Lihat ke Halaman Asli

Saddam Alfarisi

Bachelor of International Relations

Natuna: Sentralitas Kedaulatan Maritim dan Tantangan Ekspansionisme di Laut China Selatan

Diperbarui: 22 Mei 2024   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laura Zhou/SCMP, 2023

Natuna sebagai sebuah kumpulan pulau di ujung barat laut Indonesia telah menjadi simbol penting dalam kedaulatan negara. Letaknya yang strategis di perairan Laut China Selatan membuat Natuna menjadi wilayah yang krusial, baik dari segi ekonomi, keamanan maupun pertahanan negara. Seiring hal itu, adanya peningkatan klaim ekspansionisme dari China di kawasan Laut China Selatan yang dapat menyebabkan ketegangan bagi negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia. Hal ini memberikan implikasi penuh dalam potensi ancaman yang signifikan berupa klaim satu pihak China di Laut Natuna Utara. Adanya Natuna kini bagi Indonesia berada di garis terdepan dalam konflik geopolitik yang semakin kompleks. Di tengah polemik ini, keberadaan Kawasan Natuna memiliki urgensi atas preferensi fokus dan pilar dalam upaya Indonesia mempertahankan kedaulatan maritim di Laut Natuna Utara.

Kedaulatan Maritim Indonesia di Natuna

Eksistensi Natuna sebagai bagian dari Indonesia adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh negara manapun. Kawasan ini kaya akan sumber daya alam, termasuk minyak, gas, dan perikanan yang terkandung didalamnya. Selain itu, posisinya yang strategis di jalur pelayaran internasional menjadikannya penting bagi keamanan dan ekonomi maritim Indonesia. Hal ini didasarkan bahwa kawasan Laut Natuna merupakan salah satu jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan menjadi lintasan laut internasional bagi kapal-kapal yang datang dari Samudera Hindia memasuki negara-negara industri di sekitar laut tersebut dan juga menuju Samudera Pasifik (Ruyat, 2017). Maka dari itu, Natuna memiliki peran strategis dalam menjadi garda terdepan untuk menjaga kedaulatan maritim Indonesia di tengah intrik sengketa Laut China Selatan.


Posisi strategis dan kekayaan alam ini juga menarik perhatian dari negara lain untuk memberikan ancaman kedaulatan bagi Indonesia, terutama dari China. China melakukan aksi ekspansionisme dengan mengklaim sembilan garis putus-putus (nine dash line) yang mencakup sebagian wilayah di Laut Natuna Utara. Namun, pada tahun 2023, China mengembangkan klaimnya menjadi sepuluh garis putus-putus (ten dash line) yang meliputi wilayah Laut China Selatan secara keseluruhan. Dalam hal ini, tentunya menciptakan ketegangan dan ancaman terhadap kedaulatan Indonesia dan negara di regional dalam menghadapi situasi klaim satu pihak di Laut China Selatan.

Tak hanya itu, perlakuan China dari tahun 2016 hingga 2023, yang dimana melakukan provokasi terhadap Indonesia berupa pengiriman kapal nelayan yang dikawal oleh kapal coast guard dari China secara ilegal di Laut Natuna Utara. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian dari Indonesia terhadap aksi China tersebut (Nasution, 2020).  Insiden pelanggaran wilayah oleh kapal-kapal China di perairan Natuna telah menjadi isu berulang yang menuntut tanggapan tegas dari Indonesia.

Respon Indonesia terhadap Tantangan Ekspansionisme

Indonesia telah menunjukkan sikap yang tegas dan konsisten dalam menanggapi klaim ekspansionis dari China di Laut China Selatan. Pemerintah Indonesia tidak akan merekognisi klaim China dan terus menegaskan bahwa Pulau dan Perairan Natuna adalah bagian dari wilayah kedaulatan Indonesia yang sah dan mutlak. Dalam upaya menjaga kedaulatan di Natuna, Indonesia telah meningkatkan kapasitas dan personel militernya di wilayah tersebut, melakukan pembangunan infrastruktur militer, membangun Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Serasan, dan peningkatan frekuensi patroli laut dan udara sebagai langkah nyata yang diambil oleh negara untuk memastikan keamanan wilayah Natuna sendiri. Upaya ini menunjukan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mempertahankan kedaulatannya serta memberikan sinyal kuat kepada pihak luar bahwa Indonesia dengan tegas dan siap untuk melindungi kedaulatan maritim.

Tak hanya itu, Indonesia juga aktif dalam diplomasi internasional untuk membangun dukungan terhadap yurisdiksinya. Melalui ASEAN dan forum-forum internasional lainnya, Indonesia berusaha mendorong penghormatan terhadap hukum internasional, termasuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut atau The United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS). Melalui pendekatan diplomatik ini bertujuan untuk memperkuat solidaritas regional dan menggalang dukungan global dalam menghadapi klaim ekspansionis dari China.

Implikasi Bagi Stabilitas Regional

Sikap tegas Indonesia dalam mempertahankan Natuna memiliki implikasi yang signifikan bagi stabilitas regional. Dengan menegakkan kedaulatannya, Indonesia dapat membantu dan menjaga keseimbangan kekuatan di Asia Tenggara serta mencegah dominasi satu pihak dari China di Laut China Selatan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kawasan ASEAN tetap menjadi wilayah yang aman dan damai.

Dapat dilihat bahwa, aksi Indonesia juga dapat menjadi contoh bagi negara-negara ASEAN lainnya yang menghadapi tantangan serupa, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina dan Vietnam. Dengan memperkuat kedaulatannya, Indonesia menunjukkan bahwa negara-negara di kawasan ini dapat terus berkomitmen dalam bekerja sama untuk melawan klaim ekspansionisme dan mempertahankan stabilitas regional.

Maka, kehadiran Indonesia di Pulau Natuna memainkan peran sentral yang sangat penting sebagai penyangga kedaulatan maritim di Laut Natuna Utara. Dengan kekayaan alam dan posisi strategis ini, Laut Natuna Utara menjadi target klaim ekspansionis yang menuntut respon tegas dari Indonesia. Melalui kombinasi kekuatan militer dan diplomasi, Indonesia telah menunjukkan komitmen dalam rangka mempertahankan dan menjaga kedaulatan maritim di Kawasan Natuna.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline