Lihat ke Halaman Asli

Wahyuni Susilowati

TERVERIFIKASI

Penulis, Jurnalis Independen

Tetap Asyik di Lingkungan Kerja Toksik

Diperbarui: 23 Mei 2021   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hindarkan terlibat dalam konflik terbuka untuk keamanan anda (dok. Le Monde Marketing/ed.WS)

"Tuh lihat si Meow, bikin laporan aja gak pernah bener, tapi Bos ngebiarin aja. "

'Eh, tahu nggak, divisi kami tuh kerja lembur sampai malam tiap kali bikin event, mereka sih nyantai aja langsung bubar pas jam 5 sore. Padahal bantu-bantu sedikit, kan, bisa! "

"Bos selalu nuntut kami begini-begitu, salah dikit langsung deh dicerewetin, beda sama yang sono, kayaknya nyantai aja tuh! "

Pernah dapat curhatan seperti di atas di ruang kerja lalu mendadak hening bak ada genderuwo lewat saat 'sosok' yang dibidik mendadak masuk? Bila jawabannya 'ya', maka bersiaplah menerima kenyataan bahwa anda tengah berada di lingkungan kerja yang toksik.

Ghibah alias gosip negatif terhadap seseorang atau lebih yang awalnya menyentuh aspek kualitas kerja lalu ujung-ujungnya masuk ke ranah pribadi memang merupakan salah satu ciri lingkungan kerja yang toksik.

Lunturnya kepercayaan pada rekan kerja bila tidak dikelola secara optimal bisa merusak performa lembaga/perusahaan sekaligus merusak kenyamanan kerja mereka yang menjalankan fungsi profesionalnya di situ. Lantas bagaimana harus bersikap saat pusaran karir menempatkan anda di situasi-kondisi sedemikian?

Pertama, tentu saja tak perlu ikut menambahkan 'racun' alias memperbuas gunjingan lalu menyebarkannya kembali hanya sekedar untuk mendapat pengakuan dari pihak yang merupakan sumber gosip negatif. Toh, loyalitas tak ada manfaatnya dalam urusan beginian. Selagi anda tak bersama mereka, bisa saja anda yang diproses jadi bahan gosip berikutnya.

Kedua, fokus pada tanggung jawab serta hak dan kewajiban anda di lembaga/perusahaan serta lakukan yang terbaik. Nyinyiran negatif tentang seorang/sekelompok rekan kerja seyogyanya tidak membuat anda mengendurkan etos kerja pribadi. Bagaimana pun situasi di tempat kerja, anda sebisa mungkin harus tetap bisa berprestasi dengan sehat.

Ketiga, berusahalah bersikap netral dan obyektif saat berinteraksi, toh semua pihak sebenarnya berada di satu kapal dengan tujuan yang sama : Kesuksesan untuk meningkatkan kesejahteraan finansial dan spiritual bagi semua yang berada di dalamnya. Buat langkah-langkah antisipasi untuk membentengi diri bila suatu saat terjadi perselisihan terbuka antar kubu di kantor. Seandainya pendapat anda selama ini masuk kategori 'didengarkan', mungkin bisa berusaha menengahi dan mendinginkan. Tapi kalau anda masuk kategori sosok 'yang biasa-biasa saja' tanpa kemampuan mempengaruhi, maka menyingkirlah ke tempat aman. Hindarkan diri masuk ke dalam konflik.

Keempat, jika tak bisa menghindar dari pergunjingan negatif, maka pastikan jadi pendengar pasif saja dengan harapan para penggunjing bosan sendiri lalu pergi. Bagaimana kalau mereka memancing-mancing opini anda untuk memastikan keberpihakan pada mereka? Tanggapi saja dengan gurauan atau berikan jawaban yang tidak nyambung sama sekali.

Garing? Tak apa, asal jangan terlibat dalam bisnis 'makan bangkai saudara sendiri'. Seujung kuku manfaat yang mungkin diperoleh dari urusan semacam itu sama sekali tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkannya kelak pada kinerja dan psikis anda.

Intinya, jangan biarkan lingkungan kerja yang toksik membuat anda berhenti jadi seorang profesional yang baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline