Lihat ke Halaman Asli

Alasan Operasional Maskapai Penerbangan

Diperbarui: 13 November 2015   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah satu jam menunggu dengan 'sabar' yang di ujung tanduk di ruang tunggu boarding bandara Changi, Singapura. Satu jam yang menjadi terasa panjang setelah sebelumnya hampir satu setengah jam berada dalam perasaan khawatir akan terlambat sampai bandara dan terlambat checkin pesawat untuk penerbangan Changi - Cengkareng yang terjadwal terbang jam 20:20 waktu Singapura.

Jalan tergopoh-gopoh ke konter checkin Garuda Indonesia dan dengan pasrahnya menerima pemberitahuan bahwa penerbangan akan terlambat 35 menit dari jadwal semula. Ah sudahlah, berarti ada waktu tambahan untuk sekedar ngopi dan makan makanan ringan pengganjal perut sampai nanti diganjal lebih lanjut saat mengudara nanti.

Waktu berlalu, akhirnya sudah mendekati waktu boarding sebagaimana tertera di boarding pass. Sudah waktunya menuju ruang tunggu boarding. Proses masuk ruang tunggu terasa cepat, karena hampir tidak ada antrian. Hm... Sepertinya penerbangan kali ini tidak akan penuh sesak. Apalagi, masih ada penerbangan berikutnya dengan maskapai yang sama di jam 22 yang berarti penumpang akan terdistribusi ke dalam dua penerbangan tersebut.

Setelah cukup lama menunggu, bukan panggilan boarding yang terdengar. Melainkan pemberitahuan penundaan lebih lanjut sampai satu jam berikutnya. Kembali alasan operasional. Dan sekarang ruang tunggu sudah mulai penuh.

Begitu mudahnya maskapai membuat alasan yang menjustifikasi mereka boleh menunda waktu terbang, dan penumpang tidak punya kuasa untuk memastikan akuntabilitas alasan tersebut. Di lain pihak, bila penumpang terlambat checkin, begitu mudah pula maskapai menjustifikasi bahwa penumpang tersebut berhak untuk ditinggal.

Agak sulit untuk percaya alasan operasional kali ini, mengingat ada penerbangan berikutnya yang berdekatan setelahnya. Dari mana kita bisa tahu kalau mereka sebenarnya menggabungkan dua penerbangan menjadi satu dengan mengorbankan penumpang yang seharusnya berangkat di jadwal penerbangan berikutnya.

Keselamatan penumpang memang paling utama. Tapi kalau ternyata hanya mempermainkan perasaan orang dengan mengulur-ulur waktu keterlambatan dengan pengumuman jadwal keterlambatan yang dicicil, rasanya itu sudah keterlaluan!

Ah, maskapai penerbangan sekelas Garuda Indonesia yang berpredikat penerbangan kelas ekonomi terbaik sudah pasti mengutamakan pelayanan pelanggan terbaik. Tidak mungkin semudah itu mempermainkan perasaan orang.

Ruang tunggu A11 Changi Airport.

Masih menunggu panggilan boarding.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline