Lihat ke Halaman Asli

Hr. Hairil

Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Memahami Batas-batas Kedaulatan

Diperbarui: 2 November 2017   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (zalucious.blogspot.co.id)

Indonesia - Secara dinamis dunia ini mengalami perkembangan. Tanpa hentinya mengontrol seluk - beluk perubahan yang terjadi, baik kini, besok atau yang akan datang. Itulah perubahan. Perubahan ini bukannya mengabarkan pada akal kita secara dini melihat dunia semakin nyata, melainkan dunia terasa menjadi makin kecil, kecil dan kecil lagi. 

Berbagai macam bentuk informasi yang datang menghantam akal sehat manusia tanpa disadari. Sangat cepat dan bisa jadi tidak dapat di baca oleh manusia, efek perubahan

Tetapi pergerakan perubahan ini mengendus lapisan logika dan nalar manusia dalam waktu yang demikian cepat. Menyentuh budaya,  adat, sosial dan sendi-sendi hidup yang lain tanpa mengorek batas-batas kedaulatan kita. Dari sinilah kita secara ilmiah menilai kedaulatan adalah soal pemenuhan kebersamaan yang pada prinsipnya terciptalah kesejahteraan hidup seperti amant UUD 1945 yang kita genggam dalam bernegara. 

Banyak orang menyebut globalisasi sebagai nama lain dari perubahan. Itu sangat jelas dan pasti. Sebab perubahan bergerak menelusuri beberapa proses dasar sebagai tahapan permulaan mengumpulkan kekuatan menghantam psikologi manusia dalam semua waktu. Berbagai praktisi dari Macam kalangan membentuk riset sesungguhnya agar dapat memberikan penjelasan dan juga kritikan terhadap alur perbahan yang ada,  itu membuahkan hasil yang sangat spektakuler.

Melalui tahapan yang demikian kita bisa dengan legah merespon perubahan, yang telah diriset tersebut untuk menjalankan percobaan gerak maju dan langkah taktis mendorong secara seksama menerima perubahan dengan telah mengetahui sejauh mana proses perubahan berlangsung. 

Langkah lebih maju lagi,  kiranya melakukan review untuk memastikan apakah kesediaan dan kesiapan kita telah menyimpang atau berada pada tahapan yang benar. Ini mungkin tahap terakhir merespon perubahan yang terjadi.  Dimikian kita membedakan dan melakukan banyak tahapan menanggapi perubahan yang datang. Sebagai sebuah tanda bahwa persepsi kita tidak terkalahkan oleh Aset perubahan yang nyata dan sangat berbahaya menyerang sendi hidup seluruh manusia. 

Sifat manusia berbeda sesuai porsi pengetahuan dan kemampuan melihat hal demikian. Tidak hanya itu,  mental manusia adalah satu modal terakhir jikalau perubahan ini akan berubah iklim menjadi hal negatif.  Kalaupun itu menjadi positif dan dapat di terima. Maka manusia adalah satu perangkat yang paling lengkap menyandingkan fakta hidup dengan perencanaan perubahan yang terstruktur serta tidak menuai kepanikan pada publik. 

Pada akhirnya, perubahan tidak akan menyentuh batas kedaulatan manusia jika manusia merespon perubahan dalam tatanan yang cerdas dan tidak terlalu ekslusif dalam perbandingan kelebihan dan kelemahan. Prinsipnya, temuan dan analisis terbaru dari kalangan praktisi setidaknya menggiring kita pada keterbukaan menerima situasi ini. 

Sebagai penutup dari tulisan pendek ini. Marilah kita membuat positif respons baik kalangan terdidik dan sosial maupun publik tidak mendiami dasar perubahan. Sebab mendiami dasar perubahan itu sendiri adalah kehancuran belaka. Menerima perubahan bukan berarti harus hancur lebur,  melainkan tetap kuat dan mampu mengarahkan bagaimana arah sebenarnya perubahan akan membawa kita menuju kebaikan dan kesejahteraan  yang sebenarnya. 

Sebagai tulisan review.

Jakarta_11 September 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline