Lihat ke Halaman Asli

Hr. Hairil

Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Ramadhan dan Debat Kusir di Sosial Media

Diperbarui: 27 April 2021   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi debat kusir sosial media : foto- mediawave.co.id

"Cek cek cek,,, area panbil dan kepri mall

Es Kelapa muda, teh manis, es cendol, gorengan dan banyak lagi" teriak Cik Erti di status media facebook miliknya

"barapa harganya" tanya endi

"gorengan itu, singkong atau ubi cik?" Tanya nana

Saya hanya mantau komentar mereka dan tekan emotion love (sebagai tanda menyukai) berbagai sajian takjil yang di jual secara on line. Saya tidak tahu manfaat jual on line takjil ini efektif atau tidak, tapi mungkin menurut mereka menjaga kontak fisik antar sesama di bulan ramadhan masa pandemi ini.

"Ayo buruan, mau beli tak, ini siap kirim untuk lokasi terdekat Panbil dan kepri mall" jawab cik erti

Time line sosial media tiba-tiba di kagetkan dengan komentar seorang cewek, sontak penggemar takjil on line yang lagi komentar sambil pilah-pilih menu yang di jual cik erti pun ikut nimbrung dan menyerang si cewek, diana namanya

"hah, segitu doang mahal. Jualnya on line juga. Parah, ga ada manfaatnya" isi komentar diana

Saya masih saja terus membaca komentar mereka, sesekali sambil mikir  kalo bulan ramadhan bukan hanya menahan rasa haus dan dahaga, tahan lapar, ga boleh merokok apalagi minum air putih. Puasa juga menahan nafsu untuk tidak ikut debat kusir di sosial media.


"ah bacot, ga senang ya sono ga usah ribut" komentar endi membalas diana

"saya lagi puasa, ga ikut komentar dulu" jawab ibu yanti

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline