Ramadan tiba. Sementara Lengangnya jalanan ibukota menandai masih diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibukota dan sekitarnya, akibat semakin meluasnya epidemi wabah corona.
Jenis virus yang lebih dikenal dengan sebutan covid-19 ini telah merumahkan jutaan manusia dari hiruk-pikuk padatnya hampir semua kota metropolitan di seluruh dunia sejak awal tahun ini. Covid-19 dalam proses epideminya,, tidak mengenal status sosial dan tingkat kemapanan ekonomi.
Dia menembus batas-batas teritorial secara ekspres dan masif. Bahkan sekalipun itu adalah negara se adidaya Amerika Serikat, atau pada negara dengan tradisi kedisiplinan yang tinggi seperti Jepang dan Singapura.
Covid-19 yang di awal kehadirannya sempat dijadikan bahan candaan pejabat negara, kini berbalik menjadikan peradaban manusia semakin terdesak dalam periode kegelaan yang nyaris tak berujung.
Hampir genap 5 bulan berlalu, kini pandemik Covid-19 turut menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan 1441 Hijriyah dengan memberikan kado keberkahan yang dibungkus dengan lembaran-lembaran ujian dan cobaan yang tentu tak terasa indah.
Di negeriku tercinta, Indonesia. Statistik kasus kematian yang diakibatkan oleh makhluk Tuhan paling misterius di abad digital ini perhari ini telah merenggut 635 jiwa dari 7148 yang telah terdeteksi positif terpapar covid-19.
Angka yang semoga tidak akan terus bertambah ini, mengkonfirmasikan kepada publik bahwa tidak ada satu jiwapun yang bisa memastikan keselamatannya terhindar dari cobaan kemanusiaan yang menakutkan ini. Dan Kehadiran Ramadan yang datang selalu tepat pada waktunya kali ini, akan menjadi Ramadan paling afdhal bagi keluarga-keluarga Muslim di dunia, khususnya keluarga Indonesia.
Ramadan yang menjadikan rumah-rumah semakin ramai sejak sahur hingga sahur lagi. Ramadan yang memungkinkan jiwa-jiwa Muslim semakin terasah karakter kesabarannya. Juga menjadi Ramadan yang tenang nan damai bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindukan perjumpaan dengan Rab-nya. Ramadan in home.
Di hari di mana hilal Ramadan akan menampakan senyum marhabannya ini, fenomena Covid-19 tidak saja telah merenggut semua kemesraan sosial warga bangsa, namun juga nilai ke-ekonomian mayoritas rumah tangga bangsa Indonesia turut tergerus signifikan.
Lebih dari itu, krisis kemanusiaan global ini telah membatasi umat manusia untuk sekedar memenuhi kesempurnaan sakralitas spiritualnya secara berjamaah. Betapa episentrum Ka'bah yang menjadi titik sentral keibadahan haji dan umroh umat Islam yang ramai dan menggetarkan hati mesti pause hingga waktu yang tidak ditentukan.
Di saat yang sama kita harus mengikhlaskan masjid-masjid umat harus ditutup rapat pintunya di hari Juma'at. Dan hampir bisa dipastikan bahwa, tradisi pelaksanaan sholat Taraweh dan tadarus berjamaah pada Ramadan kali ini akan turut dirumahkan.