Boeing kini tengah berjuang untuk memulihkan reputasinya sebagai pembuat pesawat terbang yang dapat diandalkan sementara pesawat buatannya tipe 737 Max masih dilarang terbang di sejumlah negara.
"Keselamatan penumpang dan kru penerbangan menggunakan pesawat terbang kami adalah prioritas absolut."Ujar salah seorang juru bicara perusahaan raksasa asal AS itu sebagaimana dilansir BBC News (19/12),"Kami sungguh-sungguh menyesal dan tetap menghaturkan simpati kami sedalam-dalamnya pada keluarga maupun teman-teman yang kehilangan orang-orang tercinta dalam kecelakaan Lion Air Flight serta Ethiopian Airlines Flight 302."
Dia menambahkan,"Kami tahu bahwa kami memiliki tanggungjawab besar pada setiap orang yang terbang dengan pesawat kami untuk menjamin bahwa 737 Max adalah salah satu pesawat terbang teraman yang pernah ada."
Namun klaim tersebut nyatanya tak mampu mengubah penilaian Zipporah Kuria, seorang perempuan Inggris yang ayahnya meninggal bersama 156 orang lainnya dalam penerbangan Ethiopian Airlines pada Maret silam. Itu merupakan kecelakaan kedua yang melibatkan Boeing 737 Max setelah musibah serupa dialami Lion Air di Indonesia yang menewaskan 189 penumpang plus awaknya.
"Mereka tidak bisa lagi dipercaya (saat ini), berbeda dengan (reputasi) mereka di masa lalu."Tegas Zipporah yang Rabu (18/12) lalu, bersama anggota keluarga-keluarga lain yang juga kehilangan orang tercinta, bertemu dengan European Aviation Safety Agency (EASA, Badan Keselamatan Penerbangan Eropa) untuk memastikan Boeing 737 Max tidak akan mengudara kembali sampai tes ketat untuk menguji faktor keselamatannya dilakukan.
Zipporah mengatakan direktur eksekutif EASA Patrick Ky telah meyakinkannya bahwa "dia (EASA) tidak akan mengalah" baik pada Federal Aviation Administration (FAA, Administrasi Penerbangan Federal) sebagai badan regulator AS maupun pada Boeing dalam hal mengklasifikasi ulang apakah 737 Max aman untuk perjalanan udara di Eropa.
Hal terkait dengan terungkapnya baru-baru ini bahwa FAA telah membolehkan 737 Max untuk tetap terbang setelah bencana pertama pada Oktober tahun lalu meskipun mengetahui ada risiko kecelakaan lebih lanjut. Kali ini Boeing pun berharap mendapat 'bantuan' FAA, sayangnya instansi tersebut telah memutus hubungan di bawah pengawasan ketat berbagai pihak.
"Saya pikir semakin banyak hal terungkap, semakin banyak pula alasan kami untuk tidak mempercayai [Boeing] bila menyangkut 737 Max."Papar Zipporah,"Ada begitu banyak hal yang disembunyikan dan proses yang dilewatkan (oleh pihak berwenang), padahal itu seharusnya tidak boleh terjadi. Setiap kali kami mendengar otoritas penerbangan membahas dokumen penemuan kami, ternyata kami mendapati bahwa sesungguhnya kematian orang-orang yang kami cintai itu sangat memungkinkan untuk dicegah."
Selama pertemuan tersebut, menurut Zipporah, pihak EASA menyatakan akan melakukan peninjauan ulang dan resertifikasi semua sistem keselamatan kritis pada pesawat Boeing 737 Max.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H