Selama dua bulan menjalani masa 'lockdown', 60 juta orang Italia aman terlindung di rumah masing-masing namun saat memasuki bulan ketiga tanda-tanda meningkatnya ketegangan di negara tersebut bergerak semakin intens sampai-sampai Menteri Dalam Negeri Luciana Lamorgese pekan lalu meminta polisi memberikan porsi perhatian yang lebih besar terhadap 'kerusuhan yang ditimbulkan oleh kelompok-kelompok ekstremis' (Newsweek, 18 April 2020).
Peringatan Lamorgese sebenarnya ditujukan pada kelompok-kelompok mafia, yang telah memanfaatkan pandemi dengan mendistribusikan makanan, pakaian, dan uang kepada keluarga-keluarga kurang mampu yang tengah menjalani 'lockdown'.
Tentu saja mereka melakukannya dengan cara khas mereka sehingga memicu ketegangan di sana-sini, membuat konsentrasi pemerintah yang semestinya fokus menanggulangi wabah jadi terpecah-belah.
Beberapa minggu terakhir publik disuguhi video dan reportase media lokal yang menampilkan salah satu tokoh afiliasi mafia terkenal menyerukan kelompok-kelompok mafia di bagian selatan Italia untuk bersatu menggalang dana kemanusiaan terkait wabah, "Saya memohon kepada lingkungan saya, saya butuh bantuan semua orang, sedikit uang untuk berbelanja bagianak-anak yang membutuhkan." Tulis Giuseppe Cusimano di akun Facebooknya,
"Saya tidak meminta banyak, cukup lima euro per orang, untuk membeli obat-obatan, popok, dan produk bayi. Siapa yang tergerak, silahkan menghubungi saya secara pribadi. Setidaknya mari kita bicara baik tentang lingkungan. Negara tidak ingin kita melakukan amal karena kita adalah Mafiosi."
Cusimano yang mendistribusikan makanan di tiga kawasan di Palermo, menurut La Republicca, telah diselidiki oleh pihak berwenang untuk hubungannya dengan mafia.
"Mereka bertindak sesuai dengan kepentingan organisasi dan tidak pernah melakukan apa pun hanya untuk kepentingan masyarakat."Papar Federico Varese, seorang profesor kriminologi di Universitas Oxford dan seorang peneliti senior di Nuffield College, kepada Newsweek,"Setiap pemberian dari mereka adalam semacam 'hutang' yang harus dibayar kembali suatu saat nanti."
Warga Italia masih belum pulih dari gempuran krisis keuangan global pada tahun 2007 tak bisa berbuat banyak saat pandemi menghajar mereka. CGIA Mestre, asosiasi bisnis kecil yang berbasis di Venesia, melaporkan 76.000 toko yang beroperasi di Sisilia pada tahun 2009 telah menurun menjadi 69.000 pada 2019 dan. Sekarang ribuan lainnya telah gulung tikar. Sementara di Calabria, Sisilia, dan Puglia, pengangguran meningkat.
Di Palermo, tercatat 50.000 penduduk tanpa penghasilan. Salah seorang warga Palermo mengunggah video ke media sosial yang menampilkan dirinya duduk di dekat anak perempuannya yang tengah makan roti selai coklat dan berbicara ditujukan pada walikota Leoluca Orlando,"Jika putri saya tidak bisa lagi makan sepotong roti pun, kami akan pergi menjarah supermarket."
Ancaman kerusuhan meluas melampaui kejahatan terorganisir dan kelas pekerja yang ingin kembali bekerja pada mereka, yang menurut Orlando, bergantung pada kejahatan kecil untuk bertahan hidup.
Dia sudah meminta pemerintah federal untuk memberikan penghasilan dasar bagi warganya karena dia khawatir "kelompok kriminal dapat (memanfaatkan situasi untuk) mempromosikan tindakan kekerasan."