Sebagian kalangan berpendapat bahwa kondisi pandemi mungkin tak seburuk sekarang bila World Health Organization (WHO) memperingatkan China bahwa coronavirus berpotensi menjadi ancaman global dan menekan Beijing untuk memberikan informasi yang lebih detil (NBC News, 10 Mei 2020).
Yanzhong Huang, seorang pakar kesehatan global di Dewan Hubungan Luar Negeri dan direktur Studi Kesehatan Global Seton Hall,menilai WHO terlalu nrimo dengan apa yang dikatakan oleh pihak berwenang China.
Padahal selama epidemi SARS tahun 2003, WHO berani bersikap lebih kritis terhadap China serta menyerukan untuk memberikan akses pada tim peninjau untuk melihat wabah di Beijing dan daerah terinfeksi lainnya.
Sementara terkait Covid-19, menurut Lawrence Gostin, direktur O'Neill Institute for National and Global Health Law di Georgetown University, WHO sebenarnya dapat menambahkan peringatan (dini akan penyebaran wabah) pada informasi yang mereka dapatkan dari China ketimbang sekedar meneruskannya pada publik dengan dukungan implisit organisasi.
"(Namun) jika WHO melakukan itu pasti akan membuat China marah dan mungkin mendorong mereka semakin menjauhi kerjasama internasional dan transparansi."Paparnya pada NBC News, "WHO terperangkap dalam situasi seperti itu."
China butuh waktu hampir sebulan sebelum mengizinkan delegasi WHO untuk mengunjungi negara itu setelah mengakui adanya penularan virus antarmanusia. Beijing menyetujui misi bersama WHO-China, yang terdiri dari ilmuwan internasional dan China. Dua ilmuwan AS berada di dalam tim tersebut, termasuk Dr Clifford Lane dari National Institutes of Health.
Lane, yang mengawasi penelitian klinis di National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mengatakan kepada NBC News bahwa para ilmuwan dan dokter China yang dia ajak bicara memiliki informasi aktual dan bekerja di fasilitas ultra-modern serta siap untuk membahas pertanyaan-pertanyaan ilmiah utama yang perlu ditangani.
Meskipun,"Saya yakin ada hal-hal yang tidak kami lihat atau pelajari tetapi saya pikir apa yang kami peroleh, cukup dapat diandalkan."Tutur Lane.
Namun pada awalnya China tidak mengundang delegasi WHO untuk mengunjungi Wuhan yang merupakan pusat epidemi.
"Awalnya, tidak ada rencana untuk mengunjungi Wuhan. (Lalu) semua orang merasa bahwa kredibilitas misi akan dipertanyakan jika tidak ada kunjungan ke Wuhan."Kata Lane. Maka Wuhan pun kemudian ditambahkan ke rencana perjalanan dengan kelompok yang lebih kecil untuk melakukan perjalanan dan melaporkan hasil temuan di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H