Lihat ke Halaman Asli

Wahyuni Susilowati

TERVERIFIKASI

Penulis, Jurnalis Independen

Daya Saing Ekonomi Indonesia Kalah Telak dari Malaysia dan Singapura

Diperbarui: 12 Oktober 2019   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Daya saing ekonomi global Indonesia hanya menempati peringkat keempat di ASEAN (doc.Kompas.com/ed.Wahyuni)

Peringkat Indonesia berdasarkan indeks kemampuan bersaing global versi World Economic Forum (WEF) anjlok lima level ke urutan 50 dari 141 negara, sementara Singapura sukses menggeser AS sebagai negara yang perekonomiannya paling kompetitif di dunia tahun 2019 (The Jakarta Post, 9 Oktober 2019).

The Global Competitiveness Report 2019 yang dirilis Rabu (9/10) itu juga mencantumkan Indonesia berada di peringkat keempat dalam kelompok ASEAN setelah Singapura (peringkat 1 dunia), Malaysia (peringkat 27), dan Thailand (peringkat 40).

Indonesia yang merupakan basis ekonomi terbesar di Asia Tenggara mendapat skor 65 dari nilai tertinggi 100 dalam performa daya kompetisi, turun 0.3 poin dari tahun lalu. 

Hasil tersebut merupakan dampak adanya stagnasi dalam performa berbagai variabel yang meliputi 'lingkungan yang mendukung' (enabling environment), 'modal manusia' (human capital), 'pasar' (market), dan 'ekosistem inovasi' (innovation ecosystem).

Beberapa sub indikator dari keempat variabel tersebut di atas layak mendapat prioritas penanganan agar daya saing global ekonomi Indonesia bisa lebih ditingkatkan. Beberapa sub indikator itu , menurut CNBC Indonesia (11/10), terdiri atas :

Infrastruktur 

Presiden Jokowi selama ini terkenal dengan perhatian ekstra besarnya pada pembangunan infrastruktur, namun nyatanya WEF menempatkan kualitas infrastruktur Indonesia pada peringkat 72 dari 141 negara. Hal itu menunjukkan bahwa program pembangunan infrastruktur butuh perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan yang lebih cerdas lagi.

Adopsi inovasi teknologi informasi

Peringkat 72 dari 141 negara juga didapat oleh sub indikator inovasi teknologi informasi. Hal tersebut salah satunya dipicu oleh adanya kesenjangan kualitas akses teknologi informasi dan komunikasi (TIK) antar daerah maju dan tertinggal, juga antar Jawa dan luar Jawa, yang selanjutnya akan melahirkan kesenjangan pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sektor lainnya (iCIO Magazine,edisi Juli 2017).

Pertumbuhan 10 persen infrastruktur pita lebar (broadband) akan mendorong pertumbuhan ekonomi negara sebesar 3 persen, maka para pemangku kepentingan harus mengupayakan pengembangan infrastrukturnya secara merata di seluruh Indonesia.

Pasar tenaga kerja Indonesia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline