Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Saddam Haikal

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNJ

Belajar Hanya untuk Gengsi?

Diperbarui: 12 April 2022   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan belajar (Foto: eiecourse.com)

Belajar adalah tuntutan seluruh manusia, sedangkan "Pergi ke tempat belajar" adalah pilihan dan tidak wajib. Pendidikan kita masih mempersepsikan bahwa belajar hanya ketika berada di tempat belajar, seperti sekolah, les privat, kampus, dll. Pemikiran ini akhirnya melahirkan analogi baru yang menyeleneh: "Kalau saya tidak di tempat belajar, maka saya tidak perlu belajar/tidak sedang dalam proses belajar". Akibatnya, belajar menjadi sebuah proses yang kaku, eksklusif, dan formalistis. Padahal, seharusnya dilaksanakan secara elastis, inklusif, dan realistis.

Kebanyakan masyarakat kita melaksanakan proses belajar hanya sebatas perkara kewajiban belajar dua belas tahun atau sekadar ingin melanjutkan studi demi memperoleh gelar. Para filsuf Yunani Kuno memandang ini sebagai hal yang bodoh dan sia-sia. Belajar yang ditujukan untuk sebatas memperoleh gelar adalah bentuk dari narsisme. Akibatnya, kita seringkali menjumpai beberapa ungkapan yang mengatakan bahwa gelar sudah tidak lagi menjadi tanda kecerdasan atau bukti proses belajar, melainkan sebagai aksesoris, hiasan, dan "pemercantik" nama. 

Kita seharusnya malu dengan orang-orang jaman dahulu yang rela menaruh hati dan perhatian mereka pada "isi" dari proses belajar, dan bukan sekadar ingin mendapatkan material demi diakui oleh lingkungan sosial. Jika mereka menggunakan persepsi yang sama dengan kita saat ini, mungkin Sokrates, Seneca, ataupun Aristoteles telah memiliki seribu gelar yang tersusun di depan atau belakang nama mereka.

Melihat fenomena ini, tidak heran apabila Mas Nadiem Makarim mengatakan bahwa gelar sudah tidak bisa lagi dijadikan sebagai tanda kemahiran seseorang, karena kebanyakan masyarakat saat ini menjadikan gelar sebagai pemenuhan kebutuhan sosial daripada akal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline