Eksperimen kontroversial Instagram menghilangkan pengaturan 'publik' untuk fitur jumlah jempol alias likes pada setiap foto yang dipajang memang baru diberlakukan di tujuh negara, namun ternyata hal itu sudah membuat para selebgram dilanda kepanikan.
Mereka menuding bahwa ulah manajemen Instagram telah membuat respon publik pada foto-foto mereka merosot tajam hingga berimbas pada anjloknya pendapatan yang dipeoleh (PetaPixel, 7 Agustus 2019).
Instagram melakukan uji coba menampilkan jumlah jempol yang hanya bisa dilihat oleh pemajang foto saja sejak bulan Mei 2019 khusus bagi pengguna akun di Kanada. Dua bulan kemudian eksperimen diperluas ke enam negara meliputi Australia, Brazil, Irlandia, Italia, Jepang, dan Selandia Baru. Begitulah, jutaan pemilik akun tidak berbagi jumlah jempol foto mereka dengan komunitas Instagram di berbagai pelosok dunia.
Mungkin itu bukan masalah bagi kalangan yang memanfaatkan Instagram untuk berbagi foto-foto atau meme favorit dengan teman maupun keluarga. Tapi buat para selebgram atau kalangan profesi lain yang menjadikan jejaring medsos itu sebagai etalase untuk menjual produk atau jasa mereka, hal itu tentunya sangat merugikan.
Instagram menyatakan bahwa eksperimen dilakukan untuk kepentingan para penggunanya. Akun-akun yang terpaksa jadi kelinci percobaan mendapat pop up pemberitahuan bahwa Instagram " ingin para follower anda bisa fokus pada materi yang dibagikan dan bukannya berapa banyak jumlah jempol yang didapat".
Namun kemungkinan besar itu hanya strategi untuk merebut kembali porsi iklan yang kini menjadi santapan menguntungkan para selebgram saat manajemen Instagram masih belum menyadari keberadaan tambang profit tersebut.
Sementara Facebook sudah menambahkan menu iklan pada platform, para selebgram berpesta pora meraup keuntungan besar dari Instagram. Kylie Jenner, misalnya, diberitakan menerima USD1 juta per post dan Instagram hanya kebagian 0% alias gigit jari dari perolehan itu.
Perolehan jempol dari posting iklan-iklan Instagram juga kalah telak dari para selebgram dan dengan penutupan akses publik untuk fitur jempol, bisa dibilang bahwa jejaring itu berhasil membunuh dua burung dengan sekali lempar.
Tidak hanya membuat perubahan yang diklaim untuk menjaga kesehatan mental para pengguna, Instagram pun kini memasuki lahan bisnis para selebgram dengan mendorong perusahaan-perusahaan untuk bekerjasama bila ingin mengiklankan produk-produk mereka melalui jejaring Instagram.Tak mengherankan kalau manajemen Instagram tergiur karena, menurut The New York Post, jumlah yang dikantongi oleh para bintang Instagram bisa mencapai USD 100 bilyun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H