Lihat ke Halaman Asli

I MD SADHU GUNAWAN

mahasiswa biasa yang mengejar gelar.Ekspreso,americano,khaki color and cream dan sedikit cerita.

Ni Pollok: Inspirasi dari Kesederhanaan hingga Keabadian Seni

Diperbarui: 15 Juli 2023   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambarhttps://masbrooo.com/terpaut-37-tahun-kisah-cinta-le-mayeur-membara-di-sanur/

Kisah perjalanan hidup Ni Pollok, seorang penari Legong Keraton dari Denpasar, Bali, adalah contoh nyata bagaimana bakat dan dedikasi dalam seni dapat mengatasi keterbatasan dan menghantarkan seseorang pada kesuksesan yang tak terduga. Meskipun dilahirkan dalam keluarga dengan keadaan ekonomi yang sulit, Ni Pollok tidak membiarkan hal tersebut menghambat dirinya untuk mengejar mimpinya.

Sejak usia yang sangat muda, Ni Pollok sudah terlatih dalam seni tari, mengikuti jejak tradisi yang ia lihat dan pelajaran yang diterima dari orangtuanya. Meskipun tidak mendapatkan pendidikan formal di sekolah, Ni Pollok memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya untuk mengembangkan bakat tariannya.

Keberuntungan Ni Pollok berubah ketika seorang pelukis Belgia bernama Adrien Jean Le Mayeur de Marpres datang ke Denpasar. Mereka berdua kemudian menjalin hubungan dan bekerja sama untuk mencapai impian mereka. Ni Pollok, dengan kepiawaian tari Legong Keraton yang dimilikinya, menjadi objek lukisan sang suami dan lukisan-lukisan tersebut kemudian dipamerkan secara internasional. Selain itu, Ni Pollok juga menampilkan tarian Legong Keraton untuk disaksikan oleh pengunjung pameran mereka.

Meski hubungan Ni Pollok dan Mayeur tidak melahirkan keturunan, mereka berdua memutuskan untuk menyerahkan semua hasil seni mereka kepada pemerintah setempat. Karya-karya mereka saat ini dapat disaksikan di Museum Le Mayeur di Bali.

Tari Legong Keraton, jenis tari tradisional dari Denpasar, Bali, bukanlah tarian yang dapat ditarikan oleh semua orang. Hanya anak-anak yang sudah kehilangan gigi susu mereka yang dianggap dapat menari Legong Keraton. Tarian ini juga sering dipertunjukkan dalam upacara keagamaan dan penari Legong Keraton dianggap sebagai orang suci.

Namun, saat ini, seringkali seni, termasuk seni tari, dianggap sebagai sesuatu yang tidak begitu penting dibandingkan dengan pendidikan akademik. Seni dianggap sebagai tambahan atau hiburan semata dalam pendidikan. Akibatnya, seni sering terabaikan bahkan sampai pada titik kepunahan.

Namun, seni bukan hanya sekadar hiburan atau penghilang rasa jenuh. Seni merupakan bagian dari emosi yang mampu meringankan beban hidup. Melalui seni, kesabaran dan ketenangan dapat lahir. Sementara ilmu pengetahuan terus berkembang, penting bagi kita untuk mempertahankan dan menjaga keberlangsungan seni. Tugas kita semua, tak peduli apa profesi kita, adalah untuk menjaga seni tetap hidup dan berdampingan dengan kita, di setiap waktu dan setiap kesempatan.

Kisah Ni Pollok mengingatkan kita bahwa seni adalah sumber inspirasi yang tak terbatas. Keterbatasan ekonomi atau pendidikan tidak boleh menghambat semangat kita untuk mengejar mimpi dan mengembangkan bakat kita. Seni memiliki kekuatan untuk menghubungkan orang-orang, memperkaya budaya, dan memberikan makna dalam kehidupan kita. Mari kita jaga dan lestarikan seni, agar tetap hidup dan menjadi warisan yang tak ternilai bagi generasi mendatang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline