Taiwan dipandang sebagai salah satu dari sedikit wilayah di dunia yang telah berhasil membendung penyebaran coronaviru tanpa menggunakan langkah-langkah yang represif, namun hal itu rupanya belum cukup untuk membuat negara tersebut diterima sebagai anggota World Health Organization (WHO) karena hubungannya yang rumit dengan China (BBC News, 30 Maret 2020).
Parahnya di tengah keprihatinan global terkait pandemi, para pejabat WHO bukannya mengapresiasi dan merangkul Taiwan untuk bersinergi mengatasi Covid-19 namun malah bersikap diskriminatif karena memandang hubungan dengan China jauh lebih penting.
Hal di atas telah menjadi perbincangan hangat sejak seorang pejabat tinggi WHO dengan sangat kentara menghindar untuk menjawab pertanyaan tentang Taiwan dalam wawancara yang ditayangkan langsung di jaringan televisi RTHK Hong Kong dan sikap itu menuai kritikan luas serta tuduhan bahwa badan dunia tersebut bias secara politik.
Bruce Aylward, asisten direktur jendral WHO, pada Sabtu (28/3) lalu diwawancarai oleh jurnalis RTHK Yvonne Tong melalui video call. Pada salah satu segmen Tong bertanya apakah WHO akan mempertimbangkan kembali kemungkinan Taiwan untuk bergabung dengan organisasi tersebut.
Ada jeda sunyi sangat panjang sebelum akhirnya Aylward mengatakan dia tidak bisa mendengar pertanyaan itu dan meminta Tong beralih pada topik lain. Namun Tong membalasnya dengan mengatakan bahwa dia ingin berbicara tentang Taiwan. Kali ini komunikasi terputus, Aylward tampaknya menutup telepon.
Saat Tong berhasil menghubunginya lagi dan bertanya apakah Aylward bersedia mengomentari langkah tanggapTaiwan (yang dinilai banyak kalangan berhasil) dalam mencegah penyebaran coronavirus, pejabat WHO itupun menjawab,"Ya, kita sudah bicara tentang China."
Jawaban terakhir itulah yang memicu kontroversi publik karena seolah merefleksikan sikap politik China yang memandang Taiwan sebagai sebuah provinsi yang memisahkan diri, sementara Taiwan tegas-tegas menyatakan diri sebagai negara merdeka yang bukan bagian dari China.
Reaksi Aylward secara luas bisa dilihat sebagai indikasi kecanggungan WHO dalam berinteraksi dengan Taiwan yang hingga kini tidak diijinkan bergabung karena keanggotaan WHO hanya diberikan kepada negara-negara anggota PBB yang tidak mengakui Taiwan sebagai negara yang sah atau negara yang pengajuannya disetujui oleh World Health Assembly (WHA, Majelis Kesehatan Dunia).
Kondisi di atas membuat Taiwan tidak dilibatkan dalam pertemuan darurat dan taklimat pakar global yang penting tentang pengendalian pandemi coronavirus.
Pejabat Taiwan Stanley Kao juga mengatakan negerinya tidak mendapat ijin untuk menghadiri pertemuan tahunan WHA selama beberapa tahun terakhir.
Itu juga berarti WHO telah menggabungkan statistik coronavirus Taiwan dengan China, sebuah langkah yang dinilai Kao sangat bertentangan dengan kebutuhan dunia akan informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai pandemi.