Lihat ke Halaman Asli

Wahyuni Susilowati

TERVERIFIKASI

Penulis, Jurnalis Independen

Ramadhan Tiba, Berpuasa dengan Gembira

Diperbarui: 23 April 2020   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momen buka puasa bersama Ramadhan tahun ini mungkin hanya sebatas keluarga inti saja namun kegembiraannya takkan surut (doc.StepFeed/ed.Wahyuni)

Covid-19, manusia ngawur yang minta MUI mengeluarkan fatwa agar shaum ditiadakan tahun ini akibat pandemi, atau rutinitas kontroversi kebijakan antar mereka yang diamanahi fungsi eksekutif-legislatif-yudikatif ... apapun juga takkan bisa menghalangi kegembiraan kabilah-kabilah Ramadhan di berbagai penjuru dunia dalam menyongsong bulan suci dengan keberkahan berlipat-lipat itu. Jika Jumat adalah penghulu hari dalam seminggu, maka Ramadhan adalah penghulu bulan dalam setahun.

Satu bulan dalam setiap tahunnya Rabb memfasilitasi mereka yang berjuang untuk menjaga loyalitas keimanannya melaksanakan Rukun Islam yang keempat dan itu berlaku lintas status sosial-ekonomi- edukasi. 

Shaum Ramadhan adalah metodeNya untuk menjelaskan bahwa derajat manusia di jagad raya adalah sama, termasuk penerapan keharusan membayar zakat fitrah yang berlaku baik bagi kaum dhuafa yang hari ini makan besok entah, maupun.bagi kaum yang kebingungan mau makan apa saking banyaknya stok yang dipunyai.

Ah, tentu saja wacana Pak Kyai yang juga Wakil Presiden kita beberapa waktu lalu untuk membayarkan zakat sebelum Ramadhan lalu pastinya bukan terkait zakat yang ini tapi zakat-zakat lain sesuai nishab ( batas jumlah minimal dan batas waktu zakat wajib dibayarkan).  Zakat fitrah itu batasannya sudah jelas : 2,5 kg.makanan pokok dan dibayarkan dalam masa Ramadhan sebelum Sholat Idul Fitri.

Anak-anak yang belum masuk kriteria 'baligh' ( mendapat haid bagi perempuan, mimpi basah pertama bagi laki-laki) sangat boleh bahkan disarankan diajak ikut menjalankan shaum Ramadhan ini, tentu saja sesuai kapabilitas masing-masing, dalam rangka edukasi keimanan sejak dini.

Saat masyarakat pulau Jawa masih dominan memanfaatkan tabuhan beduk sebagai penanda sudah masuk waktu sholat lima waktu, istilah ' puasa beduk'  sangatlah populer. 

Anak-anak yang sudah tak kuat menahan lapar diperkenankan berbuka puasa saat beduk Zuhur atau Ashar bertalu lalu melanjut shaum lagi sampai Magrib tiba, itulah puasa beduk. Durasi menahan lapar anak-anak akan terus diperpanjang secara bertahap sampai mereka sukses shaum penuh dari Subuh sampai Magrib.

Dispensasi shaum juga berlaku bagi ibu hamil/menyusui, orang sakit, mereka yang sedang dalam perjalanan jauh, dan para lansia yang sudah uzur. 

Mereka diperkenankan tidak menjalankan shaum saat Ramadhan berlangsung dan menggantinya dengan 'qadha' ( shaum di bulan lain sebanyak hari shaum Ramadhan yang tidak dikerjakan) atau, bagi yang secara fisik tidak memungkinkan untuk 'qadha', dibolehkan membayar 'fidyah' untuk memberi makan orang miskin.

Manfaat shaum bagi kesehatan tubuh sudah banyak ditulis dan dipublikasikan, begitu pula keceriaan batiniah yang diperoleh. Bahagianya hati saat adzan Magrib berkumandang penanda buka puasa harus disegerakan dan teduhnya jiwa dalam kondisi setengah mengantuk menikmati santapan dinihari saat sahur.

Manfaatkan momen Covid-19 saat ini.sebagai tantangan edukatif untuk memperkuat keimanan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline