Tak terasa 3 tahun telah terlewati semenjak terpilihnya pasangan Benyamin Davnie dan Pilar Saga Ichsan sebagai walikota dan wakil walikota Tangerang Selatan. Tentunya sudah banyak dampak yang dirasakan oleh warga Tangerang Selatan. Pada masa kepemimpinan mereka Tangsel masuk kategori sebagai Top Tier City atau kotak dengan indeks livability di atas rata-rata. Survei bertajuk Most Liveable City Index (MLCI) yang diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) memberikan skor 68 untuk Tangerang Selatan.
Ketua Umum Organisasi Kepemudaan Suara Kreasi Anak Bangsa (SKAB) Dodi Prasetya Azhari, angkat bicara perihal kemacetan yang dinilai tak kunjung selesai di Kota Tangerang Selatan. Dodi mengatakan, selama ini kemacetan yang terjadi di Kota Tangsel tidak terlepas dari kurangnya perhatian pemerintah untuk serius menangani dan mencari solusinya. la pun meminta Walikota Tangsel Benyamin Davnie dan Wakil Walikota Tangsel Pilar Saga Ichsan agar fokus dan menuntaskan permasalahan kemacetan. Terlebih, permasalahan kemacetan juga masuk ke dalam visi misi Benyamin-Pilar saat maju Pilkada.
Salah satu penyebab menumpuknya kendaraan di Tangsel adalah karena pertumbuhan penduduk di Tangsel yang mengalami peningkatan sejak tiga tahun terakhir. Berkembangnya Tangsel menjadi kota mandiri membuat masyarakat terpikat untuk membeli properti di Tangsel. Selain karena penjualan perumahan dan apartemen di Tangsel yang masih terbilang tinggi, Tangsel juga didukung oleh fasilitas umum yang memadai seperti rumah sakit, fasilitas pendidikan, stasiun kereta api, serta jalan tol.
Masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi karena masyarakat jadi bisa menghemat biaya transportasi, berbeda dengan menggunakan angkatan umum yang panas dan para sopirnya yang cenderung asal saat membawa kendaraan dan juga menggunakan transportasi umum di Tangsel harus banyak transit.
Mungkin salah satu cara yang bisa dilakukan pemerintah kota Tangerang Selatan untuk mengurangi kemacetan adalah dengan membenahi transportasi umum, karena rute transportasi umum yang tidak jelas membuat masyarakat harus lebih banyak mengeluarkan biaya karena transit. Sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan uang itu untuk membeli bahan bakar dan menggunakan kendaraan pribadi.
PR bagi pemerintah Tangerang Selatan adalah membuat masyarakat terbiasa menggunakan transportasi umum. Namun, hal itu hanya dapat dilakukan apabila sistem transportasi umum di Tangerang Selatan sudah dibenahi dengan maksimal sehingga para masyarakat tidak harus lagi untuk banyak transit di terminal bus atau angkutan umum yang cenderung memakan banyak waktu dan biaya. Jika nantinya masyarakat sudah beralih kepada transportasi umum tentunya masalah kemacetan ini akan berkurang cukup drastis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H