha sebagai militer, politisi dan akademisi namun berperan sebagai sosok inspirator bagi militer, politisi lain atau bagi siapapun yang ingin memimpin negeri ini bahwa untuk menjadi seorang pemimpin terutama presiden membutuhkan pemahaman yang mumpuni terkait apapun bidang keilmuan terutama ekonomi pembangunan.

Pada saat ada yang mempertanyakan, kenapa SBY memilih IPB sebagai tempat berlabuh meraih gelar Doktor?alasan yang lugas SBY sampaikan adalah karena realita Indonesia adalah negara agraris yang memiliki potensi besar dari sektor pertanian sebagai sumber devisa yang didalamnya ada kemiskinan pedesaan dengan tumpukkan pengangguran, maka diperlukan pemahaman yang baik dan komprehenship agar arah serta penanganan pembangunan sektor pertanian lebih baik. Untuk itulah SBY memilih untuk mempelajari ekonomi pertanian sebagai bekal dalam memimpin dan mengambil keputusan. Komitmen SBY terhadap pertanian telah ditunjukkan secara kongkrit, salah satunya adalah meningkatnya anggaran sektor pertanian mulai dari 2004-2013, sehingga pencapaian swasembada pangan terpenuhi secara agregat nasional.Komitmen lainya yang dibuktikan SBY adalah mendukung penuh kebijakkan kebijakkan pertanian yang pro terhadap kepentingan petani dan pedesaan.

Tidak hanya sampai disitu, bahwa secara keseluruhan sektor sektor lain juga mengalami peningkatan anggaran dan menunjukkan kinerjanya. Hal ini tidak luput dari peran tim khusus sekaligus penasehat SBY yang fokus menangani aspek ekonomi mikro dan makro yang berbasis pertanian. Anggota tim tersebut selain sebagai dosen SBY saat S3 sekaligus sebagaipenasehat dan tempat berdiskusi selama kepemimpinanya terutama terkait kebijakkan makro mikro dan khsususnya sektor pertanian.

Dunia dan kalangan pelaku sektor pertanian mengakui peran dan keseriusan SBY dalam menangani sektor pertanian terutama kaiatanya dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga sangat layak jika SBY disebut AKTOR PERUBAHAN PEMBANGUNAN PERTANIAN.

Sisi lain SBY tersebut tidak pernah bahkan ingin dilupakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya kelas menengah keatas. Semua lenyap dan semakin tenggelam dengan hiruk pikuk politik terutama yang mendera partai demokrat diujung pemerintahan SBY  karena kasus korupsi yang menerpa anak bauahnya.

SBY dan 10 tahun mengabdi untuk Indonesia lenyap dengan sedikit pergolakkan politik, seolah media dan opini yang dibangun membunuh sosok dan peran besarnya saat ini. SBY tidak bisa dibandingkan dengan sosok presiden presiden sebelumnya dari berbagai banyak sisi. Jika kasus korupsi yang mendera kader kader Demokrat bukan berarti siafat dan mentalitas korupsi tersebut melekat pada SBY. Ujung dari seluruh kerja keras SBY bersama Demokrat yang dipersemnahkan untuk Indonesia berujung sekaligus menyakitkan yaitu terjun bebasnya suara Demokrat di pemilu 2014. Menurun dratis suara Demokrat tersebut tidak hanya pilu bagi kader, simpatisan dan petinggi demokrat, tapi juga pilu dan sedih bagi SBY. Betapa tidak dengan suara tersebut SBY dihadapkan pada 3 kenyataan sekaligus:PERTAMA , psikologispolitik dan masa depan demokrat semakin kurang menyakinkan karena memiliki bergaining tidak kuat jika dalam pilihan capres atau cawapres. Mungkin dalam pemikiran SBY pemilu 2014 Demokrat masih meiliki suara yang signifikan demi meanjutkan keinginan keinginan SBY yang belum tercapai selama 10 tahun memimpin, sayapun tidak tahu. Keinginan dan cita cita special apakah yang ada dalam pemikiran SBY?, KEDUA. Melemahnya mentalitas juara Demokrat sebagai partai besar kemudian menjadi partai tengah atau sangat memungkinkan akan turun lebih jauh. Tentu tidak semua partai siap dalam situasi demikian, tapi kenyataan politik harus dihadapi SBY. Pertanyaan besar dalam benak SBY adalah?kenapa semua ini bisa terjadi?kemanakah peran dari seluruh kader demokrat?apakah mereka menghianati saya?tentu pertanyaan pertanyaan inilah yang masih menyelimuti SBY dan yang akan menjadi bahan evaluasi besar bagi Demokrat.Seluruh langkah langkah taktis dan politis SBY dalam menyakinkan masayarakat akibat jeratan korupsi melalui fakta integritas, pergantian pimpinan Demokrat dan Konvensi Capres tidak memberikan efek besar namun justru sebaliknya. KETIGA. SBY dan seluruh orang orang terdekatnya di Demokrat sedang menatap jeratan hukum dari KPK, baik terkait Bank Century, Hambalang, SKK Migas, e KTP dan yang lainya, bahkan tidak menutup kemungkinan anaknya sendiri yaitu IBAS yang disebut sebut dalam fakta persidangan terkait kasus Hambalang. Sungguh ini membuat SBY tidak akan bisa tidur nyenyak. Jika kasus hukum tersebut benar benar menjerat, maka sejarah akan berkata lain.

Lalu siapakah sebenarnya yang melumpuhkan dan menyebabkan langkah langkah politik SBY yang berujung pada retaknya target target besar SBY?

Faktor internal

Faktor internal merupakan penyebab penting melemahnya dukungan masyarakat terhadap SBY dan Demokrat. Dulu SBY disebut sebut oleh banyak pengamat sebagai pendongkrak terbesar suara dan popularitas Demokrat sebagai partai baru yang mampu mengalahkan Golkar dan PDIP. SBY efect. Faktor internal tersebut digambarkan oleh fenomena dan kejadian kejadian yang menerpa Demokrat yaitu: (1) prilaku komunikasi politik Demokrat melalui juru bicaranya dalam setiap forum yang kurang moderat, santun dan membuat masyarakat simpati/empati yaitu oleh sosok LUHUT SITOMPUL, NURHAYATI dan SUTAN BATUGANA diujung ujung pemerintahan SBY. Sangat memungkinkan sikap ketiga orang ini tidak terjadi apa adanya, namun bagian dari agenda setting rival Demokrat.Kata kata dan kalimat kalimat yang berlebihan, tidak kooperatif, cenderung provokatif, sentimen,menyudutkan pihak lain, sombong dan bernada keras yang sering muncul dimedia terkait komunikasi politik membuat masyarakat sentimen dan kurang simpati lagi terhadap Demokrat tapi bukan SBY. Hal ini kemudian menjadi persepsi dan akumulasi nasional, bahwa kader Demokrat tidak arif dan bijaksana dalam melakukan komunikasi. Tiga petinggi demokrat inilah yang memiliki andil besar merosotnya suara demokrat, (2) Sikapkurang tenang ibu Ani Yudhoyono juga menjadi salah satu pemicu menurunya suara Demokrat terutama saat menanggapi di sosial media terkait posting foto foto keluarga Bu Ani yang mendapat tanggapan miring dari pembaca, (3) Kasus hukum terkait korupsi kader kader demokrat menjadi pemicu menurunya dukungan rakyat terhadap SBY dan Demokrat apalagi kasus ini merugikan jumlah besar terhadap negara dan bergejolak di tahun politik 2013-2014, (4) Pencopotan Anas Urbaningrum sebagai ketua umum Partai Demokrat juga pemicu besar merosotnya suara Demokrat atau lebih tepat disebut ANAS EFECT. Implikasi pencopotan ini tidak hanya merugikan Demokrat ke publik tapi juga MELAHIRKAN DURIdari tubuh Demokrat. Komunitas Anas berkembang dalam struktur partai dan munculah faksi faksi yaitu melalui organisasi yang di bangun Anas beserta pendukungnya hingga kemudian Anas keluar dari rumah besar Demokrat berujung di KPK, dan (5) ada indikasi yang sangat mencolok pasca pencopotan Anas dari kursi ketua umum Demokrat,yaitu mulai tumbuhnya CEKEAS POWER ditubuh Demokrat, yaitu dengan diambil alihnya ketuaumum Demokrat oleh SBY, Sekjend oleh Ibas dan Munculnya Pramono sebagai Cawapres sekaligus penasehat Partai Demokrat secara tiba tiba.

Tentu  fakta inilah yang membuat SBY dan Demokrat mengalami gangguan psikologis sekaligus tekanan mental besar partai dalam menatap dan menjalani pertarungan PEMILU 2014. Faktor internal berperan dominan dalam anjloknya suara Demokrat di 2014. Lalu siapakah yang disalahkan dan yang paling berjasa dalam retaknya perahu Demokrat tersebut?Lalu langkah langkah strategis apakah yang ingin dilakukan SBY bersama Demokrat 5 tahun kedepan?Semua dalam misteri.

Jika faktor internal memberikan kontribusi besar terhadap anjloknya suara Demokrat, faktor eksternal juga berperan besar terhadap hal tersebut.

Faktor eksternal tersebut terkait berubahanya keperpihakkan pasar terhadap Indonesia dan Demokrat. Situasi akhir Demokrat yang demikian membuat pasar sulit menaruh harapan, kemudian akan beralih pada segmen lain yaitu kandidat dari partai yang mengususng sosok presiden yang pro terhadap keinginan pasar. Pilihan pasar tersebut terkait dengan investor politik yang selama ini bergerak aktif untuk mendekati dan menunggangi parpol. 2004 dan 2009 pergerakkan investor merapat ke Demokrat, karena dipandang tidak sangat menguntungkanselama 2 periode akibat kebiajkan kebijakkan yang pro terhadap rakyat/publik, maka investor beralih kepada partai lain. Pilihan investor tersebut diduga besar jatuh pada PDIP yang didalamnya ada Jokowi.

Jadi hadirnya Jokowi dipersembahkan investor bersama dukungan Internasional terutama AS untuk mengembosi suara suara partai lain terutama Partai Demokrat supaya tidak merajai kembali dalam pemilu 2014. Penurunan suara Demokrat yang sangat dramatis tersbut tersebut meberikan efek besar terhadap PDIP yaitu menjadi pemenang pemilu 2014 dengan suara mendekati digit 20%. Sangat dimungkinkan suara demokrat berlabuh ke partai lain terutama numpuk di PDIP yang didukung juga kekuatan dana besar baik dari dalam mapupun luar negeri. UJUNG UJUNGnya mereka punya kepentingan dan yang nyaman menunggangi PDIP. Agenda mereka tidak hanya agenda perebutan sejumlah potensi SDA namun juga agenda idiologi. Ruang yang tepat bagi mereka adalah PDIP.

Jadi faktor ekternal kuat yang mempengaruhi luruhnya suara Demokrat dan merosotnya pengaruh SBY adalah dihadirkanya Jokowi menuju DKI dan Capres. Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi partai mananpun.Bahwa keinginan dan cita cita besar partai tidak dengan mudah mengalir dalam perpolitikkan Indonesia karena pengaruh keinginan pasar yang sangat dominan TERUTAMA KEPENTIGAN LUAR NEGERI TERHADAP INDONESIA.

Indikasi indikasi tersebut sudah sangat jelas melekat pada PDIP dan Jokowi. Begitulah kekuatan asing bisa dengan mudah memutar balikkan fakta politik.

Kita tunggu saja aksi besar dalam Pilpres.Apakah partai partai rival PDIP dengan Jokowinya mampu dihadang langkahnya?Tentu jika melihat semakin mencoloknya pengaruh luar negeri terhadap PDIP dan Indonesia, DEMOKRAT harus cerdas dalam mengatur startegi koalisi dan menempatkan orang orang terbaiknya untuk menumbukan kepercayaan rakyat terhadapnya dengan bersatu padu dengan parpol lain yang relevan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline