Lihat ke Halaman Asli

Mr Sae

Peneliti

Meredupnya Regenerasi Sektor Pertanian

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1417503377838236043

[caption id="attachment_379970" align="aligncenter" width="400" caption="Pengenalan Pertanian Sejak Dini (www.seoul.co.kr)"][/caption]

Dalam setiap diskusi dan kesempatan pertemuan ilmiah dikatakan “bahwa peranan sektor pertanian sangat startegis dalam upaya ketersediaan pangan dan penghasil devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja”. Bahkan dilain pihak mengatakan, bahwa tanpa sektor pertanian sektor lain tidak mampu tumbuh dengan baik. Dengan demikian pertanian merupakan bagian yang terpenting dalam pembangunan.

Namun realita dilapangan menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki tumpukkan masalah yang sangat sistematis dan krusial yaitu:

1.Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global.

2.Ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan, dan air.

3.Status dan luas kepemilikan lahan (9,55 juta KK < 0.5 Ha).

4.Lemahnya sistem perbenihan dan perbibitan nasional.

5.Keterbatasan akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usahatani.

6.Lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh.

7.Masih rawannya ketahanan pangan dan ketahanan energi.

8.Belum berjalannya diversifikasi pangan dengan baik.

9.Rendahnya nilai tukar petani (NTP).

10.Belum padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian.

11.Kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian.

Sebelas permasalahan sektor pertanian tersebut sepanjang perjalanan pembangunan selalu menghantui dan menjadi pembahasan serius pemerintah hingga mencari terobosan penting dalam mengatasinya. Namun ada satu hal yang belum di identifikasi dari berbagai masalah tersebut di atas salah satunya adalah “LEMAHNYA REGENERASI SEKTOR PERTANIAN”.

Fakultas pertanian dengan berbagai strata tumbuh dan berkembang di dalam negeri, namun lulusannya tidak berkorelasi langsung dengan dunia kerjanya, kalaupun ada angkanya relatif kecil. Kebnaykkan dari alumni pertanian bekerja di luar aktivitas pertanian (on farm), kebanyakan di off farm. Sehingga berdampak pada ketimpangan aktivitas on farm dan off farm. Aktivitas pertanian tidak terlalu menarik bagi generasi muda tani bahkan anak petani sendiri yang mengeluti ilmu pertanian karena rendahnya nilai tambah di sektor ini. Mereka lebih tertarik dan menikmati bekerja di luar sektor pertanian yang relatif menjanjikan baik aspek pendapatan dan kenyamanan kerja. Padahal jika kerja kerja teknis pertanian terjadi ketimpangan tenaga kerja akan berdampak pada produksi dan nilai tambah pertanian karena pertanian tidak ditangani dan disentuh teknologi dengan maksimal.

Menanamkan dan mencintai aktivitas pertanian musti ditumbuhkan sejak dini kepada generasi muda Indonesia, agar mereka bergerak dan berkontribusi secara riil di pertanian. Pertanian dijalankan dengan pendekatan pendekatan terstruktur, mendapatkan teknologi yang kuat, memiliki akses pasar yang baik dan luas serta meiliki nlai tambah yang tinggi sebagai dampak dari penanganan pasca panen yang baik dan optimal. Kembalinya generasi muda untuk mencintai aktivitas pertanian tidak hanya menguatkan sektor pertanian secara institusi, namun secara tidak langsung sektor ini juga akan terus berkembang dan mampu menjadi penompang hidup hajat besar manusia yaitu ketersediaan pangan dan menjaga stabilitas politik.

Tangantangan ke depan pertanian tidak hanya memiliki pertumbuhan produksi yang tinggi dan masif, namun juga harus mampu memiliki daya saing yang kuat di pasar domestik dan internasional. Hal itu akan mampu dan terjadi, jika sumberdaya manusia di sektor pertanian memiki skill dan manajerial yang baik dalam usahataninya. Pertanian di tangani dan di kelola dengan cara cara modern dengan daya dukung kekuatan teknologi dan penguatan kelembagaan. Dengan demikian petani akan berjaya , rakyatpun sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline