Charles John Huffam Dickens FRSA (1812-1870) lahir di Portsmouth sebagai salah satu dari delapan bersaudara. Ayahnya dijebloskan ke penjara akibat tak mampu membayar hutang saat dirinya berumur 12 tahun dan dia harus bekerja dalam sistem shift selama 10 jam tiap hari di pabrik semir sepatu untuk membantu perekonomian keluarga.
Namun kondisi kehidupan yang berat tak membunuh hasratnya untuk berkarya, di usia 20-an Charles sudah menerbitkan karya-karya awalnya seperti 'Sketches by Boz' dan 'The Pickwick Papers'.
Dia menikahi Catherine Hogarth pada usia 24 dan mereka dikaruniai10 orang anak. Tak lama berselang, Charles pun mulai menerbitkan versi serial novelnya.
Menurut Richard Gunderman yang seorang profesor multi studi di Indiana University sebagai dilansir laman Psychology Today, Charles Dickens adalah salah satu pendukung terbesar bagi anak-anak.
Dia mungkin sudah melakukan lebih banyak dari penulis lain dalam upaya meningkatkan kesadaran publik tentang nasib anak-anak sekaligus meletakkan dasar bagi berbagai reformasi sosial.
"Novel ini dipenuhi dengan berbagai penindasan. Anak-anak, terutama anak yatim, perempuan, dan orang cacat mental harus terus menerus menderita."
Para profesional kesehatan dan berbagai kalangan yang peduli yang tengah mencari pemahaman tentang bagaimana kemiskinan dan eksploitasi dari sudut pandang seorang anak bisa menemukan bahwa novel-novel Charles seperti 'Oliver Twist', 'David Copperfield', dan 'Little Dorrit' adalah sumber wawasan yang sangat kaya untuk topik tersebut.
'Oliver Twist', novel kedua Charles, bercerita tentang seorang anak yatim piatu yang lahir di rumah kerja dan dijual sebagai pekerja magang dalam pengawasan seorang pengurus yang kejam.
Setelah melarikan diri, dia terjerumus menjalani kehidupan bersama sekelompok pencuri. Dia juga bertemu dengan seorang gadis muda kesepian yang bersimpati padanya namun tak bisa berbuat banyak karena sang gadis terkurung dalam sebuah hubungan cinta yang penuh aniaya.
Charles tak pernah berhenti mengkritisi keberadaan pekerja anak-anak, baik di perusahaan legal maupun dalam sindikat kriminal, dan mengungkap kemunafikan masyarakat yang menjadi penyebab anak-anak harus hidup di jalanan.
Charles pun bereaksi keras terhadap amandemen undang-undang Inggris yang membatasi bantuan bagi mereka yang tinggal di tempat kerja resmi. Maksudnya mungkin untuk menghukum kemalasan dan memperkuat hubungan antara pekerjaan dan kebajikan, tetapi prakteknya aturan itu malah melegalkan posisi pekerja anak sebagai unit produksi semata.