Lihat ke Halaman Asli

Wahyuni Susilowati

TERVERIFIKASI

Penulis, Jurnalis Independen

Where Do Brokenhearts Go? (Begitu Whitney Bernyanyi)

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya memang demen sekali pada suara almarhumah Whitney Houston yang memang asli keren itu ditambah pula penghayatan total saat dia membawakan lagu-lagunya membuat saya makin kesengsem. Saat dia tewas dengan mengenaskan di kamar mandi sebuah hotel, saya juga termasuk yang ikut mengutuki Bobby Brown -suami Whitney- si biang kerok yang menularkan kecanduan alkohol serta obat-obatan terlarang pada sweet angel itu. Tapi, sumpah, bukan rasa simpati pada sang diva malang tersebut yang membuat saya getol memutar ulang lagu-lagunya belakangan ini. Salah satunya ya itu Where Do Brokenhearts Go ?

Ceritanya ajaib sekali buat saya yang konon tergolong perempuan pragmatis ini. Tak ada hujan, tak ada angin tiba-tiba saja saya sudah tertulari virus pink dunia maya, tepatnya seorang teman Facebook sukses membuat saya jatuh cinta beneran padanya. Dia seorang pilot (sudah saya uji via chatbox, dia memang pilot tulen...bukan pilotmania yang hobi menggombali cewek-cewek dengan mengaku-aku berprofesi sebagai pilot ) sekaligus duda yang ditinggal wafat istrinya karena kanker dengan dua putri mungil yang terpaksa, akibat tekanan keadaan, harus diserahkannya pada pengasuhan pamannya di Aussie. Kerinduannya pada kedua buah hati itulah yang mengakrabkan kami.Saya memang ngefans dengan para ayah yang sangat cinta pada anak-anaknya. Jadi tak ada secuilpun agenda tersembunyi saat saya menyemangati dia yang tengah down karena merasa tak berdaya saat seorang putrinya yang nun jauh di mata berada dalam dalam keadaan kritis.

Rupanya tulisan-tulisan saya via chatbox, blog, maupun status Facebook ‘sesuatu banget’ baginya hingga dia mulai memiliki ketertarikan khusus. Serangan pun mulai dilancarkan oleh si dia, satu-tiga kali sih saya tidak bergeming soalnya tak terbayang tuh bisa fall sama secuil foto profil dan serentet tulisan di ChatBox. He-he..tapi kun fayakun, begitu Rabb bersabda sebagai peringatan atas ulah saya yang hobi menertawakan mereka yang terbelit netloving. Setelah berjalan tiga bulan pertemanan, mendadak saja ada perasaan hampa kalau chatsign-nya tidak menyala. Perlahan jadi addict dengan perhatiannya yang sopan, cerdas, dan religius.

Begitulah di suatu dinihari, saat chatting saya menceritakan padanya bahwa saya sempat terbanting parasut waktu inflate paralayang bersama adik-adik angkatan sehari sebelumnya. Kepala kepentok tanah lumayan keras, paling benjol begitu pikirku. Namun surprise ! Saat pulang dan membuka kerudung, ada darah kering yang membuat rambutku lengket. Reaksi si Dia cepat sekali. Aku ingin membasuh darah kering yang melekatkan rambutmu dan mengobati lukamu. Sesuatu yang lembut menggetarkan hati, apalagi saat dia menulis. Bagaimana sekarang, apa yang Mbak rasakan?

Kujawab dengan enteng bahwa biasa saja kalau latihan di lapangan sedikit kepentok dan aku tak muntah-muntah berarti tidak gegar otak. Si Dia berkeras bahwa hal itu bukan masalah enteng dan mendesakku untuk memastikan kondisiku betul-betul oke.So sweet. Aura yang menyelubungi kami di waktu menjelang Subuh itu rupanya memang kondusif untuk sebuah resolusi. Setelah perhatiannya sukses mengena, Si Dia melanjut. Mbak, terima kasih karena sudah berikan warna...

Warna yang berarti,kuharap. Begitu responku.

Sangat berarti, aku sujud syukur karenanya...

Alhamdulillah. Tulisku.

Boleh kukatakan dengan kalimat yang lebih jelas?

Silahkan,Mas...

Aku sayang pada Mbak, bahkan sudah lebih dari itu. Tapi terserah Mbak akan menanggapi atau tidak karena itu bukan wilayahku. Wilayahku adalah mencintai bahkan mungkin lebih dari itu...

Tak menyangka bakal ditembak sedini itu, aku nge-hang lumayan lama.

Sudah kukatakan apa yang harus kukatakan, sekarang Mbak istirahat aja ya biar lukanya cepet sembuh. Aku pamit dulu,sudah hampir Subuh di sini.

Baru aku tersentak. Masak Mas langsung kabur setelah nembak?

Lha wong Mbak-nya ‘speechless’ begitu...

Yah,begitulah akhirnya saya pun terlibatnetloving yang di luar dugaan ternyata tak kalah serunya dengan percintaan di dunia nyata minus body contact . Ada kecemburuan meruap saat saya dianggap (kadang-kadang betul juga sih ^_^) keasyikan chatting dengan cowok lain dan mengabaikan dia yang sudah online. Lalu berhubung dia tipe cowok laris, fans ceweknya bejibun dan mereka terkadang tanpa sungkan menulis ‘yayang-yayangan’ di wall-nya. Bahkan ada yang minta Si Dia mengkonfirm status engage alias bertunangan. Yang terakhir ini bikin saya ngamuk dan memutuskan dia,tapi setelah dia membujuk dengan manis serta menghapus status itu dari wall- nya,kami pun berbaikan. Begitulah putus-nyambung dan komunikasi kami pun masuk ranah ponsel. Sms bernuansa pinkpun membanjiri plus percakapan via telpon.Saya demen dengan suaranya yang meski cowok banget terkesan lembut dan sedikit malu-malu.Apalagi kalau dia tertawa....waduhhh,manisnya gak nahan!

Masalah utama dari hubungan ini adalah kami belum pernah bertemu langsung flesh ‘n blood yang buat cewek aliran realistis seperti saya,hal itu sangat mengganggu. Apalagi dia sudah berulangkali menulis ingin datang ke kota saya dan selalu kutolak karena belum kondusif alias hatiku belum siap. Akhirnya kami sepakat dia akan datang pas hari ultahnya. Bayangkan saja bagaimana antusiasnya saya menanti apalagi dia dengan yakin bilang,’Nanti kutelpon begitu landing.’ Nyatanya pas saya konfirm di pagi hari H via sms, dia bilang not now dengan serentetan alasan yang sekarang ini sih sangat masuk di akal (tapi tidak waktu itu) . Jelas dong saya jadi nyapnyap dan pertengkaran via sms pun berlangsung. Saya bilang good bye waktu itu. Saat menulis ini, saya jadi sadar bahwa sms yang saya kirim padanya mungkin terlalu kejam bagi cowok selembut (mungkin lebih tepatnya serapuh) dia. Saya jadi kepikiran terus, sedikit menyesal plus rasa kangen yang jadi dobel porsi sepertinya bikin saya tambah cinta sama dia. Tapi nasi sudah jadi bubur basi. So saya kirim sms (yang terakhir,kecuali Tuhan berkehendak lain) berisi permintaan maaf karena sudah merusak hari ulangtahunnya dengan ketidaksabaran saya dan bahwa saya akan selalu mencintai dia serta kedua baby angel-nya sekaligus mendoakan yang terbaik bagi mereka bertiga.

Sekarang ini saya fokus pada pemulihan hati dan agenda kerja yang sudah menanti sambil masih menyimak senandung Whitney Houston.

One thing that I learn

I need u desperately

So here I am

And can u please tell me

Where do the brokenhearts go

And they find their way homes

Way to open up

The love is waiting there....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline