Kasus bullying atau perundungan menyesaki ruang-ruang pemberitaan. Dua kasus yang kini menjadi sorotan adalah siswi kelas 2 SD di Menganti, Gresik, Jawa Timur mengalami perundungan secara fisik dengan ditusuk matanya menggunakan tusuk bakso oleh kakak kelasnya pada Agustus 2023 lalu. Kejadian lain di Media sosial heboh dengan kabar seorang siswa kelas 4 Sekolah Dasar (SD) berasal dari Banyuwangi Jawa Timur tewas karena gantung diri. Diduga korban sengaja mengakhiri hidupnya karena mengalami perundungan verbal oleh teman-temannya karena disebut tak memiliki ayah atau yatim.
Cyber bullying merupakan perundungan di media sosial dengan tujuan menyakiti, merendahkan dan mengintimidasi seseorang secara daring atau online. Bentuk dan metode tindakan cyber bullying sangat beragam dimulai dari ejekan di media sosial, gosip, mengirim pesan ancaman melalui email, melakukan teror melalui sms maupun telepon genggam, hujatan atas postingan, mengunggah foto yang mempermalukan korban, meretas berbagai akun media sosial (hacking), membuat situs web yang bertujuan untuk memfitnah hingga mengancam dan membuat masalah pada korban. Bentuk cyber bullying yang saat ini sering dilakukan adalah dengan menuliskan komentar-komentar yang kurang pantas pada postingan seseorang. Efek paling awal yang dialami korban bullying secara mental adalah kehilangan kepercayaan diri dan merasa tidak berharga sehingga korban pada akhirnya mengalami gangguan konsep diri yang menetap dan jika tidak diketahui akan berakibat bunuh diri.
Ferry Efendi dosen Fakultas Keperawatan (FKP) Unair menanggapi fenomena ini, mengatakan "Penindasan yang terjadi di lingkungan sekolah membutuhkan perhatian yang lebih besar karena sekolah adalah tempat bagi anak untuk melakukan proses pembelajaran formal dan, oleh karena itu, mempengaruhi kualitas hidup untuk generasi mendatang," ungkapnya.
Mahasiswa BBK 3 Universitas Airlangga, kelompok 1 Asemrowo, Surabaya mengadakan sosialisasi bahaya bullying dan cyberbullying pada anak SD sebagai upaya mengurangi kejadian bullying dan cyber bullying di lingkungan sekolah. Ketua kelompok 1 Dwi Yoga, mahasiswa FEB Unair 2021, mengungkapkan tujuan diadakan sosialisasi bullying dengan harapan agar para siswa lebih memahami dampak bullying serta tidak menjadi pelaku bullying di sekitar mereka. Dalam kegiatan sosialisasi tersebut, dipaparkan pengertian dari cyber bullying, bentuk-bentuk cyber bullying, dampak yang terjadi pada korban, pencegahan cyber bullying serta peran apa saja yang dapat dilakukan orangtua dan guru agar tidak terjadi cyber bullying.
Dosen pendamping lapangan BBK 3 di Kelurahan Asemrowo Surabaya, Yanuar Nugroho, S.E., M.Sc., Ak., CA., ACPA., AWP., CRA., CAPF sangat mendukung kegiatan ini. "Kegiatan sosialisasi cyber bullying yang ditujukan pada anak-anak SD ini sangat tepat, karena sedini mungkin kita harus mengerti apa yang baik untuk dilakukan dan tidak baik untuk dilakukan. Sosialisasi ini bisa memberikan ilmu kepada siswa siswi SD Asemrowo 2 jika bullying itu termasuk tindakan yang tidak baik untuk dilakukan. Output yang diharapkan pada sosialisasi cyber bullying, siswa siswi serta orang tua mereka dapat lebih bijak terhadap penggunaan media sosial agar tidak terjadi cyber bullying" papar bapak Yanuar Nugroho dalam sambutan kegiatan.
Pemaparan materi dari mahasiswa kelompok 1, Asemrowo BBK 3 Unair ditutup dengan sesi tanya jawab yang sangat antusias dari siswa dan siswi SDN Asemrowo 2 Surabaya di sosialisasi "BEBASKAN LINGKUNGAN SEKOLAH BERSIH TANPA PERUNDUNGAN" lalu ditutup dengan sesi foto bersama yang diikuti seluruh hadirin serta pemberian hadiah bagi siswa siswi aktif dalam sesi sosialisasi tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H