Lihat ke Halaman Asli

Wahyuni Susilowati

TERVERIFIKASI

Penulis, Jurnalis Independen

Menjual Rahasia Nuklir Iran, Berujung Hukuman Mati

Diperbarui: 6 Februari 2020   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Juru bicara pengadilan Iran Gholamhossein Esmaili mengumumkan hukuman mati bagi mata-mata CIA (doc. PressTV, Katehon/ed.Wahyuni)

Selasa (4/2)lalu Iran mengatakan bahwa mahkamah agungnya mengukuhkan hukuman mati bagi seorang lelaki Iran yang didakwa melakukan pekerjaan mata-mata untuk CIA dan media pemerintah menyatakan bahwa ia telah memberikan rincian program nuklir Republik Islam pada agen mata-mata Amerika (Associated Press, 4 Februari 2020).

Juru bicara pengadilan Gholamhossein Esmaili, tanpa merinci tuduhan maupun usia atau latar belakangnya, mengidentifikasi mata-mata tersebut sebagai Amir Rahimpour dan mengatakan dia akan segera dieksekusi. Media pemerintah pun tidak menyinggung soal pengacara yang ditunjuk membela Rahimpour.

Laporan kantor berita pemerintah IRNA menyebutkan bahwa Rahimpour 'menerima banyak uang' dari CIA untuk memberikan rincian program nuklir Iran. Sejauh ini CIA masih belum memberikan tanggapan.

Esmaili mengatakan dua mata-mata lain yang juga diduga untuk CIA masing-masing telah menerima hukuman penjara 15 tahun, 10 tahun karena aksi spionase plus 5 tahun karena tindakan membahayakan keamanan nasional. Tanpa menyebut nama, Esmaili hanya mengatakan mereka bekerja di 'bidang amal' namun tidak memberi penjelasan lebih lanjut.

Di masa lalu Iran telah menjatuhkan hukuman mati terhadap banyak mata-mata Amerika dan Israel.Shahram Amiri, yang membelot ke AS pada saat pihak Barat tengah giat-giatnya berupaya menggagalkan program nuklir Iran, adalah salah satunya.

Ketika Amiri kembali ke Iran pada tahun 2010, dia disambut kalungan bunga oleh para pemimpin pemerintah dan bahkan pergi ke rangkaian acara talk-show Iran. Lalu tiba-tiba dia menghilang secara misterius. Perjalanan Amiri berakhir di tiang gantungan pada Agustus 2016, pada minggu yang sama ketika Teheran mengeksekusi sekelompok gerilyawan atau setahun setelah Iran menyetujui perjanjian penting untuk membatasi pengayaan uranium dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.

Saat ini ketegangan antara Iran dan AS masih sangat tinggi sejak Presiden Donald Trump secara sepihak menarik Amerika dari perjanjian nuklir Teheran dan mengirim drone yang menewaskan Jenderal Qassem Soleimani di Baghdad pada Januari lalu. Pembunuhan itu mendorong Teheran meluncurkan serangan rudal balistik balas dendam di pangkalan Irak yang menampung pasukan Amerika.

Sebelum perjanjian nuklir dibuat, sebuah virus komputer yang diyakini dirancang oleh AS dan Israel telah menghancurkan sistem sentrifugal Iran. 

Para ilmuwan nuklir Iran pun menjadi target dalam serangkaian pembunuhan. Hubungan harmonis Iran dan AS nampaknya masih sangat jauh dari kemungkinan direalisasikan.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline