Lihat ke Halaman Asli

Saddam Chadavi

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) jurusan Ilmu Komunikasi

Kue Putu, Jajanan masa kecil yang sudah mulai menghilang

Diperbarui: 11 Desember 2022   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa sih yang tidak kenal makanan legend yang sudah tidak asing ditelinga masyarakat Indonesia, apalagi kalau bukan jajanan Putu bambu. Makanan ini lebih dikenal oleh masyarakat indonesia sebagai jajan putu yang sering dijajakan oleh pedagang menggunakan sepeda gerobak dan berkeliling di lingkungan rumah. Suara khas nya yang berbunyi "tuuuuut" yang muncul efek dari uap kukusan kue tersebut menjadi ciri khas dari kue ini yang pada zaman itu sering terdengar di lingkungan kita. Jajanan berbahan dasar Tepung beras yang dibalut warna hijau dengan taburan kelapa parut diatasnya yang ditambah dengan dengan isian gula jawa semakin menambahkan cita rasa lokal dalam jajanan ini.

Awalnya Kue Putu berasal dari Negeri Cina sejak 1200 tahun yang lalu pada masa dinasti Ming yang dulunya masih bernama  Xianroe XiaoLong. Nama putu sendiri berkembang setelah muncul penamaan dari Naskah Lama Serat Centhini dari Kerajaan Mataram yang menyebut jajanan tersebut sebagai puthu. Naskah tersebut menceritakan tentang Ki Bayu Panuarta yang meminta santrinya untuk menyajikan hidangan pagi berupa makanan pendamping yaitu Kue serabi dan Kue putu. Naskah lain juga menjelaskan putu merupakan kudapan yang dijadikan sebagai makanan ringan dan makanan pendamping dari makanan utama. Pembeda dari Kue putu yang berada di cina dan di Jawa terletak pada isian yang menggunakan Gula Jawa sebagai pengganti dari Kacang hijau seperti kue putu pada asalnya. Hal itulah yang juga menjadi ciri khas dari Kue Putu yang ada di Indonesia dengan cina.

Modern ini keberadaan Kue Putu seperti menghilang dari peredaran karena sudah jarang ditemukan di lingkungan sekitar. Sesuatu yang mungkin menjadi faktor menghilangnya beberapa jajanan tradisional seperti Kue Putu mungkin karena munculnya jajanan modern yang unik dan lebih sesuai dengan selera anak anak dan remaja saat ini. Sangat disayangkan sekali jajanan tradisional yang memiliki rasa manis, gurih, dan sedikit asin ini terancam punah walaupun terkadang jika beruntung anda akan menemukan Kue Putu yang berjualan secara berkeliling di daerah Malang Raya. Penulis sendiri selama masa remaja ini sangat jarang menemukan adanya penjual dari kue putu yang berkeliling disekitar rumah dan beberapa kali menemukan penjual kue putu rumahan yang selama ini bisa dihitung dengan jari. Padahal dengan harga sekitar Rp. 500-1000/biji, kita bisa menikmati jajanan legend yang enak dan gurih.

Pembuatannya yang mudah dan rasanya yang enak telah menjadi daya Tarik tersendiri bagi siapa yang mencobanya.  Meskipun sudah mulai jarang ditemukan, namun Jajanan tradisioanal ini akan tetap menjadi jajanan tradisional yang dicari untuk sekedar bernostalgia mengingat masa kecil juga sebagai sarana untuk melestarikan jajanan lokal yang tidak kalah sebenarnya dengan jajanan modern. Oleh karena itu, sebagai bangsa yang ber budaya sudah seharusnya kita mencoba untuk terus melestarikan budaya lokal tidak terkecuali jajanan lokal agar kelestariannya tetap terjaga dan tentunya rasa yang tidak kalah nikmat dengan jajanan modern saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline