Lihat ke Halaman Asli

Wahyuni Susilowati

TERVERIFIKASI

Penulis, Jurnalis Independen

Beijing Batasi Publikasi Riset Covid-19, Enggan Dituduh Sebagai Pemicu Wabah?

Diperbarui: 15 April 2020   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden China Xi Jinping (paling depan) meninjau langsung perkembangan riset Covid-19 di Academy of Military Medical Sciences Beijing awal Maret lalu (doc.Phayul/ed.Wahyuni)

Pemerintah pusat China di Beijing telah memberlakukan kebijakan baru yang mengharuskan semua makalah akademik tentang Covid-19, terutama mengenai asal-usul coronavirus jenis baru,  menjalani pemeriksaan tambahan sebelum dipublikasikan secara luas (CNN, 13 April 2020).

Seorang ahli medis di Hong Kong, yang bekerja sama dengan para peneliti China daratan mempublikasikan analisis klinis kasus Covid-19 dalam sebuah jurnal medis internasional pada bulan Februari, mengatakan bahwa karyanya tidak menjalani pemeriksaan seperti itu.

Peningkatan pengawasan itu tampaknya merupakan upaya terbaru oleh pemerintah China untuk mengendalikan narasi publiktentang asal-usul pandemi coronavirus, yang telah menewaskan lebih dari 100.000 jiwa dan menginfeksi 1,7 juta orang di seluruh dunia sejak pertama kali merebak di kota Wuhan di Cina pada Desember 2019.

Sejak akhir Januari tahun ini sebenarnya para peneliti Cina telah menerbitkan serangkaian studi Covid-19 di jurnal medis internasional terkemuka Beberapa temuan tentang kasus-kasus awal Covid-19 seperti penyebaran virus antar manusia pertama kali muncul, rupanya telah membuat publik mempertanyakan kebenaran informasi seputar wabah yang dirilis akun resmi pemerintah dan memicu kontroversi di media sosial China.

Fenomena di atas rupanya mendorong otoritas Cina untuk memperketat cengkeraman mereka atas publikasi penelitian Covid-19. Pada pertemuan 25 Maret yang diadakan oleh gugus tugas Dewan Negara tentang pencegahan dan kontrol Covid-19 keluarlah instruksi resmi untuk memperketat penyaringan makalah yang boleh dipublikasikan.

Langkah tersebut, menurut seorang peneliti China yang minta namanya dirahasiakan, dikuatirkan akan menghambat penelitian ilmiah yang penting.

"Saya pikir ini adalah upaya terkoordinasi dari (pemerintah) China untuk mengendalikan narasi publik dengan menggambarkan seolah-olah wabah itu tidak berasal di China."Tutur peneliti itu kepada CNN,"... saya rasa mereka tidak akan mentolerir studi objektif apa pun untuk menyelidiki asal mula penyakit ini."

Divisi ilmu pengetahuan dan teknologi Departemen Pendidikan China telah memberikan arahan bahwa, "makalah akademik tentang pelacakan asal virus harus dikelola secara tegas dan ketat."

Arahan tersebut selanjutnya menjabarkan tahap-tahap yang harus ditempuh untuk mendapatkan persetujuan publikasi makalah ini yang dimulai dengan komite akademik di universitas. Setelah lolos, makalah selanjutnya dikirim ke divisi ilmu pengetahuan dan teknologi Departemen Pendidikan, yang kemudian meneruskan makalah ke gugus tugas di bawah Dewan Negara untuk pemeriksaan. Setelah universitas mendapat persetujuan dari gugus tugas tersebut, barulah makalah tersebut dapat dikirimkan untuk dipublikasikan di jurnal.

Makalah tentang topik lain terkait Covid-19 akan diperiksa oleh komite akademik universitas, berdasarkan kondisi seperti "nilai akademis" dari penelitian ini, dan apakah "waktu untuk penerbitan" benar.

Dokumen tentang tahapan di atas  pertama kali diposting Jumat pagi di situs web Universitas Fudan di Shanghai, salah satu universitas terkemuka di China.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline