Pembagian area produksi dalam teori ekonomi menggambarkan bagaimana perubahan input mempengaruhi output, serta menunjukan fase-fase yang berbeda dalam tingkat efisiensi penggunaan sumber daya. Setiap area memiliki karakteristik yang berkaitan dengan elastisitas output dan efektivitas penggunaan sumber daya, memberikan wawasan penting bagi perusahaan dalam menentukan jumlah input yang tepat untuk mencapai efisiensi maksimum. Berikut penjelasan mengenai masing-masing daerah pada gambar di atas :
Daerah 1 (E>1) : Tahap Pertumbuhan Produktivitas yang Tinggi
- Elastisitas output : di daerah ini , elastisitas output lebih besar dari 1 (E>1), yang berarti setiap penambahan input memberikan peningkatan output yang lebih besar daripada porposi input yang ditambahkan. Artinya perusahaan berada dalam tahap pertumbuhan produksi yang sangat menguntungkan , karena sumber daya tambahan seperti tenaga kerja atau modal menghasilkan output yang jauh lebih tinggi.
- Kondisi produksi : disini perusahaan mengalami apa yang disebut dengan increasing returns to scale atau penigkatan skala hasil. Prouktivitas marginal yakni jumlah output tambahan yang dihasilkan oleh setiap unit baru terus bertambah. Hal ini bisa membuat perusahaan untuk meningkatkan produksi secara signifikan dengan tambahan input yang relatif kecil.
- Efisiensi penggunaan sumber daya : Sumber daya dalam tahap ini sangat efisien. Karena kapasitas produksi masih belum penuh,setiap penambahan input akan diserap dengan baik, mambantu perushaan mencapai pertumbuhan pesat tanpa adanya pemborosan. Tenaga kerja , modal dan bahan baku digunakan secara optimal dan tidak terjadi pemborosan yang dapat menurunkan efisiensi.
- Contoh : ketika sebuah perusahaan baru memulai produksi. Awalnya perusahaan tersebut mungkin hanya memiliki beberapa karyawan dan peralatan yang terbatas. Dengan menambah lebih banyak karyawan atau peralatan , perusahaan dapat mempercepat produksi karena pengaturan sumber daya masih dalam skala kceil yang bisa membuat penyesuaian secara cepat dan efektif.
Daerah II (0 : Tahap Efisiensi Optimal atau produksi Stabil
- Elastisitas output : di daerah ini elastisitas ouput berada dalam rentang 0 hingga 1 (0 . Pada titik awal , elastisitas output adalah 1 , artinya penambahan input memberikan peningkatan output yang setara dengan jumlah input yang ditambahkan. Namun , seiring bertambahnya input , elastisitas mulai menurun hingga mendekat nol, yang menunjukan bahwa meskipun output masih meningkat , laju peningkatannya tidak sebanding dengan penambahan input.
- Kondisi produksi : daerah ini mencerminkan decreasing returns to scale, di mana produktivitas marginal mulai berkurang. Meski input tambahan masih memberikan peningkatan output, Tingkat peningkatannya semakin kecil , ini berarti bahwa perusahaan masih memperoleh manfaat dari penambahan input, namun tidak sebesar sebelumnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja atau mesin, misalnya akan tetap memberikan tambahan produksi, tetapi dengan hasil yang lebih rendah dari sebelumnya.
- Efisisensi optimal : daerah II sering dianggap fase terbaik dalam proses produksi, karena di sinilah perusahaan memanfaatkan sumber daya dengan paling efisien. Titik ini menunjukan titik di mana sumber daya tidak mengalami pemborosan, tetapi juga tidak berlebihan , sehingga memberikan hasil produksi yang stabil. Titik puncak dalam daerah ini adalah Titik M , yang merupakan puncak kurva dioptimalkan sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang dan kapasitas produksi dimanfaatkan secara penuh.
- Contoh : yang di mana perusahaan telah mencapai skala operasi yang stabil. Setiap tambahan input, seperti satu pekerja atau satu mesin tambahan , masih meningkatkan produksi, namun peningkatannya lebih lambat daripada di daerah I . ini adalah tahap di mana perusahaan sebaiknya mempertahankan skala prouksi agar tidak masuk ke tahap overcapacity atau penggunaan sumber daya yang berlebihan.
Daerah III ( E < 0) : Tahap Ketidakefisienan dan Penurunan Output
- Elastisitas output : di daerah III , elastisitas output menjadi negative (E < 0) ,yang berarti bahwa penambahan input justru menyebabkan penurunan output. Ini menunjukan bahwa perusahaan telah memasuki tahap ketidakefisienan yang berbahaya, di mana penggunaan sumber daya berlebihan menyebabkan gangguan dalam proses produksi.
- Kondisi produksi : kondisi ini dikenal sebagai tahap negative returns to scale yang berarti bahwa sumber daya telah mencapai titik saturasi atau overcapacity. Dalam situasi ini , tambahan input seperti tenaga kerja atau mesin malah mengurangi output karena ruang kerja menjadi sempit, mesin menjadi terlalu panas, atau terjadi kebingungan dalam koordinasi. Kapasitas terlalu terlampaui, sehingga penambahan input hanya menambah beban tanpa meningkatkan hasil.
- Ketidakefisienan yang berbahaya : dalam fase ini produktivitas menurun, yang dapat berbahaya bagi kelangsungan usaha jika dibiarkan terlalu lama. Di daerah ini , perusahaan harus berhati-hati karena efisiensi telah mencapai titik balik yang negative. Menambah input tidak hanya tidak memberikan manfaat, tetap juga memperburuk produksi.
- Contoh : Kondisi di mana terlalu banyak pekerja yang bekerja dalam satu ruang terbatas , menyebabkan tumpeng tindih tugas , kebingungan dan saling mengganggu. Demkian juga , jika mesin dipaksa bekerja atas kapasitas optimalnya , risiko kerusakan meningkat dan waktu perbaikan dapat mempengaruhi keseluruhan produktivitas.
- Kurva Produktivitas Total (KPT) dan Titik Penting : Kurva Produktivitas Total (TKP)
- Kurva ini menunjukan jumlah total output yang dihasilkan seiring dengan penambahan jumlah input. Kurva ini meningkat pada daerah I dan II , mencapai puncaknya pada titik M (di daerah II) dan mulai turun pada daerah III.
- Titik B dan Titik C : TItik B di mana elastisitas output sama dengan 1 ( E=1), menunjukan kondisi optimal di mana penambahan input memberikan hasil output yang sama besar. Titik ini adalah titik optimal pada daerah II. Titik C menandai batas akhir daerah II dan awal daerah III yang berarti bahwa titik ini, menambah input akan menurunkan ooutput secara keseluruhan.
Keimpulan :
Pembagian area produksi ini menggambarkan bagimana perubahan input mempengaruhi efisiensi prouksi. Di daerah I , perusahaan mengalami peningkatan produktivitas yang signifikan dengan penambahan input. Di daerah II , efesiensi optimal tercapai dan perusahaan sebaiknya mempertahankan operasi pada tahap ini dan di daerah III , penurunan output mulai terjadi karena ketidakefisienan yang diakibatkan oleh penggunaan input berlebihan. Memahami fase-fase ini membantu perusahaan dalam merencanakan alokasi sumber daya untuk mencapai efisiensi produksi yang optimal tanpa menimbulkan pemborosan atau penurunan produktivitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H