Lihat ke Halaman Asli

Sadam RizkyArsyad

Mahasiswa S-1 Sastra Indonesia Universitas Airlangga

Peningkatan Literasi Digital melalui Peran Mahasiswa dalam Pendidikan untuk Mendukung Pencapain SDGs di Era Society 5.0

Diperbarui: 21 Agustus 2024   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan
Era Society 5.0 merupakan sebuah paradigma baru yang mengintegrasikan teknologi digital ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berpusat pada manusia. Di tengah perkembangan ini, pendidikan memegang peranan kunci dalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang muncul. Salah satu elemen penting dalam proses ini adalah literasi digital, yang mencakup kemampuan individu untuk memahami, menggunakan, dan mengkritisi informasi yang diperoleh melalui teknologi digital. Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan teknis untuk menggunakan perangkat digital, tetapi juga tentang bagaimana seseorang dapat berpartisipasi secara efektif dan etis dalam masyarakat yang semakin terhubung secara digital. Dalam konteks ini, mahasiswa memiliki peran strategis dalam meningkatkan literasi digital, baik di kalangan mereka sendiri maupun di masyarakat luas, untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Pembahasan
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan berkelanjutan. Tujuan keempat dari SDGs menekankan pentingnya pendidikan yang berkualitas dan inklusif bagi semua orang. Di era Society 5.0, literasi digital menjadi komponen esensial dari pendidikan berkualitas tersebut. Literasi digital memungkinkan individu untuk mengakses pengetahuan, berkomunikasi dengan orang lain, dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dan sosial yang semakin terdigitalisasi. Mahasiswa, sebagai individu yang sedang menempuh pendidikan tinggi, memiliki akses ke berbagai sumber daya dan pengetahuan yang dapat mereka gunakan untuk meningkatkan literasi digital mereka sendiri serta membantu orang lain dalam mengembangkan kemampuan ini.
Peran mahasiswa dalam meningkatkan literasi digital dapat dilihat dari berbagai perspektif. Pertama, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan dalam komunitas mereka. Sebagai individu yang relatif muda dan biasanya lebih akrab dengan teknologi digital dibandingkan generasi yang lebih tua, mahasiswa berada dalam posisi yang unik untuk menjadi penggerak literasi digital di lingkungan mereka. Mereka dapat mengadakan pelatihan, workshop, atau seminar tentang penggunaan teknologi digital, baik di kampus maupun di masyarakat sekitar. Kegiatan-kegiatan semacam ini tidak hanya membantu orang lain untuk meningkatkan kemampuan digital mereka, tetapi juga memperkuat keterampilan mahasiswa dalam komunikasi, kepemimpinan, dan pengabdian masyarakat.
Sebagai contoh, mahasiswa bisa mengadakan workshop di sekolah-sekolah atau komunitas untuk mengajarkan cara menggunakan alat-alat digital, seperti perangkat lunak pengolah kata, aplikasi pembelajaran daring, atau platform media sosial secara aman dan efektif. Dengan mengajarkan keterampilan ini kepada siswa sekolah atau anggota komunitas yang kurang terpapar teknologi, mahasiswa turut berkontribusi dalam memperkecil kesenjangan digital yang ada di masyarakat. Selain itu, kegiatan semacam ini juga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi digital dalam mendukung berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi sosial.
Di sisi lain, mahasiswa juga dapat berperan sebagai pembuat konten digital yang mendidik. Dalam era di mana informasi dapat dengan mudah diakses melalui internet, kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan bijak menjadi sangat penting. Mahasiswa dapat menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh di kampus untuk membuat konten digital yang informatif dan mudah dipahami oleh masyarakat umum. Misalnya, mereka bisa membuat blog, vlog, atau podcast yang membahas topik-topik penting terkait literasi digital, seperti keamanan digital, penggunaan internet secara sehat, atau bagaimana memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran. Dengan cara ini, mahasiswa tidak hanya menyebarkan pengetahuan, tetapi juga membangun portofolio digital mereka sendiri yang dapat berguna dalam karier mereka di masa depan.
Selain itu, dalam meningkatkan literasi digital, mahasiswa juga dapat berperan dalam mendorong integrasi teknologi digital ke dalam kurikulum pendidikan formal. Pendidikan tinggi adalah tempat di mana banyak inovasi dan penelitian terkait teknologi dikembangkan. Mahasiswa, terutama yang terlibat dalam bidang pendidikan, teknologi informasi, dan komunikasi, dapat terlibat dalam pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan literasi digital sebagai bagian dari mata pelajaran atau program studi. Mereka dapat berkolaborasi dengan dosen dan pihak kampus untuk merancang modul pembelajaran yang tidak hanya mengajarkan keterampilan digital dasar tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan etis dalam menggunakan teknologi.
Sebagai contoh, mahasiswa dapat mengusulkan proyek pengembangan kurikulum yang menggabungkan penggunaan teknologi digital dengan metode pembelajaran aktif. Modul ini bisa mencakup penggunaan platform pembelajaran daring, alat kolaborasi digital, dan sumber daya online lainnya untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Dengan mengintegrasikan teknologi digital ke dalam pembelajaran sehari-hari, siswa tidak hanya belajar materi pelajaran, tetapi juga mengembangkan keterampilan digital yang penting untuk sukses di era Society 5.0. Pendekatan semacam ini juga dapat membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, di mana siswa dengan berbagai latar belakang dapat mengakses pendidikan yang berkualitas.
Mahasiswa juga dapat berperan sebagai advokat untuk literasi digital di lingkungan pendidikan dan di luar kampus. Mereka dapat terlibat dalam kegiatan advokasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya literasi digital dalam kehidupan modern. Mahasiswa dapat mengorganisir kampanye, diskusi publik, atau debat yang membahas isu-isu terkait literasi digital, seperti keamanan data pribadi, cyberbullying, atau hak digital. Melalui kegiatan semacam ini, mahasiswa tidak hanya membantu meningkatkan literasi digital di masyarakat, tetapi juga mendorong terciptanya kebijakan yang mendukung pengembangan literasi digital.
Lebih lanjut, mahasiswa dapat berkontribusi pada penelitian yang berfokus pada literasi digital dan dampaknya terhadap masyarakat. Sebagai bagian dari komunitas akademik, mahasiswa memiliki akses ke sumber daya dan bimbingan yang memungkinkan mereka untuk melakukan penelitian yang mendalam dan signifikan. Penelitian ini bisa mencakup studi tentang tingkat literasi digital di kalangan siswa sekolah, analisis kebijakan literasi digital di tingkat nasional atau lokal, atau eksplorasi dampak literasi digital terhadap partisipasi ekonomi dan sosial. Hasil penelitian ini kemudian dapat digunakan untuk menginformasikan kebijakan publik atau program pendidikan yang lebih efektif dalam meningkatkan literasi digital.
Di era Society 5.0, di mana teknologi digital semakin menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, literasi digital menjadi keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Mahasiswa, sebagai individu yang sedang berada dalam proses pendidikan tinggi, memiliki peran yang krusial dalam meningkatkan literasi digital, baik di kalangan mereka sendiri maupun di masyarakat luas. Melalui berbagai inisiatif, mulai dari pelatihan, pembuatan konten digital, pengembangan kurikulum, hingga advokasi dan penelitian, mahasiswa dapat membantu masyarakat untuk lebih siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang muncul di era digital ini.
Pentingnya literasi digital tidak bisa dilepaskan dari upaya untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Literasi digital memainkan peran penting dalam mendukung pendidikan berkualitas (SDG 4), mengurangi ketimpangan (SDG 10), dan menciptakan masyarakat yang inklusif, aman, dan berkelanjutan (SDG 11). Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan literasi digital harus menjadi prioritas dalam pendidikan dan pembangunan berkelanjutan.
Dalam konteks ini, mahasiswa memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam teknologi digital untuk kebaikan bersama. Mereka tidak hanya belajar untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Dengan memahami dan memanfaatkan peran mereka dalam meningkatkan literasi digital, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang membantu menciptakan masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi semua orang.
Namun, peran mahasiswa dalam meningkatkan literasi digital tidak bisa berjalan sendiri. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, institusi pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat luas, sangat diperlukan untuk memastikan bahwa upaya ini dapat berhasil dan memberikan dampak yang nyata. Pemerintah, misalnya, dapat mendukung inisiatif literasi digital dengan menyediakan infrastruktur teknologi yang memadai dan akses internet yang terjangkau, terutama di daerah-daerah yang kurang terlayani. Institusi pendidikan dapat mendukung dengan memberikan ruang bagi mahasiswa untuk berinovasi dan mengembangkan keterampilan digital mereka melalui program-program akademik dan ekstrakurikuler. Sektor swasta juga dapat berperan dengan menyediakan pelatihan, magang, atau peluang kerja yang membantu mahasiswa untuk menerapkan dan mengembangkan keterampilan digital mereka dalam lingkungan profesional.
Kerjasama antara berbagai pihak ini akan menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan literasi digital secara holistik dan berkelanjutan. Dalam ekosistem ini, mahasiswa dapat berperan sebagai katalisator yang menghubungkan berbagai inisiatif dan aktor, sehingga menciptakan sinergi yang lebih besar dalam upaya meningkatkan literasi digital. Dengan demikian, literasi digital tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga menjadi bagian integral dari strategi nasional untuk mencapai SDGs.
Selain itu, mahasiswa juga perlu terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan digital mereka sendiri agar tetap relevan di era yang terus berubah. Teknologi digital berkembang dengan sangat cepat, dan literasi digital yang relevan hari ini mungkin tidak lagi relevan dalam beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki sikap pembelajar sepanjang hayat, selalu terbuka terhadap perubahan, dan siap untuk beradaptasi dengan perkembangan baru. Sikap ini tidak hanya penting untuk kesuksesan pribadi mereka, tetapi juga untuk keberhasilan upaya mereka dalam meningkatkan literasi digital di masyarakat.
Pada akhirnya, peran mahasiswa dalam meningkatkan literasi digital adalah tentang membangun fondasi bagi masa depan yang lebih baik. Literasi digital bukan hanya tentang menguasai teknologi, tetapi juga tentang memahami bagaimana teknologi berinteraksi dengan berbagai aspek kehidupan dan bagaimana memanfaatkannya untuk menciptakan dampak positif. Mahasiswa, sebagai generasi yang akan memasuki dunia kerja dan masyarakat yang semakin terhubung secara digital, memiliki kesempatan unik untuk membentuk cara kita berinteraksi dengan teknologi dan informasi di masa depan. Dengan keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki, mahasiswa dapat menjadi pelopor dalam mengembangkan praktik terbaik dan model-model baru untuk literasi digital yang dapat diadopsi oleh masyarakat luas.
Salah satu tantangan terbesar dalam meningkatkan literasi digital adalah mengatasi kesenjangan digital yang ada di berbagai komunitas. Di banyak tempat, terutama di daerah terpencil atau kurang berkembang, akses terhadap teknologi dan internet masih terbatas. Mahasiswa dapat memainkan peran penting dalam mengurangi kesenjangan ini dengan terlibat dalam proyek-proyek yang bertujuan untuk menyediakan infrastruktur teknologi, seperti pusat komunitas dengan akses internet gratis atau laboratorium komputer di sekolah-sekolah. Mereka juga dapat berkolaborasi dengan organisasi non-profit dan lembaga pemerintah untuk melaksanakan program-program literasi digital yang dirancang khusus untuk komunitas yang kurang terlayani.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, penting bagi mahasiswa untuk mengadopsi pendekatan yang inklusif dan berorientasi pada hasil. Ini berarti memahami kebutuhan dan kondisi spesifik dari target audiens mereka dan menyesuaikan program dan materi literasi digital yang mereka tawarkan agar sesuai dengan konteks tersebut. Misalnya, untuk masyarakat yang kurang familiar dengan teknologi, mahasiswa dapat merancang pelatihan yang dimulai dari dasar-dasar penggunaan perangkat digital dan secara bertahap memperkenalkan konsep-konsep yang lebih kompleks. Di sisi lain, untuk audiens yang sudah memiliki tingkat literasi digital dasar, pelatihan bisa difokuskan pada keterampilan yang lebih lanjut, seperti keamanan siber, analisis data, atau pengembangan konten digital.
Sebagai tambahan, mahasiswa harus mampu menilai efektivitas dari program-program literasi digital yang mereka jalankan. Ini termasuk melakukan evaluasi secara berkala dan mengumpulkan umpan balik dari peserta untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan mengadaptasi program sesuai kebutuhan. Penilaian yang baik akan memastikan bahwa program yang dilakukan benar-benar memenuhi tujuan dan memberikan manfaat yang diharapkan. Dengan pendekatan yang berbasis data dan hasil yang terukur, mahasiswa dapat meningkatkan kualitas program mereka dan memastikan bahwa literasi digital yang diajarkan benar-benar berguna bagi penerima manfaat.
Mahasiswa juga harus memperhatikan aspek etis dalam penggunaan teknologi dan informasi. Di era Society 5.0, di mana data pribadi dan privasi sering kali menjadi perhatian utama, penting bagi mahasiswa untuk mengajarkan prinsip-prinsip etika digital dalam program-program literasi digital mereka. Ini mencakup pemahaman tentang hak privasi, perlindungan data, dan tanggung jawab dalam berinteraksi secara online. Dengan menanamkan nilai-nilai ini sejak dini, mahasiswa tidak hanya membantu orang lain untuk mengakses teknologi dengan lebih baik, tetapi juga membangun masyarakat digital yang lebih aman dan bertanggung jawab.
Kolaborasi antara mahasiswa, institusi pendidikan, dan berbagai pemangku kepentingan juga merupakan kunci untuk memperluas jangkauan dan dampak dari inisiatif literasi digital. Melalui kerjasama yang erat, berbagai pihak dapat saling mendukung dalam mencapai tujuan bersama. Misalnya, institusi pendidikan dapat menyediakan dukungan akademik dan sumber daya, sementara sektor swasta dapat memberikan akses ke teknologi dan peluang pelatihan. Pemerintah dapat berperan dalam menciptakan kebijakan yang mendukung dan memfasilitasi inisiatif literasi digital di tingkat nasional. Semua pihak ini bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan literasi digital yang efektif dan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, peran mahasiswa dalam meningkatkan literasi digital adalah bagian penting dari upaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan di era Society 5.0. Dengan memanfaatkan keterampilan dan pengetahuan mereka, mahasiswa dapat membantu mengurangi kesenjangan digital, mempromosikan penggunaan teknologi yang etis, dan mengembangkan solusi inovatif untuk tantangan literasi digital. Upaya ini mendukung pencapaian SDGs, khususnya dalam hal pendidikan berkualitas, pengurangan ketimpangan, dan pembangunan berkelanjutan.
Kesimpulan
Melalui keterlibatan aktif dan komitmen yang kuat, mahasiswa dapat memainkan peran kunci dalam membentuk masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan. Mereka tidak hanya mempersiapkan diri untuk karier mereka di masa depan, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian tujuan global yang lebih besar. Dengan demikian, literasi digital bukan hanya keterampilan teknis, tetapi juga bagian integral dari upaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih adil bagi semua orang. Mahasiswa, sebagai bagian dari generasi yang akan datang, memiliki tanggung jawab untuk memanfaatkan potensi teknologi digital secara positif dan berkelanjutan, serta membantu masyarakat mereka untuk beradaptasi dengan perubahan dan memanfaatkan peluang yang ada di era digital ini.
 
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., & Susanto, H. (2020). Peran fintech dalam meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 21(2), 45-57. https://doi.org/10.21002/jepi.v21i2.5487
Ananda, R., & Putri, M. D. (2019). Pemberdayaan ekonomi masyarakat desa melalui program kredit mikro. Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah, 11(1), 75-90. https://doi.org/10.29313/mppd.v11i1.12001
Azizah, S., & Wibowo, A. (2018). Analisis literasi keuangan pada mahasiswa: Studi kasus di Universitas Negeri Malang. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 10(2), 112-125. https://doi.org/10.21831/jpe.v10i2.23874
Budiyanto, H., & Kurniawan, T. (2021). Pengaruh inovasi teknologi terhadap pengembangan usaha mikro kecil menengah di Indonesia. Jurnal Teknologi dan Manajemen, 23(3), 101-115. https://doi.org/10.9744/jtm.v23i3.2217
Dewi, S. K., & Rahmawati, D. (2019). Inklusi keuangan dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi: Studi kasus di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 17(2), 143-156. https://doi.org/10.15294/jejak.v17i2.28392
Fadilah, A., & Suhendi, A. (2020). Implementasi Society 5.0 dalam pendidikan tinggi di Indonesia. Jurnal Teknologi Pendidikan, 12(4), 235-248. https://doi.org/10.24127/jtp.v12i4.5872
Gunawan, W., & Putra, I. G. A. D. (2019). Pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis teknologi di era digital. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Bisnis, 14(1), 89-102. https://doi.org/10.20473/jieb.v14i1.11314
Hidayat, A., & Kurniasih, R. (2018). Literasi digital dan inklusi keuangan di kalangan mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pembangunan, 16(3), 220-231. https://doi.org/10.31315/jkp.v16i3.1418
Indrayani, S., & Hapsari, A. (2020). Peran pendidikan tinggi dalam mendorong inklusi keuangan di era Society 5.0. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, 5(2), 97-109. https://doi.org/10.21009/jpeb.052.07
Kartika, Y., & Dewanto, H. (2021). Analisis pemberdayaan ekonomi berkelanjutan melalui pengembangan usaha kecil di daerah rural. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, 22(1), 130-142. https://doi.org/10.18196/jesp.22.1.10900
Lestari, T., & Wijaya, A. (2019). Penerapan teknologi keuangan dalam meningkatkan inklusi keuangan di pedesaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 16(2), 101-114. https://doi.org/10.31293/jaki.v16i2.2990
Mahendra, S., & Pratama, I. (2018). Pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja keuangan usaha mikro di Indonesia. Jurnal Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi, 10(3), 201-214. https://doi.org/10.1234/jame.v10i3.5017
Nugroho, A. S., & Kusumawati, D. (2020). Inovasi sosial dan kewirausahaan di kalangan mahasiswa untuk pencapaian SDGs. Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia, 19(4), 356-370. https://doi.org/10.25105/jmbi.v19i4.5121
Oktaviani, M. P., & Sari, N. (2019). Pengaruh inklusi keuangan terhadap pengembangan ekonomi desa. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 27(1), 88-100. https://doi.org/10.21512/jep.v27i1.5115
Priyanto, H., & Widyastuti, R. (2021). Transformasi digital untuk meningkatkan daya saing UMKM di era Society 5.0. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Inovasi, 12(3), 215-229. https://doi.org/10.12928/jemi.v12i3.12418
Rahayu, D., & Nurhadi, N. (2019). Peran mahasiswa dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis teknologi digital. Jurnal Sosial dan Humaniora, 18(2), 132-145. https://doi.org/10.31292/jsh.v18i2.6021
Sari, D. N., & Fadli, M. (2020). Peran inklusi keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, 14(2), 221-233. https://doi.org/10.20885/je.v14i2.5729
Triyono, H., & Suryani, E. (2021). Membangun ekosistem digital untuk pemberdayaan ekonomi di era Society 5.0. Jurnal Sistem Informasi dan Teknologi, 25(4), 307-319. https://doi.org/10.31294/jst.v25i4.7809
Utami, R. T., & Rahayu, A. (2019). Model bisnis berkelanjutan untuk mendukung pencapaian SDGs di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 13(1), 98-110. https://doi.org/10.30596/jbm.v13i1.5638
Wahyuni, L., & Setiawan, D. (2020). Peningkatan inklusi keuangan melalui penerapan teknologi blockchain di Indonesia. Jurnal Teknologi Informasi dan Komputer, 8(2), 120-132. https://doi.org/10.32736/jtik.v8i2.6547




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline