[caption id="attachment_280056" align="aligncenter" width="505" caption="....lebih mirip biker ketimbang koki,ya? (dok WS)"][/caption] Beberapa hari pra Lebaran (4/8) saya mendapat ajakan buka bersama (bukber) dari Kang Aep Sonjaya yang berprofesi sebagai Chef de Partie (CDP) RS Santosa Bandung. Dia danpara kitchen soulmates-nya sudah membuat reservasi di rumah makan ayam bakar Rencong yang terletak di area Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Menyaksikan para peracik rasa makan hidangan hasil olahan orang lain dan mengamati reaksi mereka saat mencicipi pastinya menarik sekali...
Begitulah selepas shalat Ashar, saya sudah duduk manis dibonceng Kang Aep menuju TKP. Jalanan arah kabupaten Bandung yang tekstur permukaannya sangat variatif plus aksesori lubang di sana-sini yang bermacam-macam diameter serta kedalamannya membuat perjalanan kami jadi jauh dari membosankan. Apalagi jubelan ummat yang mayoritas dikejar ketergesaan memburu rumah atau lapak penganan untuk berbuka puasa seiring merapatnya waktu adzan Magrib membuat aura lalulintas kian semarak ...
Pelataran parkir yang penuh sesak menandakan RM ‘Rencong’ telah memiliki banyak peminat dan saat masuk ke dalamnya, meja-meja panjang di sana-sini telah dipasangi kertas bertuliskan ‘Telah dipesan untuk sekian orang atas nama Anu ...’. Tak berlebihan, kan,kalau kita berharap hidangan yang lezat untuk disantap?
Menu utamanya khas hidangan Sunda dengan lauk yang digoreng/dibakar/dipepes plus berbagai sambal dan lalapan segar. Primadona di ‘Rencong’ini adalah ayam bakarnya. Teman-teman Kang Aep pun mulai berdatangan, termasuk di antaranya adalah Sous Chef (SC) Supriyanto yang akrab dipanggil Abah Ato dan merupakan komandan pertama pasukan dapur itu. Ternyata penampilan mereka lebih mirip biker ketimbang koki...
Senda gurau dan tawa yang mewarnai percakapan mereka mencerminkan kentalnya aroma kekeluargaan yang meliputi interaksi mereka,meski saat bertugas profesionalisme harus dikedepankan demi kesehatatan serta keselamatan para pasien rumah sakit tempat mereka berkiprah. Abah Ato yang periang itu nyatanya paling galak dalam urusan supervisi kinerja awaknya di dapur. Itu bisa dipahami mengingat dapur rumah sakit juga merupakan urat nadi dalam proses penyembuhan para pasien yang dirawat di sana. Menurut Kang Aep, dapur difungsikan 24 jam penuh dengan sistim kerja shift bergantian dirotasi di antara seluruh awaknya dan pengawasan di luar jam kerja diserahkan pada para Pejabat Sementara (PJS) yang biasanya adalah awak yang paling senior dalam setiap shift.
[caption id="attachment_280058" align="aligncenter" width="505" caption="Makan beres sambung konvoi jemput parsel ... (dok WS)"]
[/caption]
Menu yang dipesan berupa sambal terasi, karedok leunca,lalapan, plus ayam bakar dan lauk goreng seperti tempe, tahu, serta perkedel kentang telah tersaji memenuhi meja kami menemani nasi-nasi timbel yang terbungkus daun pisang. Itu masih ditambah lagi camilan goreng seperti bala-bala, gehu, pisang, tahu isi, dan cakwe yang mereka beli sendiri. Acara ‘menabung’ makanan buat berbuka juga ternyata lestari di kalangan para koki, yaa....
Saat adzan Magrib berkumandang, selain penasaran dengan kelezatan hidangan, saya juga ingin menyaksikan reaksi duo chef itu saat mencicipi nasi timbel lengkapnya. Menurut saya rasanya sangat lezat dan bagi Abah Ato,” Lumayanlah ...” sambil bertutur sajian di acara bukber sebelumnya yang terletak di resto elit namun kelezatannya jauh dibawah tempat kami bersantap kali ini. Gelak canda dan potretmania terus berlangsung selama acara makan menghadirkan keceriaan sekaligus menambah citarasa. Shalat Magrib pun dilakukan bergantian di mushola rumah makan itu. Ternyata bukber itu berlanjut ke agenda Tour d’Parcel Lebaran ke wilayah Arjasari, Kabupaten Bandung
“Tim dapur punya kencleng atau semacam uang kas-lah yang digunakan untuk membeli parsel lebaran ...” Tutur Kang Aep. Kebetulan ahli pastry mereka, Teh Ineu, bersuamikan karyawan sebuah perusahaan penyalur berbagai produk kue dan minuman ringan yang memang lazim digunakan sebagai pengisi parcel lebaran. Jadi bisa mendapat diskon khusus karyawan hingga lebih ekonomis jatuhnya.
Usai urusan membayar makanan, tibalah saatnya melakukan konvoi motor untuk menjemput parsel-parsel milik seluruh awak tim dapur ke rumah Teh Ineu yang letaknya lumayan menjorok ke pedalaman Arjasari. Mengasyikkan memang menunggang motor melintasi area yang di kiri-kanannya terhampar area persawahan, ada juga peternakan ayam, dan wilayah perbukitan melintasi kawasan hutan bambu yang konon merupakan istana para kuntilanak...(apalagi area pemakaman berada di situ pula ^__*). Abah Ato yang ‘sensitif’ dengan urusan begituan harus terima nasib dicandai teman-temannya,”Ah, teu karasa nanaon da..!” Ujarnya mengungkap tak ada perasaan apa pun saat melewati kuburan tadi.
Basa-basi sejenak plus foto-foto di kediaman Teh Ineu selanjutnya acara packing belasan tas parsel pada motor-motor mereka. Semua kebagian mengangkut parsel, termasuk jatah rekan-rekan mereka yang tak bisa hadir pada acara bukber karena berbagai alasan, dan selanjunya kembali motor-motor para koki pun melaju beriringan kembali ke jalan raya menyongsong keriuhan lalulintas Bandung. Parsel-parsel itu selanjutnya disimpan di ruang loker RS Santosa menunggu dijemput pemiliknya masing-masing dan mereka pun bubar jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H